Chapter 10

202 11 0
                                    

Dihadapanku sudah tersedia banyak makanan, mulai dari Waffle, Makroni keju, hingga roti dengan berbagai macam rasa selai. Aku tidak ingin terlihat tak sopan jadi aku memutuskan untuk berbasa basi dengan mereka sebelum mengambil salah satu makanannya.

"Maafkan aku menganggumu semalam. Aku benar-benar tak sadarkan diri"

"Its ok" jawabnya nampak malu-malu. Entah karena ciuman itu atau ia tahu aku mengintipnya saat berpakaian tadi? Oh ya ampun.

Kepalaku yang masih berdenyut itu kembali memohon ampun untuk minta diobati segera "Ngomong-ngomong kau ada aspirin? Aku membutuhkannya"

"Oh ada, sebentar aku ambilkan" ujarnya bangkit dari duduk dan berlari kecil kearah kotak P3k. Aku menunggunya sabar hingga kembali. Pria kecil dihadapanku hanya memandangi-ku dengan tetap menyuapkan sesendok demi sesendok sarapannya. Ketika kembali, aku langsung meminum dua pil aspirin untuk meredakan nyerinya. Berangsur membaik, Yn menawariku bahkan menyiapkan untukku makanan yang sedaritadi ingin kulahap.

Seusai makan pagi bersama, si bocah Kecil yang kutahu namanya Azzle itu menonton tv dan terus mengawasi gerak-gerikku setiap ingin berbincang dengan Yn. Seolah melindungi dari setiap bahaya yang mungkin kutimbulkan. Jujur saja aku hanya ingin menjelaskan kronologis-nya atas semalam. Namun aku sendiri bingung dengan semua ini. Pertanyaan terbesarku saat ini ialah, mengapa Chris merelakan Yn untukku? Apa dia hanya memainkan pacarnya ini? Atau karena Yn mirip dengan Rose? Ada apa sebenarnya?

"Apa yang kau pikirkan?" Yn bertanya saat aku terduduk dimeja makan sedangkan dirinya mencuci piring diwastafel yang jaraknya tak jauh dari pandanganku.

"Tidak. Tidak ada" dustaku. Ia melanjutkan kegiatannya tanpa bertanya kembali. Dan sepertinya ini akan semakin memperpanjang persoalan.

Aku berpamitan, rasanya aneh setelah menginap dan menciumnya, pagi-pagi setelah bersarapan aku harus pergi secepat ini. Bukan tanpa alasan, aku juga akan melewatkan jam kuliahku serta meeting dikantor siang ini. Aku ingin menemui Chris saat ini juga. Aku ingin mengerti tentang semua ini. Dalam mobil sportku, aroma alkohol benar-benar tercium, perlakuanku tadi malam begitu brutal. Aku kacau mengingat harus melepas Rose setelah Ben mengatakan bengkak diotaknya semakin parah. Tidak! Bahkan sampai detik ini aku menangis saat mengingatnya, tidak ingin terlarut dalam kesedihan ini, aku harus menghadapi dunia yang lain. Masalah yang lain yang tentu ada hubungannya dengan Rose. Sebelum masuk kedalam rumah sakit, seseorang menelfonku. Tanpa melihat layar ponsel, aku melepaskan safe belt dan mengangkatnya secara bersamaan.

"Halo?" Aku sudah keluar mobil, menaiki tangga masuk kedalam rumah sakit.

"Justin, jangan lupakan meeting hari ini. Jangan terlambat. Dimulai 2jam lagi. Kau mengerti?"

Dad. 'Sial' "hm.."

"Jangan hm hm saja. Pastikan kau tidak ingkari janji lagi"

"Ok aku janji" ujarku ketus lalu mematikannya. Memalaskan mengingat Dad yang selalu mengurusiku karena pekerjaan tanpa peduli terhadap kehidupanku. Berjalan lagi, aku menuju ruangan Chris yang kutemui kemarin- ralat, ia yang memanggilku kemari tentang masalah Yn.

Dia disana. Masih terbaring sama. Peralatan medis masih menempel didadanya, aku miris melihatnya terlebih mengingat Rose adalah sahabat terdekatnya, mungkin jika gadis itu sadar dan mengerti keadaan Chris entahlah akan jadi seperti apa.

"Justin? Ada apa kemari?"

Aku menghela nafas ringan, mendudukanku pada tepian ranjangnya, posisinya yang setengah terduduk membuat wajah kami bertatapan jelas.

"Apa ini mengenai Rose?"

'Brengsek! Bukan itu yang kumau'

"Tidak, dia baik-baik saja. Maksudku-..."

"Ok, aku tahu. Lalu apa?" Ia mengerti.

"Aku ingin tahu alasanmu membiarkan aku mendekati Yn, apakah selama kau berpacaran dengannya tak ada cinta sedikitpun untuknya? Meskipun dia begitu mencintaimu?"

Chris tercengang, entah karena ucapanku yang terlalu spontan atau karena beneran didalamnya. "Tidak-bukan seperti itu"

"Lalu?"

"Aku..." ia mengernyitkan keningnya dalam, berfikir. "Aku.."

"Jangan pernah bohongi aku Chris" ancamku mewanti-wanti.

Ia tertawa garing tanpa balasan dariku, membenarkan posisinya lalu kembali serius. "Aku memang payah berbohong. Dan mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya"

'Mengungkapkan segalanya? Apa yang dia...'

Aku mencoba berfikir positif. "Lakukanlah"

"Jadi sebenarnya..." ia berdeham, mengembalikan suaranya yang menghilang "aku..."

"Chris!"

"Ok baik, jadi alasanku membolehkanmu berdekatan dengan Yn karena kupikir gadis itu cocok untukmu. Bukan maksudku ingin mengatakan bahwa Rose tidaklah baik atau bagaimana, hanya saja.. ini terlalu lama Justin, aku hanya ingin kau sadar.. aku.."

"Stop! Berhenti!"

"Justin dengar aku dulu.. ok, aku akan bercerita semuanya saat ini. Jadi aku mohon biarkan aku selesaikan semuanya ok?"

Aku menunggu, mengubur emosiku karena ucapannya barusan.

"Sebenarnya sebelum kecelakaan, Rose menelfonku dia bilang kau bertengkar dengannya malam itu"

'Rose..'

"Dia menangis saat aku menemuinya ditaman, memelukku. Dan jujur saja sejak lama aku menyukainya Justin. Aku menyukainya setelah aku memperkenalkan Rose padamu. Aku sangat terpukul mengetahui kalian menikah, dan anehnya saat aku mengatakan cinta saat malam pertengkaran kalian, Rose malah menciumku"

'apa? Rose mencium..'

".. dia menciumku hingga kami berencana ingin memesan kamar hotel, saat dijalanan, Rose yang menyetir mobilnya. Kami asik berbincang hingga tak sengaja sebuah truk besar menghantam kap mobil kami dan aku terbanting keluar mobil, Rose masih didalam. Aku tak sadarkan diri. Saat aku tersadar, aku sudah dirumah sakit. Maafkan aku Justin.."

'Rose dan Chris... ' rasanya hatiku hancur mendengar cerita Chris, merindukannya serta marah bercampur aduk. Seandainya malam itu tak terjadi, Rose tidak akan mungkin mencium Chris. Bodohnya aku!

"Aku menjadikan Yn sebagai pacarku karena wajahnya yang mirip seperti Rose. Namun kemarin, aku melihat kalian berbincang lewat jendela kamarku, kau memberikan selembar tisu padanya saat ia menangis melihatku berciuman dengan gadis lain. Aku sadar bahwa kau jatuh cinta padanya, aku sangat menyesal atas Rose, itu sebabnya aku membiarkanmu mendekati Yn. Gadis yang mirip dengan istrimu itu Justin"

'Benar-benar pria brengsek!'emosiku naik seketika ia hanya menganggap Yn sebagai Rose. Ini sangat menyakitkannya melebihi hanya memergoki Chris berciuman dengan gadis lain. Kepalan tanganku terbentuk, aku tertahan karena sadar ini didalam rumah sakit dan keadaan Chris yang tidak memungkinkan.

"Aku sakit bukan karena kecelakaan ataupun sakit yang lain seperti yang pernah diceritakan oleh Yn padamu. Aku sakit karena jahitan pada beberapa tubuhku lepas saat kecelakaan bersama Rose. Aku benar-benar menyesal Justin. Maafkan aku"

Aku menghela nafas panjang. 'Rose.. apa arti semua bunga mawar yang kuberi setiap hari? Apa arti kesetiaanku ini? Bahkan sebelum kau koma, kau berniat untuk menduakanku. Rose... aku marah, namun aku juga merindukanmu. Andai kau kembali. Aku ingin memastikan semua ini benar, yang dikatakan keparat ini benar!'

"Kau tidak percaya dengan semua ceritaku kan?" Ia meraih ponsel yang berada dimejanya, menyerahkan padaku. Pada layarnya menampakkan dirinya dengan Rose didalam mobil, mereka tersenyum bahagia. Rose mengenakan dress biru laut selututnya, sama seperti malam terakhir sebelum kecelakaan itu terjadi. 'Mereka memang bersama..'

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang