Chapter 22

170 11 0
                                    

Seharian aku dirumah sakit, janjiku pada Mom aku ingkari. Entah mengapa hatiku masih terikat pada Rose sampai makanpun aku lupa.perutku yang tak bisa dikompromi lagi ingin dimasuki sesuatu, sebelum aku keluar ruang dari ruang Rose, kudengar ponselku berdering. Segera meraihnya didalam saku, tertera nama Yn disana. Aku ragu, menatap Rose yang masih tak sadarkan diri diranjangnya, aku tidak mungkin meninggalkannya lagi seperti semalam. Kuputuskan untuk mengabaikan telfon Yn dan kembali melakukan hal yang pertama kali ingin kulakukan, Makan.

Dikantin rumah sakit, aku melahap pesanan makanananku kurang dari beberapa menit, disela itu aku menyadari seseorang tengah berdiri dihadapanku. Aku mendongak, mendapati Chris disana. Aku mengabaikannya dan melanjutkan makanku. Chris yang tanpa diperintah itu menggeser kursi untuk terduduk dihadapanku.

"Heh bajingan! Kau dengarkan aku baik-baik, setelah kau mencium mantan pacarku dihadapanku kemarin, sekarang kau berani datang kemari untuk menunggui Rose? Kau pikir kau itu siapa? Kau pikir kau bisa menyembunyikan semua ini dari Yn? Kau pikir kau bisa mendapatkan dua gadis itu sekaligus?"

Kuserap minuman dicangkirku sebelum akhirnya menyenderkan punggung dikursi, menatapnya miris. "Aku tak peduli. Katakan saja semaumu. Aku hanya ingin makan" kembali aku melanjutkan makanku, Chris bangkit dari kursinya, menggebrak meja makanku hingga piring diatasnya bergetar kuat. Aku menatapnya lagi, ia terlihat sangat geram padaku. "Dengar Bieber, aku akan menghancurkan hidupmu. Aku akan menghancurkannya!!" Ancamnya dengan suara agak berteriak membuat yang berada disana mengalihkan pandangan pada kami.

"Terserah"

Ia tertawa ironis, sedetik kemudian tangannya melempar piring yang masih berisi makananku malam ini. Kali ini aku benar-benar emosi dan tak sadar tanganku sudah meremas kerah bajunya hingga ia agak terangkat. "Apa maumu brengsek!"

"Dengar bajingan, aku takkan membiarkanmu melukai gadis-gadisku"

Menyedihkan. Itulah gambaran Chris bagiku, gadisnya selalu menjadi milikku. Rose dan Yn. "Aku sungguh tak menyangka kehidupanmu akan menyedihkan seperti ini"

Kepalan tangannya terbentuk, sebelum itu mendarat dipipiku, aku berhasil menepisnya bahkan memukulnya terlebih dahulu membuat remasan tanganku dibajunya lepas dan tubuhnya tersungkur. Setelah itu beberapa satpam menahan kami berdua, memisahkan kami diarah yang berbeda. Teriakan orang-orang sekitar kudengar, aku maupun Chris tak sekalipun mengalihkan pandangan dari tatapan maut diantara keduanya hingga kami diseret dalam arah yang berlawananpun aku dan Chris berusaha menoleh untuk tidak memutuskan pandangan kami sebelum akhirnya tikungan ruang yang mengakhiri malam ini.

"Lain kali, jika ada bertengkar seperti ini lagi, aku akan mengusir kalian" sang satpam menasehatiku. Aku sungguh tak peduli, ia mengantarkanku tepat diruangan Rose. Aku mengangguk sekilas dan meninggalkan satpam yang masih berbicara didepan. Pikiranku kacau. Aku tak tahu lagi dengan yang kulakukan, rasanya aku tak sanggup lagi untuk hidup seperti ini. Hatiku serba salah, antara Yn dan Rose. Mereka mengisi hariku. Rose, bertahun lamanya bersamaku. Aku sangat mencintainya, arti setangkai bunga yang selalu kuberikan setiap hari tak ada tandingannya dengan cintaku padanya selama ini. Namun, disaat semuanya tengah berjalan normal, Yn datang, dengan segala godaannya yang membuatku selalu menggoda. Bukan sebagai Rose, melainkan dirinya sendiri. Aku akui, aku menyukainya sejak pertama karena mereka sangat mirip meski tidak dalam artian yang identik, namun akhir-akhir ini aku sadar bahwa aku telah jatuh cinta lagi pada gadis itu, Yn. Baru beberapa minggu aku mengenalnya, namun cinta ku padanya sudah sebesar cintaku pada Rose. Begitu brengsek mengingat aku yang merenggut keperawanannya dan aku tidak bisa memilikinya untuk selamanya dalam hidupku. Sedangkan Rose? Aku tak tahu pria mana yang merenggut perawanannya, yang jelas bukanlah diriku.

Ponselku bergetar, aku merogoh saku celana untuk mengambilnya. Sebuah pesan didalamnya.

From : Yn
'Tak baik pulang tanpa pamit.:D'

Bahkan melihat pesan singkatnya membuat sudut bibirku terangkat, tanganku gatal untuk membalasnya namun aku tahu aku harus mengakhiri semuanya. Aku harus bersama Rose. Aku tak boleh lagi mendekati Yn ataupun menyentuhnya. Aku harus mengakhiri hubunganku pada Yn.

Ponselku bergetar lagi. Dengan pengirim yang sama

'Kau dimana? Apa kau melihat pesan ku? Mengapa tak angkat telfonku?'

Semenit selanjutnya

'justin? Kau disana?'

Lagi,

'Ok , mungkin kau sudah tidur. Hubungi aku atau balas pesan ini setelah kau melihatnya. Muchlove-Yn'

Aku menghela nafas, membuang ponselku disamping tubuh Rose. Kugenggam tangan gadisku, tangisanku kembali pecah. "Rose.. mengapa aku mencintainya? Mengapa aku jatuh cinta padanya begitu kuat? Mengapa aku..." aku tak melanjutkan. Aneh rasanya jika seperti ini. Menangis tak mengerti arah.

..

Pagi buta, aku bergegas kekantor, mengurus berkas untuk perusahaan yang ingin bekerja sama. Setelah semuanya selesai, aku berkuliah karena kebetulan hari ini aku memiliki jam kuliah. Dikampus, aku menghindari Yn. Sengaja aku memarkirkan mobilku agak menjauhi gedung sosial dan hukum. Begitupun dikantin, aku tahu dia ada disana. Jadi selama menunggu jam nya dimulai, aku pergi kearah perpus dimana aku menemukan Aaron yang masih jalan tertatih ditemani oleh Lauren. Si gadis itu mencegahku

"Aku bertemu Chris semalam" jelasnya tiba saja. Aaron berdecak dan meninggalkan kami berdua. Masih membawa ranselku disalah bahu, aku menatapnya seolah aku tak berminta dengan topik pembicaraannya kali ini. "Dan Chris bilang ia akan menjelaskan semuanya pada Yn. Sungguh Justin, aku tak mengerti mengapa kau tak mengatakan ini sendiri?"

"Aku tak sanggup"

"Mengapa? Kau mencintainya?" Ujarnya sarkastik "yang benar saja, kau hanya mencintai dia karena dia mirip dengan Rose. Bukan begitu?"

"kau bahkan lebih busuk dariku" lagi, ia menekankan setiap kalimatnya ditelingaku sebelum akhirnya berlalu. Diam-diam aku berpikir untuk mengatakan sejujurnya setelah jam kuliah berakhir.

Yn pov

Perkataan Chris terus berputar diotakku, apa benar semua itu? Rasanya rumit untuk dijelaskan. Begitu menyakitkan dengan semua perlakuan mereka padaku hanya karena wajahku mirip dengan Rose? Selama ini Chris tak mencintaiku, Lauren terus memanggilku bunga busuk, ataupun sebutan yang lain juga karena mengira aku adalah Rose. Dan sekarang, aku tahu bahwa Justin telah menikah dengan gadis yang mirip denganku, Rose. Semua tentang Rose. Aku yakin bahwa Justin juga sama dengan Chris, tak mencintaiku sebagai diriku sendiri melainkan Rose. Terlebih aku sempat melihat Gadis yang didalam icu kulihat semalam adalah gadis yang memiliki paras sama denganku sebelum akhirnya aku memergoki Chris dan Justin bertengkar didalam rumah sakit. Brengsek! Semuanya menipuku. Aku merasa sendiri disini. Sejak awal aku kemari, aku sudah tak diterima sebagai diriku melainkan sebagai gadis Justin, yang menjadi musuh Lauren juga gadis yang Chris cintai.

Karena semua pemikiran itu, selama didalam kelas aku tak bisa berfikir. Semuanya tampak tak nyata bagiku, aku tak menyangka bahwa semua yang kukenal ternyata memiliki ikatan yang terus menyambung tanpa akhir. Melangkah dengan lesu, aku sadar lenganku dicegah oleh seseorang. Saat mengangkat kepala, aku sadar bahwa Lauren sudah berada disampingku. Menjaga tubuhku agar tak pergi dari dirinya. Aku menghempaskan tanganku digenggamannya.

"LEPAS! DENGAR LAUREN, AKU BUKAN ROSE! AKU BUKAN GADIS YANG KAU MAKSUD SELAMA INI. AKU YN! AKU YN!!!!!" Aku kelewat berteriak hingga puluhan pasang mata mengarahkan pandangan kearah kami. Tak terkecuali Justin yang barusaja muncul dari gedung fakultasnya.

Rose. Rose. Rose. Aku muak mendengarnya.

Rose For Rose ( Bieber Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang