Chapter 12

178 9 0
                                    

Dikantin kampus, aku membawa nampan berisi makanan sebelum masuk kedalam kelas. Masih ada waktu setengah jam, jadi aku memastikan mengisi perutku sebelum menerima semua materi yang pastinya berguna untuk kehidupanku selanjutnya. Disekitaran, aku melihat disudut kantin, Justin memojok seorang diri. Aku ingin mendekat namun kelompok Lauren yang terus mengawasiku malah begitu menggoda. Bukan mencari masalah, aku hanya ingin mengorek informasi dari mereka. Jadi, aku membawa nampanku kemeja mereka. Bisa dipastikan mata mereka berempat mendelik, Lauren sang leader, irish dan dua lain yang kulupa namanya. Aku nyengir. Rasanya aneh mendekati mereka yang selalu mengjudgeku tanpa sebab. Bahkan sejak pertama bertemu, aku tidak pernah memperkenalkan diri ataupun berbicara pada mereka dan mereka langsung seolah menaruh dendam padaku.

"Hai, boleh aku bergabung?"

Yang paling tertua disini, Lauren, menautkan alisnya. "Ok, boleh saja"

Aku menarik salah kursinya. Aku bisa memastikan banyak pasang mata yang terkejut melihat aksi beraniku. seekor domba yang merelakan tubuhnya dikepung oleh empat ekor serigala. Domba bodoh. Aku berdeham dan memulai memakan Burger yang barusaja kubeli dengan segelas jus jeruk yang sepertinya menyejukkan tenggorokanku.

"Ngomong-ngomong, ada apa kau ingin bergabung dengan kami? Apa sekarang kau ingat bahwa dirimu adalah Rose? Kau merindukan teman lamamu? Atau kau..." Lauren mendekat, sejujurnya aku sampai menelan ludah karena gemetaran. Tatapannya begitu tajam. "Kau bosan bermain drama denganku?"

'Lihat? Lihat bagaimana tebakan Lauren yang selalu mengarah pada Rose. Oh god! Siapa Rose! Siapa!'

"Sejujurnya Lauren.." aku meletakkan kembali burgerku yang tinggal setengah potong diatas nampan, menyerap jusku sebelum akhirnya melanjutkan berbicara. "Aku ingin meminta bantuanmu"

"Meminta bantuanku?" Lauren dan para pasukannya saling bertatapan curiga.

"Ya.. apa itu salah?"

"Oh tidak, tidak salah. Tidak sama sekali. Hanya saja, aku tahu kau itu adalah ratu Drama sejak SMA. Dan sekarang kau meminta bantuan apalagi?"

Aku mengelingkan mata, tak percaya dengan semua ini. Bahkan kata kata ku dalam nada keseriusan ini masih ia anggap sebagai Rose. Well, ya seperti itulah yang selalu dikatakan Lauren. Rose yang memiliki 1000sikap buruk dimatanya. "Tidak,ayolah Lauren. Aku Yn. Aku bisa menunjukkanmu Akta kelahiranku, ijasahku saat Sd, smp dan sma serta ktpku. Aku akan membuktikan bahwa aku bukan Rose. Aku ingin meminta pendapatmu karena aku sangat membutuhkannya"

"Well, ok.. kau perlu apa?" Lauren mengintimidasiku dari pandangan dibalik bulu matanya yang lentik, menyerap minumannya perlahan.

"Aku ingin tahu seperti apa Rose sebenarnya. Dan dimana dia sekarang. Mengapa kau begitu keras mengatakan bahwa aku adalah Rose. Apa kami sangat mirip?"

Lauren memiringkan kepalanya. Si Irish, pirang panjang dengan badan kurus itu tertawa sinis dengan teman-temannya yang lain. 'Apa yang lucu?'

"Jika kau ingin tahu siapa Rose.. hmm...." matanya mengarah keatas, memikirkan sesuatu atau.. mengingat mungkin? "Ah!"

Aku terloncat. 'Sialan!' Lauren mengagetkanku. "Aku ingat! Dulu Rose dan aku bersahabat. Sangat bersahabatan. Bahkan semester pertama kami sempat berjanji didalam sebuah kamar mandi kosong dekat gudang tempat pertemuan kami saat Rose merasa sedih. Rose menulis salah satu tulisan disana dindindingnya, menyelipkan foto kami berdua diantara wastafel berdebu. Dia bilang hanya ingin memastikan jika suatu saat nanti kami akan bertemu lagi disana. Karena aku kasihan padamu, kau boleh mengambil fotonya. Kau bisa lihat betapa miripnya kalian"

'Binggo! Petunjuk baru lagi'

"Dikamar mandi dekat gudang? Bukankah itu kamar mandi yang lama tak terpakai?"

"Ya, sebab itulah Rose dan aku sering menghabiskan waktu kami berdua disana. Seperti gadis-gadis lain. Aku yakin kau juga punya tempat seperti itu bersama sahabatmu bukan?"

Diam -diam aku berfikir. Aku sendiri tidak pernah memiliki tempat seperti itu bersama Laras, sahabat lamaku diindonesia yang sudah tiada beberapa tahun silam. Namun dari dulu aku dan Laras selalu terheran dengan penduduk luar, maksudku eropa, yang mempunyai tempat-tempat aneh yang kedengarannya menyeramkan untuk orang asia. Termasuknya kamar mandi bekas yang Lauren dan Rose sering lakukan bersama. Mungkin sama dengan yang ada didalam film-film kebanyakan saat sang bocah sedih, ia akan langsung naik keatap rumahnya dimana akan bertemu dengan seseorang bocah lain yang mereka sebut sahabat atau orang terdekat. Aku berprinsip seperti itu. Dan itu cukup masuk akal. Mungkin budaya memang sudah beda dan aku harus terima itu. Meskipun kedalam kamar mandi itu membutuhkan nyali besar untuk masuk dan mencari benda yang belum ada dipikiranku.

"Jadi bagaimana? Kau berminat mengambilnya? Dan oh! Jangan lupa kembalikan padaku setelah kau melihatnya, ok?" Lauren bersuara lagi. Aku mengangguk setuju.

"Aku janji. Dan ya, aku akan mengambilnya. Terimakasih Lauren"

Mereka menarik kursi, bangkit berdiri ketika bell masuk kelas berbunyi. "Ya sudah jangan lupa setelah kelas nanti kau harus mengambilnya. aku masuk kekelas dulu. Bye Yn.." ia melambai, meskipun sedikit menjijikan melihat tingkahnya, aku senang Lauren mau membantuku dan aku tak sabar untuk menemukan benda itu. Aku harus menemukannya!

Justin pov

Dad memarahiku karena tak hadir meeting sore ini dan memilih mengampus untuk mengisi waktu luangku. Selama pelajaran dimulai hingga bell keluar berbunyi tak sedikitpun masuk kedalam otak. Melakukan praktek pun aku harus mengulanginya bulan depan karena tidak berfokus dan melukai Mike tak sengaja. Tangannya memar karena suntikanku yang salah masuk meninggalkan jejak disana. Ia begitu dendam meskipun berulang kali aku meminta maaf. Semua ini karena Yn. Aku tidak yakin dengan rencana Yn yang malah mendekati Lauren yang jelas tidak menyukainya. Dan aku takut Lauren berusaha mengerjai Yn lagi. 'Apa yang harus kulakukan? Yn!'

Saat bell kemenangan itu berbunyi, aku yang pertama menghambur keluar. Yang lain menaruh curiga karena tak biasanya aku begitu tergesa seperti saat ini. Aku langsung berlari kearah gedung fakultas hukum dan bertanya pada beberapa orang yang mungkin melihatnya.

"Kau melihat Yn?" Berulang kali aku mengatakan itu dan beberapa reaksi kudapat. Dari mulai menggeleng, 'maksudmu Rose-mu yang menyamar itu?' Hingga 'aku bahkan tak mengenalnya'

Menarik rambutku frustasi, berfikir jernih mencari tahu dimana gadis ceroboh itu. Tak mungkin ia pulang secepat ini. Berulang kali aku mencoba menelfon dan hasilnya mailbox 'Yn! Where are you now!'
ditengah frustasiku, aku mendengar suara tawa Lauren dan sekutunya dari lantai bawah saat aku berpojok dilantai dasar dimana koridor panjang dan gelap membuat lingkungan sekitaran sini menyeramkan. Aku menyembunyikan diri saat mereka berempat menuruni tangga dengan tawa meledak yang seolah menggambarkan kemenangan.

Lauren tertawa, "ya, dia begitu bodoh. Ya ampun, ratu drama benar-benar berubah"

'Brengsek! itu pasti Yn!'

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang