Mereka melewatiku tanpa tahu aku disana. Bukannya takut, aku hanya tak ingin kehadiranku di ekspos dan Lauren semakin menganggap Yn sebagai Rose. Saat sosok mereka menghilang dibalik tikungan, aku berburu menaiki tangga menuju lantai atas. Tak ada ruangan lain dengan halaman yang cukup luas. Suasana petang memberi kesan yang sedikit seram disini.
"Yn!" Teriakku terus berlari mencari disetiap sudut yang ada. Runtuhan bangunan memberikan suara yang begitu ketara ketika kakiku menginjak salah diantaranya. Aku meneriaki namanya berulang. Tak ada jawaban, aku tak menyerah karena yakin dia ada disini. Hingga yang paling sudut, "yn!!" Aku menemukan pintu tertutup, disebelahnya sebuah ruang kosong yang tak terisi lagi. sepertinya lantai atas disini sudah tak lagi terpakai.
"Justin?"
Sesaat aku mencari sumber suara itu. Aku terus mencari, "yn!" Aku menggedor pintu yang tertutup rapat. Dan ia membalasnya. Memutar kenopnya berulang dan sepertinya pintu itu terkunci. 'Damn! Dugaanku benar! Lauren benar-benar keterlaluan'
"Justin.. tolong keluarkan aku. Aku takut, tolong Justin.. Justin..." Yn didalam terdengar serak, kusadari ia tengah menangis. Hatiku perih mendengar tangisannya seperti aku merasakan ketakutannya yang teramat. Ditengah itu tangannya terus mengetuk pintunya berulang.
"Justin..."
"Aku berusaha, menjauhlah dari pintunya. Aku akan membukanya untukmu secara paksa. Kau menjauhlah. Mengerti?"
"Ok" suaranya melemah. Hisakannya terdengar jelas. Aku berancang-ancang sebelum akhirnya mendorong tubuhku untuk membukanya. Sekali, Ah! Bahuku terasa sakit sakit. Aku mencobanya kedua kali, dengan beberapa langkah mundur dan mendorong dengan satu kakiku yang menendang bebas begitu keras tidak juga berhasil. 'Brengsek! Dari apa pintu ini! '
"Yn, bertahanlah, aku akan mengeluarkanmu" aku masih memberinya semangat. Ketiga, aku lebih mendorong tubuhku dengan menyamping untuk mendorong pintunya dan berhasil. Aku hampir terjatuh ketika masuk bersamaan dengan terbukanya pintu. Dihadapanku Yn tampak kacau, tangannya gemetaran. Dan sedetik kemudian ia memelukku, begitu erat. Menangis dalam dekapanku. Aku membalasnya, merasakan betapa ia begitu ketakutan didalam sini yang begitu sepi dan gelap. Terlebih cermin bekas wastafel dan beberapa kamar mandi yang kosong begitu tampak menyeramkan. 'Bagaimana gadis ini sampai dibawa kemari?'
Tangisnya masih menderu "Aku takut..aku takut Justin..."
"Aku disini, kau tak perlu takut. Ok?" Dibawahku, pangkal kepalanya menyerbakkan bau aroma tubuhnya yang begitu menyengat dan menggodaku. Kami begitu intens,bahkan memakan jarak yang ada diantara tubuh kami.
..
Selama diperjalanan dalam mobil sportku Yn terdiam. Tangannya mengepal diantara tangan yang lain. Aku sengaja memberikan jaketku untuk menghangatkan tubuhnya dan berjanji untuk mengantarnya pulang. Mobil Yn sudah kuserahkan pada temanku yang siap membantu. Didepan apartement, sempurna memarkirkan mobilku, aku menyadari bahwa Yn sudah tertidur dijok penumpang. Wajahnya yang begitu cantik dengan tubuh proposional itu menggoda Jerryku terbangun. Pikiran kotorku melayang hingga diatas ranjang. Bermain... 'oh shit!'
Tersadar dilihati, Yn terbangun dari tidurnya dan kini aku memaksanya untuk mengantar hingga depan apartementnya yang berada dilantai atas gedung bertingkat itu. Didalam lift, suasana hening menghinggapi. Kuperhatikan dari samping, Yn yang tingginya hanya sebahuku tampak masih menunjukkan trauma atas kejadian tadi. Semakin menambah rasa kepenasaranku atas semua yang membuatnya melangkah pada ruangan itu. Apa dia tak tahu tempat apa itu? Apa dia tak tahu bahwa disana adalah bangunan yang sudah tak terpakai? Bagaimana dia tak tahu semua itu!
"Yn..." aku akhirnya menyuara. Yang dipanggil menoleh. Bibirnya yang merah muda menggodaku untuk segera melumatnya. Setan datang dan aku menyambar tubuhnya, menyudutkan dirinya dan menempelkan bibir kami. Ia membalas permainan bibirku ketika aku mulai memasukkan lidahku agar bermain dengan miliknya. Begitu nikmat dan terlatih. Lagi, dan lagi hingga suara nafasnya yang tersenggal-senggal karena tak kuberi ia bernafas dalam ciumanku hingga akhirnya suara pintu lift yang terbuka membawaku menjauh darinya. Ia tersadar setelah sebelumnya terbuai akan perbuatanku. Mendahului keluar lift, aku menyusulnya. Dari tubuh bagian belakang, bahkan tonjolan dua itu begitu indah. 'Sial! Jerry... tenanglah.' Gumamku dalam hati. Aku sadar aku merasakan kerinduan dari sentuhan wanita setelah dua tahun silam Rose.. 'oh ya ampun Rose.. dan... Chris..'
Ia berbalik, aku agak terloncat karena tak sadar kami sudah sampai didepan apartementnya. Lingkaran hitam bawah matanya terbentuk. "Terimakasih sudah mengantarku dan menolongku"
Alisku terangkat satu, 'dia tidak menawariku minum atau masuk kedalam apartementnya?' "Aku haus. Bolehkan aku singgah sebenar diapartement-mu?"
Yn tampak kaget namun langsung mengangguk dan tidak menyadari betapa kotornya aku setelah berfikir untuk menyentuhnya. Disisi lain, aku terus bergumam untuk menolak dan berpulang sekarang. Disisi lain, setan itu terus menggodaku masuk, disaat bersamaan, Yn mempersilahkanku. Sebelum masuk, aku sempat melirik kedua dada Yn yang tak begitu menonjol. 'Betapa brengseknya aku sekarang!' Baru beberapa langkah masuk, aku mendengar ia mengunci pintunya. Dan seperti tidak menaruh pikiran buruk sedikitpun padaku, Yn berjalan kearah dapur mendahuluiku lagi sebelumnya meletakkan jaketku pada senderan sofa dekat tv. Aku mengikutinya, berposisi menyandang satu kakiku keatas kabinet lemari dapur yang berjejer setengah melingkar, aku memperhatikannya membuatkan segelas minuman hangat. Sempat melirikku yang tengah tertangkap basah-basah memandangi tubuhnya yang menggoda.
"Ini"
Kuperhatikan ia berlalu setelah menyerahkan gelas padaku. Brengseknya Jerry yang tak mau berkompromi lagi. Aku bergegas mengikutinya, meletakkan gelas disembarang tempat. Yn berbalik membuat tubuh kami begitu dekat-sangat dekat.
"Ju-justin..." aroma tubuhnya langsung menarik diriku lebih mendekat hingga kening kami bersetuhan. "Justin, apa yang kau lakukan?" Dirinya mencoba menjauh, aku memutar otak untuk tetap membuatnya berada di perangkapku. 'Dia milikku'
"Bahagiakan aku"
Bukannya tergoda, Yn malah terkekeh, menghilangkan kontak mata kami yang terjalin beberapa menit silam. "Kau aneh. Minggir, aku ingin berganti pakaian" kali ini aku mengalah, seolah aku kehilangan kesempatan. Domba mangsaku kabur ditengah perangkap sang singa yang lengah. Singa yang bodoh.
Sambil menunggunya terduduk sofa, menikmati minuman hangat buatan aku menyalakan tv dengan volume yang mengeras.pikiranku kalau, aku bingung untuk kembali pada rumah sakit dan menunggui Rose atau tetap disini. Aku masih menunggunya sadar, namun hatiku marah. Kesal. Penantianku sia-sia jika dia hanya mencintai Chris dan mengabaikan semua cinta yang kuberi untuknya. 'Oh god. Mengapa ini terjadi, aku mencintai gadis yang salah. Aku pikir Rose mencintaiku. Aku pikir hidupku sempurna setelah kami menikah, aku pikir..' aku tidak boleh terus berfikir. Mom benar, aku harus membuktikan itu semua benar. Tapi bagaimana? Chris sendiri sudah membuktikan bahwa semua ini benar. Bahkan terakhir, melalui sosial media, ia mengirimiku beberapa gambar kedekatannya bersama Rose. Hatiku panas, aku terbakar cemburu dan aku tidak tahu harus melampiaskan semua itu pada siapa.
Yang ditunggu datang. Yn dengan piyamanya tersenyum saat melihatku. Tak lama aku mendengar ketukan dari pintu terluar, aku perhatikan raut wajah Yn berubah drastis. Ia menyeretku masuk kedalam kamar dengan membungkam mulutku. Aku menurut hingga aku ditinggalkannya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose For Rose ( Bieber Love Story )
FanficGimana jadinya saat Yn-yourname , mulai menyukai Justin dan saat bersamaan Rose tersadar dari komanya. Siapa yang akan justin pilih? Cinta lamanya atau yn-kamu?