Chapter 11

190 8 0
                                    

"Rose mengatakan bahwa dia sudah bosan denganmu. Dia juga mengungkapkan hal yang sama jika ia mencintaiku, saat memilihmu menikah dengannya, karena dia tak tahu aku mencintainya dan menganggap kami hanya sebatas sahabat. Rose.."

"Cukup.." aku memejamkan mata. 'Brengsek! Kepalaku berdenyut lagi' rasanya penghianatan Rose padaku sangat berdampak langsung dengan aspirin yang kuminum pada saat diapartement Yn. "Aku bilang cukup..bagaimanapun alasanmu, aku tidak akan pernah terima kau memperlakukan mantan pacarmu dan setiap gadis hanya sebatas bersenang-senang saja. Asal kau tahu Chris, Yn sangat mencintamu. Dan aku sangat kecewa padamu. Bukankah dulu kau yang memperkenalkan aku dengan Rose? Dan sekarang kau bilang mencintainya? Brengsek kau Chris!"

"Kau juga harus mengerti Justin, bukan aku yang membuat Yn menderita. Tapi kau, kau yang membuat Lauren- gadis yang mencintaimu sejak dulu itu membullynya.."

'Lauren mencintaiku?'

".. memanggil dirinya dengan sebuatan Rose. Diperlakukan tak manusiawi seperti yang sama Lauren lakukan pada Rose. Itu semua karenamu! Karenamu! Rose juga menderita karenamu. Aku sangat meyesal memperkenalkan kau dengan Rose. Seharusnya aku yang dialtar bersamanya dan hal ini tidak terjadi, mengerti!" Ia berbalik menyalahkanku. Saat kepalan tanganku siap menghatamnya, tiba saja seorang wanita berteriak memanggil nama kami berdua, Cait.

"Justin! Chris! Hentikan!"

Tanpa menatap Caitlin, aku masih berfokus pada Chris dengan geram. "Urusan kita belum selesai. Aku akan menghajarmu setelah semua ini berakhir, kau ingat?" Ancamku dalam. Chris hanya membalas menatap tanpa berbicara sepatah katapun. Aku keluar kamarnya. Emosiku mereda ketika langkahku mendekat pada ruangan ICU milik Rose. rasanya perih jika harus mengingat bagaimana dia menghianatiku malam itu. Aku tahu aku salah, namun aku tidak percaya gadis sebaik dirinya dapat melakukan perselingkuhan dibelakangku.

'Rose... apa arti bunga mawar yang selalu kuberikan untukmu selama ini.. Rose.. kau tega.. rose! Rose! Rose!!!'

Tangisanku meledak. Lututku tak sanggup lagi menahan luka dalam yang barusaja kudengar, aku terjatuh diatas dudukan kursi berderet depan ruangannya. Aku tidak sanggup melihat, aku tidak mau.. tidak.. aku memperjuangkan cintanya, hidupnya. Dan apa yang kuterima? 'Rose.. kau dimana.. jawab aku.. balas semua ini, jawab siapa yang benar disini..' aku mencoba untuk tidak percaya dengan Chris, namun gambar itu? Dia benar-benar Rose dan aku mengingat betul saat dilokasi dua tahun silam, seorang bapak bersaksi ada seorang korban lagi yang terlempar kedalam sungai saat itu. Benarkah itu Chris? 'Ahh! Brengsek! Kepalaku sakit!'

..

Yn pov

Pagi ini Chris menelfon, aku mengangkatnya setelah mempertimbangkan dari semalam dan ucapan Justin untuk memberikannya kesempatan kedua. Dia mengajakku untuk kerumah sakit karena ada hal penting yang harus ia katakan. Begitu mengherankan karena tak sedikitpun ia meminta maaf padaku, namun aku mengacuhkan semua itu dan mencoba berfikir positif mungkin saja Chris akan menjelaskannya saat dirumah sakit nanti. Sebelumnya, aku mengantar Azzel kebibi Jen untuk mengembalikannya, ia menangis dalam rangkulanku saat berpisah. Aku terhanyut didalamnya namun aku harus merelakannya karena dia bukan lagi milikku. Kembali menancap gas mobil,aku berjalan kearah rumah sakit.

Saat membuka kamar Chris, ia disana. Menatap ponsel sama seperti sehari-hari. Bedanya aku tak lagi membelikan dirinya bunga mawar putih seperti biasa. Ia menatapku, menyuruhku terduduk dikursi samping ranjangnya. Wajahnya kelewat serius yang membuat jantungku berdenyut kencang. 'Ada apa sebenarnya?'

"Yn..." ia akhirnya bersuara setelah sekian lama hening. Aku menatap tanpa membalas ucapannya. Menunggu kesabarannya dalam mengucap sesuatu yang penting katanya dalam telfon pagi ini. "Aku minta maaf.."

'Binggo! Tebakanku benar. Dia meminta maaf, mungkin selanjutnya ia memintaku untuk berbaikan dengannya lagi'

"Aku minta maaf kalau sejak awal aku bertemu denganmu aku selalu menyakitimu."

'Chris.. aw..'

"Ak-"

"Tunggu, biarkan aku selesaikan semuanya. " ia memotong ucapanku. Aku tersenyum dan kembali menunggunnya berbicara lagi. "Aku menyesal.. aku sangat menyesal Yn.. tapi asal kau tahu, aku tidak pernah mencintaimu"

Aku menganga, 'apa ini jebakan? Tanggal berapa sekarang? Apa aku berulang tahun? Atau dia? Aku pikir tidak keduanya. Lalu apa ini? Jebakan untuk berbalikan? ' aku masih mencoba tersenyum meski gagal, "candaanmu tidak lucu Chris"

"Aku serius Yn. Aku mencintaimu karena kau mirip seseorang yang sangat special dihatiku. Kalian begitu mirip, namun sayangnya ia diambil oleh seseorang yang aku perkenalkan dengannya. saat kau datang, hatiku kacau melihat mereka berjanji sehidup semati berdua diatas altar dan kau mengingatkanku pada dirinya. Itu sebabnya kau selalu aku anggap sebagai gadis itu yn"

Aku menggeleng dan masih tidak mempercayainya, "Chris.. aku mohon.."

"Kau lihat ini" ia mengajukan layar ponsel dengan sebuah gambar dirinya bersama seorang gadis yang wajahnya mirip denganku. Hanya saja si gadis memiliki tahi lalat dipipi kanannya sedangkan aku tidak. dengan deretan giginya yang rapi sedangkan aku tidak.

"Ak-aku tidak mengerti Chris.. jadi selama ini..." rasanya hancur. Hancur mengingat pria yang kucintai dengan tulus mengatakan hal seburuk ini. Lebih buruk daripada melihatnya berciuman dengan gadis lain. 'Justin! Seharusnya aku tidak mengikuti saranmu'bahkan kini airmataku jatuh. " selama ini kau tidak mencintaimu?" Tanyaku miris

"Maafkan aku. Kau selalu menjadi dirinya didalam mataku. Maafkan aku"

"Aku-aku..." suaraku serak, airmata membanjiriku. Aku bangkit karena tak ingin si Brengsek dihadapanku ini melihatku terluka. 'brengsek kau Christian beadles!'

"Maafkan aku.."

Aku menggeleng. Tidak! Tidak! Memutar tubuh, aku meninggalkan ruangan sibrengsek.

Airmataku bercampur dengan langkahku terburu keluar rumah sakit, melewati ruang ICU yang sangat-sangat aku pertanyakan siapa penghuni didalamnya namun kali ini aku acuh. Lebih menyakitkan ketimbang apapun. Benar kata Abah,aku tidak seharusnya disini. Aku tak seharusnya menjenjang pendidikan diluar negeri seorang diri. Meski aku tahu Umi juga berasal dari sini. Oh tidak! Ini sangat menyakitkan. Dulu Roy yang menyakitiku, sekarang Chris. sial. Brengsek. No!

..

"Yn! Sudah satu jam lamanya kau berada dikamar. Apa kau baik-baik saja?" Grace nampak khawatir diluar kamarku.

Saat melirik jam, hampir jam tiga sore dan sekitar satu jam lagi aku mempunyai jam kuliah. Agak malas bergerak, aku terduduk ditepian ranjang meratapi diriku melalui sebuah cermin yang terpasang dihadapanku. Bahkan dalam jarak jauh aku bisa melihat mataku yang bengkak akibatnya. Ucapan Chris begitu mengena dihatiku. "Aku baik-baik saja. Kau tenanglah. Satu jam lagi aku harus kekampus" balasku berteriak pada Grace. Samar-samar kudengar ia akan bekerja malam dan pulang saat fajar menampakkan diri, selalu seperti itu. Aku bersyukur masih tak sekeras banting tulang seperti Grace ditoko CD yang pendapatannya tak seberapa. Abah masih mau membantuku.

Kembali pada pemikiran sebelumnya , aku jadi berfikir untuk mencari tahu siapa Gadis yang mirip denganku. Tiba saja aku mengingat ucapan Lauren yang selalu memanggilku dengan panggilan 'Rose' , mawar merah atau bunga busuk! Ah! Hatiku kacau. Tapi benarkah ini semua ada hubungannya? disaat bersamaan pikiranku melayang pada perkataan pegawai toko bunga yang bersaksi atas Justin membeli mawar merah setiap hati dua tahun belakangan. 'Oh ya tuhan.. jangan bilang semua ini ada hubungannya.. namun apa? Apa aku...'aku terjebak. Ah! Otakku penuh. 'Begitu stuck haruskah aku mempercayai semua pemikiran ini? Atau aku salah?

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang