Chapter 9

12.4K 591 5
                                    

Semenjak kejadian ka Yasril yang mengutarakan perasaannya, keesokannya banyak hal mengerikan yang di alami Ai. Bukan perbuatan yang mengerikan tapi perkataannya.

Entah dari mana fans Yasril itu tahu mengenai perasaan yang di punyanya untuk Ainayya. Tapi berita itu sudah tersebar luas. Tak jarang para siswi membicaran Ainayya.

Katanya muslimah berjilbab, tapi kok masih aja ngasih harepan dan centil ke ka Yasril.!

Penampilan sama dirinya berbanding terbalik banget!

Pake pelet kali tuh ya ampe Yasril bisa suka sama dia!

" Maaf ya kalau secara ngga langsung aku ngebuat kalian ngga suka sama aku. tapi Alhamdulillah aku bahagia dengan diriku yang sekarang. "

Para siswi yang berbicara tadi hanya memandang Ai sinis.

"Heh cewe tukang gosip, kenapa si lo ngurusin hidup orang? Emang salah kalo ka Yasril suka sama Ainayya? Dan apa hak lo malah ngehujat Ainayya seenak jidat lo?"

Itu bukan suara Ai, tapi suara Fiqa yang geram mendengar apa saja yang dibicarakan mereka.

Ai menahan lengan Fiqa sebelum bicara lebih kejam lagi sama mereka. "Ayo pergi Fiq. Aku ngga papa"

Mereka yang berbicara hanya menyampaikan opini mereka bukan berdasarkan fakta yang dilalui Ainayya dan Yasril.

Yang bikin Ainayya sedih dan kecewa karena Yasril ngga kasih tau hal yang sebenernya terjadi diantara mereka, kalau Ai sama sekali ngga punya perasaan ke Yasril.

Lelaki itu hanya diam seolah tak ada yang terjadi. seakan dia memang menginginkan hal ini.

"Lo kenapa sih? Lo di hina dan lo diem? Mana Ainayya yang dulu, yang kalo di hina bakal ngelawan?! Gregetan gua liat lo begini!"

Ainayya hanya diam. Ai tahu sahabatnya ini ngga terima kalau ada ketidak adilan di sekitarnya, tapi Ai bisa apa? Marah, membicarakan orang yang membicarakannya, serta menatap sinis semua yang menatap dirinya? Bukankah itu sama saja Ai seperti mereka?

"Argh... gua benci sama sifat lo yang kayak gini Ainayya! Gua tau lo mau jadi lebih baik tapi ngga dengan lo di tindas sama orang lain kayak gini!"

"Terus aku harus apa? Selama aku ngga di ganggu secara fisik aku ngga keberatan Fiq."

"Jangan muna Ai, gua tau pasti lo juga punya niat buat nyakar muka mereka itu kan?" Fiqa emosi.

"Istighfar Fiq. Kamu keterlaluan ngomong gitu. Aku bukan mau muna tapi aku coba buat sabar dan ikhlas. Jangan kehasut sama emosi kamu!"

Semenjak hari itu, Ai menghindari Fiqa. Bukan maksud memutus silaturohim tapi Ai ingin memberi waktu untuk sahabatnya itu.

"Heyy anak bunda kenapa melamun?"

Kenapa? Apa yang harus Ai katakan ke bundanya.

"Ngga papa bun. Nara kangen bun sama abah dan umi. Nara boleh kesana kan bun weekend ini?"

Bunda Ai menatap janggal dengan puterinya. Ngga biasanya. Walaupun Ai bilang ngga papa tapi seorang ibu pasti tau kalau ada apa-apa dengan puterinya.

"Boleh. Sekalian bunda juga mau main ke pondok abah yai."

-----
Weekend tiba, sesuai rencana ayah, bunda, dan Ai pergi bersama ke pondok Abah Yai.

Sesamapainya di pondok, Ai harap cemas kalau kembali bertemu dengan si dia yang selalu di hindari.

"Assalamualaikum"

Umi membuka pintu dan menjawab salam kami. Lalu tersenyum hangat dan mempersilahkan masuk ke dalam.

"Akhirnya kalian kesini juga. Sebelumnya hanya Nara yang selalu ke sini"

"Iya Mi maaf karena kami baru bisa kesini sekarang" ucap sesal bunda ke Umi

Lama Ayah, Bunda, dan Umi berbincang. Tapi Ai memutuskan untuk ke kamarnya saja.

di kamar seperti biasa, Ai selalu menatap para santri yang terlihat dari jendela kamar. Sepandang dengan itu di sebrang sana sudah ada lelaki yang sempat melihat Ai dan memalingkan pandangannya ke arah lain saat Ai menatapnya.

-----
karena merasa bosan, Ai keluar rumah dan berkeliling di sekitar pondok. Ada rasa ingin menjadi santriwati disini tapi apalah daya ayah memintanya untuk sekolah di SMA umum.

Brukkk...

Saat sedang asyik bergelut dengan fikirannya, Ai menabrak seseorang yang tak dikenalinya siapa.

"Maaf ya aku ngga sengaja nabrak kamu" ucap Ai merunduk dan menyembunyikan rasa sedihnya.

"Tak apa. Maaf aku juga yang tak hati-hati" ucap santriwati itu.

Barulah Ai berani menatap wanita yang di tabraknya tak sengaja itu. Masyaallah ciptaan mu begitu indah ya rabb, wanita dengan baju pink soft dan kerudung tosca membuatnya sangat anggun. Ai terkagum dengan wanita di depannya ini, terlihat sangat menyejukkan saat di pandang.

"Heyy... kenapa menatap ku seperti itu? Apa kamu tertarik dengan sesama jenis?"

"Eeh ehh... tidak ko aku hanya menatap makhluk indah ciptaan Allah. Jangan berfikir kalau aku menyukai ataupun mencintai mu-,-"

"Hahaha aku hanya bergurau. Oh ya apa kamu santri baru disini?"

Ai menggelengkan kepalanya " aku adalah keponakan Abah Yai"

Wanita itu diam sejenak, apa yang salah?

"Berarti kamu saudaraan dengan Fandi ya? Dia juga keponakan Abah Yai"

Sekarang Ai yang shock mendengar pernyataan yang dikatakan wanita itu. Apa tadi dia bilang, ponakan? Pasti salah. Pasti bukan Fandi itu.

"Fa..Fandi yang mana?"

"Akhi Rifandi Yusran. Oh ya nama mu siapa? Aku Alsye "

Tubuh Ai semakin menegang. Nama itu sangat dikenali oleh Ainayya. Keponakan? Apa selama ini orang yang selalu menyita perhatiannya adalah kerabatnya sendiri?Allah.

Ai sampai lupa kalau tadi Alsye menanyakan namanya, tapi Ai malah ngacir begitu aja. Maafkan Ai ya Alsye.

Sesampainya di kamar, Ai tetap bingung seingatnya tak ada om atau tante nya yang memiliki anak bernama Rifandi Yusran. Tapi kata wanita tadi dia keponakan Abah Yai?

Aku harus bertanya dngan Abah Yai nanti.

~~~~~~~~~~~~
assalamualaikum:)

Nah loh menurut kalian Rifan ada hubungan saudara atau ngga sama Ai??

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang