Chapter 27

407 26 16
                                    

Hari selanjutnya aku kerumah sakit. Rasanya lega setelah pulang ke Bibi Jen menemui Azel. Dia begitu senang. Mereka menyambutku bahkan kedua orang tua Azel. Dan kini, aku bersiap setelah mengemas semua barang ku diapartement saat Grace tak ada. Kamarku benar-benar berantakan. Aku akan pulang hari ini. Bertemu Abah. Ia janji akan menjemputku dibandara sore nanti. Aku menyempatkan diri untuk bertemu Rose. Ditanganku sudah tergenggam setangkai mawar merah, seperti yang Justin lakukan. Aku harus berterimakasih karena ia sudah sadar dan menceritakan betapa Justin mencintainya agar ia tak lagi berpaling pada lain hati. Tidak seperti kemarin, aku hanya terdiam menatapnya dan pergi. Saat masuk didalam, Rose tak ada. Aku tak bertanya pada perawat karena takut ia mengenali wajahku. Aku berusaha menutupi diri. Akhirnya aku meletakkan bunga pemberianku pada ranjang Rose. Mungkin ia akan kembali pada ruangan ini dan melihat bungaku. Meskiu kecewa tak dapat menceritakan hal mengenai Justin, mungkin Rose akan bertanya pada Justin soal mawar itu dan memaksa Justin menceritakan tentang dirinya atau begitulah yang kuinginkan.

Berjalan perlahan, rasanya kenangan itu masih melekat. Ketika mereka menganggapku gila. Aku menghela nafas, mengatur kembali emosiku atau aku akan terjebak disini lagi. LA, bagi semua orang adalah kota indah yang layak ditempati. Namun bagiku, LA adalah kota menyeramkan. Menjenjang pendidikan disini pun tak bisa lagi kupertahankan. Aku akan pulang ke indonesia. Aku terima apapun resikonya. Dan mataku kembali menangkap Justin serta Rose didalam ruangan Terapi. Dimana mereka berdua tertawa saat Rose melingkarkan tangannya pada leher Justin, belajar untuk bangkit berjalan lagi. Justin yang setia itu tampak bahagia dengan Rose. airmataku kembali mengalir, aku cemburu? Jelas. Aku sangat cemburu, aku ingin berada diposisi Rose. Orang yang selalu ada untuk Justin. Namun semua itu kembali musnah, aku Yn. Aku hanyalah wanita selingan Justin. Wanita yang mengobati Justin akan kerinduannya pada Rose. Tidak lebih. Sekarang, langkahku mulai kembali mantap untuk pulang keindonesia lagi. Bertemu Abah dan Umi. Itu lebih baik.

Sepanjang perjalanan, earphone terus tersambung pada ponselku. Kesedihan melanda lagi. Aku tak mengerti mengapa. Namun rasanya hatiku masih tertinggal disana, bersama perasaanku dengan Justin. Dia terlalu tampan, baik, yang bahkan diriku sendiri tak sanggup untuk memisahkan diri bersamanya. Berulang kali aku menghela nafas dalam, mengontrol emosiku agar aku tidak lagi diikat seperti dirumah sakit. Tentu abah tidak akan tahu tentang itu. Tidak.

Pesawatku sudah mendarat dengan sempurna, menarik koperku, paras Umi yang cantik dan putih itu langsung terlihat. Maklum saja, ia masih memiliki keturunan Jerman, Perancis juga Inggris. Itu sebabnya ada sebagian wajahku yang mirip dengannya. Jadi aku bukanlah gadis asia seratus persen. Pelukan tercipta. Rasanya kerinduanku selama ini sudah hilang. Aku memiliki alasan cukup kuat untuk bisa lolos dari LA karena Abah.

"Eneng.. ayo pulang orok abah" Abah menarik diri setelah kami berpelukan cukup lama. Aku mengangguk semangat. Ia menarik koperku sedangkan aku bersama Umi. Didalam mobil, Abah tak mengungkit masalahku. Malahan, Umi menyerahkanku beberapa lembaran berisi formulir pendaftaran kampusku yang baru diindonesia. Aku hanya tersenyum. Belum begitu yakin bahwa aku benar-benar melupakan Justin.

"Dimakan neng nanti dingin atuh"

Aku terloncat. Sial, aku tak seharusnya melamun disini. Abah dan Umi menatap secara bergantian. Ia mengerti ada yang salah denganku. Dan pikiranku masih dipenuhi dengan Justin, Justin , Justin. Senyumannya, caranya berjalan, tertawanya, aromanya, ciumannya, permainannya. 'Damn! Hentikan!' Aku menguyah makananku perlahan. menegak segelas air putih karena aku tersedak tiba-tiba, rasanya perih hingga paru-paruku. Semua karena ucapan Abah yang mengatakan bahwa Roy juga barusaja pulang dari luar negeri.

"Abah memberitahunya?"

"Ya, Abah pikir kau bukan hanya bermasalah dikampus. Abah dan Umi berpikir semua karena lelaki disana bukan?" Abah mengangkat suara. Umi bungkam dan melanjut makan.

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang