Chapter 4

213 18 2
                                    

Kakiku nampak begitu terseret sesaat bayangan didalam sana melihat Justin dengan sosok yang menjadi sangat misterius untukku. Aku bagai saksi bisu dari semua aktifitas Justin yang semakin aneh tiap harinya. Dengan mendapatinya membeli bunga ditoko yang sama denganku, rumah sakit yang sama dengan Chris. Dan mungkin aku memang harus tahu ada apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua ini.

melangkah selangkah lagi mendekat keruangan ICU, jantungku semakin berdetak kencang. Rasanya gugup dan ingin memuaskan ketidaktahuanku selama ini. Dan saat aku hendak menyentuh kenop pintu, aku merasakan saku celanaku bergetar. Aku menghentikan aksiku segera mengambil benda pipih yang menjadi sumber penghambat semua ini. Dari Caitlin. 'Ya ampun, aku melupakan Chris!'

"Hallo?"

"Kau dimana? Sudah hampir masuk kedalam ruang operasi"

"Aku segera kesana" buruku dengan langkah tertatih berlari kearah ruangan Chris yang letaknya tak jauh dari sana.

Justin pov

Bunyi dari mesin pemicu kehidupan Rose menjadi makanan pokokku setelah melakukan semua aktifitas. Menaruh bunga mawar merah yang kubeli tadi disamping meja dekat dengan ranjangnya, aku berharap Rose akan terbangun dan sadar betapa aku masih memperhatikannya dan peduli terhadapannya.

"Hai.. bagaimana harimu sayang?" Ucapku dalam diriku sendiri. Aku sudah seperti orang gila yang berbicara dengan bayangannya yang tak nyata bagi orang lain namun tampak begitu nyata dihadapanku. Merenungkan semua, telingaku menangkap suara yang familiar dan begitu kuinginkan. Ia seolah berbicara didepan ruangan Rose. Aku bangkit dari kursi untuk mengecek keadaan luar, benar saja, aku melihat Yn tengah berlari dan tampak begitu terburu. Entah mengapa rasanya menggelikan melihat tingkahnya dari awal pertemuan. Aku perhatikan ia begitu berbeda dengan Rose yang begitu feminim dan pendiam. Tapi Yn? dia begitu lugu dan ceroboh. Ada sisi dalam tubuhnya yang seolah berbisik untuk menaruh perlindunganku padanya. Terlebih dengan semua orang yang kupikir tidak baik untuknya, Chris. Bajingan itu perlu dikasih ampun.

Berjalan dikoridor rumah sakit, aku melihat sekeliling, melewati banyak ruangan yang bahkan dua tahun belakangan tak pernah kuperhatikan. Salah satunya adalah ruang kanker anak. Ada banyak anak-anak disana dengan berbagai ekspresi mereka. Ada yang tengah bermain hide and seek dengan seorang perawat yang tengah berusaha memberinya makan, meminum obat, menangis karena disuntik juga yang lain. Namun ada seorang gadis kecil yang menarik perhatian. Tangannya yang mungil melambai kearahku. Diatas kursi roda, wajahnya pucat seolah penyakit itu telah merenggut keceriaannya. Aku membalas lambaian dengan memberikan senyumanku yang sedikit bersemangat, begitupun dengannya. Melanjutkan perjalanan, aku juga dihadapkan dengan ruangan bayi dengan berjejeran box berisi bayi mungil didalamnya. Rasanya aku ingin memiliki satu dengan Rose ataupun Yn- 'tidak, maksudku-hanya dengan Rose' . Aku ingin berada disini bukan karena menunggu Rose sadar dari koma atau sesuatu yang buruk melainkan berbahagia dengan memiliki anak. Naluri laki-lakiku keluar, sudah lama aku tidak merasakan apa yang seharusnya kurasakan. Dan anehnya aku ingin merasakannya sekarang.

"Justin?" Aku terloncat terkejut seseorang yang tiba-tiba memanggilku. Membalikkan badan, aku tahu sumber suaranya berasal dari Yn yang berada berhadapan denganku sekarang.

"Yn?"

"Sedang apa kau disini? Apa kau punya bayi?"

Aku tertawa miris. 'Aku ingin, tapi aku tidak bisa. Istriku koma. Kau tahu itu?!' . Aku menggeleng. Tidak mungkin aku mengatakannya sedangkan Yn terlihat begitu lugu mengatakannya. Mungkin tadi ia tak tahu siapa yang berada di ruang ICU bersamaku.

"Tidak, aku hanya suka melihat bayi-bayi disini. Kau sendiri?"

"Hmm- aku menunggui temanku melakukan operasi. Tidak- maksudku,.."

"Pacarmu?" Koreksiku.

Ia mempertimbangkan sebelum akhirnya mengangguk, "kau pembohong yang sangat amatir" candaku seraya mengacak rambutnya perlahan.

"Ngomong-ngomong mengapa kau tidak masuk kuliah hari ini?"

"Aku..." otakku berputar. 'Haruskah aku berterus terang bahwa aku mengantor pagi ini? Bagaimana pertanyaan dia selanjutnya? Kau sudah menikah? Siapa istrimu? Dan akhirnya ia tahu Rose. Aku benci menceritakan kesedihanku yang semakin membuatku sedih'

"Aku tidak enak badan" dustaku. Ia mengangguk, tidak ada pertanyaan lagi.

Suasana lenggang beberapa saat , "Aku lapar, kau mau antar aku makan?" Aku agak meminta dan tidak ada pilihan selain setuju. Tak jauh dari situ, kami menemukan ruang makan rumah sakit yang lumayan luas. Aku makan sebisaku, Yn duduk berhadapan mengamatiku makan tanpa ia memesan makanan sepertiku. Hanya jus jeruk dihadapannya yang belum tersentuh. "Kau yakin tak lapar?" Aku bertanya lagi. Keanehan lain karena aku tidak pernah sepeduli ini terhadap gadis manapun selain Rose.

"Tidak, aku tidak lapar" senyumnya masam. Yn terlihat tengah memikirkan sesuatu.

Aku menghentikan makanku. Yn menunduk, aku perhatikan airmatanya sudah diujung mata. 'Tunggu, ada yang salah?'
"Hei, kau baik-baik saja?" Nadaku terdengar khawatir.

Yn menggeleng. 'Gadis polos'.
"Ak-aku..." suaranya hilang termakan ditengah kerongkongannya. Berdeham sekali, ia mencoba menyuara lagi "aku tidak tahu lagi, aku khawatir padanya Just-"

'Apa dia barusaja membicarakan Chris? Sulit ditebak!'

"Itu soal pacarmu?" Ucapku seraya menyerap jus jeruk dengan sendotan perlahan. Ia mengangguk. Raut wajahnya begitu menggambarkan kesedihan yang nyata. Sepertinya Yn sudah jatuh cinta pada si Brengsek pemain wanita itu.

"Ada apa dengannya?"

"Dia bilang.. dia baik-baik saja, namun dokter mengatakan bahwa kecelakaan yang menimpanya membuat luka dalam untuk dirinya. Itu sebabnya Chris harus dirawat. Dan aku khawatir dia tidak akan baik-baik saja"

Kuraih tangannya yang berada diatas meja. ekpresi Yn tampak terkejut melihat tingkahku. Aku sendiripun sadar bahwa ini salah. "Dia akan baik-baik saja. Percayalah"

"Tap-"

Aku memotongnya, menempatkan jari telunjukku diatas bibirnya untuk menghentikan ia berbicara. "Jangan percaya kata dokter. Terkadang mereka hanya ingin membuat kita terjatuh. Aku sering dibuat semacam itu. Namun aku yakin semua ini ada jalan. Tenanglah Yn"

"Benarkah??"

Aku mengangguk, melepaskan tanganku dan kembali mengangkat sendok untuk kumasukkan dalam mulut. Mood untukku makan sedang baik, jadi aku harus terus mengisi perutku agar tidak kelaparan seperti hari yang sudah-sudah.

"Kau sering dibohongi dokter, begitu?" Ia masih memikirkan kata-kataku. Aku hanya mengangguk. Sekilas melihat wajahnya yang lugu percaya dengan kata-kataku. Dan memang benar, Ben selalu berkata Rose tidak akan bangun. Namun aku yakin dia akan tetap bangun untukku. Melanjutkan perjalanan kisah cinta pernikahan indah kami dan memiliki anak. Aku yakin Rose akan berjuang demiku.

Seusai makan, Yn masih setia disisiku. Mungkin ia tak ingin terus berfokus pada Chris dan nyaman bersamaku. Seperti gadis lain yang mengaku blak-blakan sedemikian. Aku memperhatikannya yang sering memainkan ujung kukunya dengan ujung kuku yang lain hingga menimbulkan gesekan kecil yang bahkan bisa kudengar ditelinga seolah ia tengah gelisah.

"Kau masih gelisah soal pacarmu itu?" Aku menyuara, memecahkan keheningan diantara kami.

"Ya, seperti itulah Justin"

"Tenanglah, dia akan baik-baik saja"

Ia mengangguk, aku yakin didalam hati, ia masih memikirkan Chris. Aku tersenyum kali melihat sikapnya yang selalu nampak lucu dimataku. Hingga..

"Justin?"

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang