Chapter 2

284 24 1
                                    

Menautkan alis, "kau belum berubah Lauren" nadaku agak sinis.

"Well well, setelah kau menghilang dan kembali seorang diri disini, kau masih setia memperhatikanku. Dulu Rose dan kini dia ? Kau ingin melindunginya Bieber?"

"Kau tak bisa terus begini. Andai saja kau lelaki aku sudah menghajarmu"

Tawanya langsung meledak dan tampak menghina , "oh benarkah? Kau ingin main tangan denganku? Aku juga takkan segan memberitahu Aaron untuk menghajarmu. Oh- atau..."

Ia menjijitkan kakinya untuk meletakkan bibir didaun telingaku "..atau aku akan membuat Rose menghilang dari kehidupanmu selamanya."

"Upz" ia menjauhkan diri. Tertawa seolah ucapannya lucu. Aku tak sadar menggeram dan meraih kerah bajunya hingga tubuh mungil dengan dada besar yang agak terbuka itu menyentuh permukkan dadaku yang terbalut kaos putih yang kukenakan. Raut wajahnya berubah. Tawanya lenyap, dan kuperhatikan ia menelan ludah dan teman yang lainnya berteriak.

"Jangan-pernah-membawa- nama-Rose! Dasar Jalang!" Aku menekankan kata perkata dihadapannya. Nafasku memburu diwajahnya hingga menghempaskan helaian rambut yang melewati wajahnya.

"Just.. kau tidak akan memukulku kan?"

"Ya, aku akan menghajarmu jika kau berani membawa namanya. Dan lebih mengerikan lagi.." aku mendekatkan diri padanya, persis seperti yang ia lakukan sebelumnya "aku akan membunuhmu sebelum kau melakukannya untuk Rose"

Lagi, ia tergelak. Aku melepaskan cengkaramanku. Dan menyadari betapa banyak yang mengawasi kami. Bukan bermaksud melerai, mungkin lebih tepatnya ingin melaporkan perbuatanku dan membuatku harus keluar dari kuliah seperti dulu lagi. 'Brengsek kau lauren'

Kuperhatikan Lauren menatapku perih sebelum akhirnya berlalu dengan sengaja menyentuh bahuku beserta para pasukannya. Aku menghela nafas panjang mencoba mengontrol emosi yang memuncak. 'Seandainya saja Rose disini. Ah sialan!'

"Hello?"

Aku terbangun dari lamunan. Tersadar gadis yang begitu mirip dengan Rose masih berdiri dibelakang dan mencoba menyentuh kaosku seperti menyadarkanku atas keadaan. Aku berbalik. Dan betapa sialnya aku malah jatuh cinta padanya untuk kedua kali. Sama saat aku melihat Rose setiap Harinya, merasakan betapa kencangnya detakan jantungku berpacu dalam tubuh. Aku seolah ingin memilikinya- tidak- maksudku, aku ingin lebih mengenalnya.

"Kau baik-baik saja?" Aku berusaha santai, namun suaraku malah lebih mendekat kearah dingin.

"Ya, terimakasih sudah melindungiku. Aku tidak tahu ternyata bukan aku saja yang Lauren inginkan"

'Apa?!'

Aku mendekat dan ia memundurkan langkahnya menjauh, "apa?" Kali ini selembut mungkin. Jaraknya begitu dekat hingga aku bisa mencium aroma tubuhnya yang begitu menyegat, menyegarkan. 'Oh tuhan.. tidak mungkin...'

Ia menelan ludah, aku bahkan bisa merasakan betapa gemetarnya gadis dihadapanku sekarang. Mungkin saja ia takut aku akan melakukan yang sama seperti yang kulakukan dengan Lauren tadi. Tidak-selagi ia tidak pernah mengungkit masalah Rose.

"Hmm- tidak, maksudku.. hmm-..."

Ia semakin gugup, begitu menggelikan.

"Apa kau takut?"

Ia menatapku dalam kebingungannya "apa?"

"Apa kau takut?" Aku mengulangi kata-kataku.

"Ti-ti-tidak." Ia berdeham, "ak-aku hanya..."

Aku semakin mendekat mencoba menelusuri aroma tubuhnya lebih dalam. Berulang kali juga aku mengamati betapa gugupnya ia sekarang.

Yn pov

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang