10. The Goodbye

1.6K 144 12
                                    

Raya

Aku memarkir Rosalinda di tempat biasa. Setelah itu, aku pun masuk ke dalam rumah.

Sebelah badanku mati rasa dan kepalaku pusing sekali. Saat aku sadar tadi, pipiku menempel pada lantai ruang tangga darurat yang keras dan dingin. Ternyata aku pingsan di sana. Kedua mataku pun masih terasa susah dibuka dan tenggorokkanku kering. Suasana hatiku juga berantakan. Sekarang aku hanya ingin bergelung di kasur dan tidak melakukan apa-apa lagi.

Ini masih jam dua siang. Bule dan Nataya pasti belum ada di rumah. Aku pun meraih kunci di tas selempangku. Lalu ketika aku membuka kunci, mataku menangkap ada tiga buah amplop berlogo bank di bawah kakiku. Aku pun meraih surat-surat itu dan langsung tertawa.

Bagus! Seperti hari ini belum cukup buruk, aku masih harus dapat surat tagihan dari bank!

Tanpa terasa air mataku keluar lagi. Ada apa sih dengan hari ini? Sial banget! Tanpa bisa ku tahan, tubuhku ambruk lagi. Aku pun terduduk di atas bale dengan tidak berdaya.

Aku bisa merasakan surat-surat itu merosot dari tanganku sementara aku menekuk kedua kakiku dan kupeluk mereka erat-erat lalu ku tundukkan wajah diatasnya.

Astaga, aku tidak tahan lagi! Mungkin ini saatnya untuk mengakui bahwa aku tidak bisa menjalani semuanya sendiri, bahwa aku hanya membohongi diriku saja dan aku tidak bisa pura-pura kuat lagi. Kurasa ini saatnya untuk bersiap kehilangan semuanya. Kehilangan William, kehilangan rumah ini, bahkan kehilangan Bapak.

>>>

Aku sedang menyapu teras saat suara mesin yang menderu meng alihkan perhatianku. Lantas ku angkat kepala untuk memeriksa asal suara itu dan ternyata sebuah motor sport berwarna hitam sedang memasuki halaman rumah.

Mataku silau karena cahaya lampu motor itu, tapi aku tidak melepaskan pandangan darinya sampai akhirnya motor berlabel Ducati 989R itu parkir di depan teras.

Segaris senyum langsung tergambar di wajahku setelah pengendara motor itu mematikan mesin dan melepas helm.

"Oi!" panggilnya sambil melambaikan tangan.

Aku pun membalas lambaiannya sambil tersenyum geli.

Oli turun dari motor dengan membawa helmnya, menghampiri aku. Dia pun langsung mendaratkan tubuhnya di atas bale dan melepas tas ransel serta jaketnya.

"Motor baru?" tanyaku langsung.

Oli langsung tersenyum dengan bangga. Aku pun terkekeh melihat kelakuannya.

"Tunggu bentar ya," ujarku lalu meninggalkan dia ke dapur.

Lima menit kemudian, aku kembali ke teras dengan dua gelas kosong dan seliter air dingin.

"Uuu... Itu buat gue?" tanyaku saat melihat martabak keju yang tahu-tahu ada di atas bale.

Oli mengangguk sementara aku naik ke atas bale, lalu duduk bersila.

"Whaaaa... Ada angin apa, tiba-tiba bawa ginian? Eh, betewe... ini boleh dibagi sama Bule dan Taya juga nggak?" tanyaku sambil mengambil martabak dan memasukannya ke mulut.

"Oh, iya, iya, nggak pa-pa." jawabnya.

Aku pun memanggil Nataya dan menyuruh dia membawa piring. Tidak lama kemudian Nataya datang dan matanya sama berbinarnya dengan aku tadi. Aku membagi dua martabak di kotak itu, lalu Nataya pun langsung aku suruh masuk lagi. Kemudian setelah Nataya pergi, tiba-tiba saja Oli menatap aku dengan serius.

"Kenapa lo?" tanyaku, heran.

"Gue denger lo pindah kerja, Ray?" ujarnya kemudian..

Aku pun tersenyum tipis dan mengangguk.

Elmo & Prince CharmingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang