Chapter 43

9.9K 397 6
                                    

Hari terus berganti dan hari ini rencananya Rifandi akan pulang ke Indonesia untuk mewujudkan permintaan anaknya yang tak lain adalah Hafidz. Awalnya Rifandi terkejut dan merasa tak enak juga merasa takut, apakah Ai akan memperbolehkan Hafidz memiliki Anindita? Mengingat semua kesalahan Rifandi dulu yang selalu menyakiti Ai.

Dan disinilah mereka sekarang, Hafidz dan Rifandi sedang berbincang serius mengenai masa lalunya, sebenarnya Rifan tidak ingin membuka luka lama tapi karena Hafidz ingin menikahi Anindita yang tak lain anak dari Ai maka sudah seharusnya Rifan cerita bagaimana masa pahit diantara mereka.

"Kenapa yah? Apa hadirnya aku itu sebuah kesalahan? "

Rifandi terkejut saat mendengar pertanyaan Hafidz, selama cerita tadi Hafidz hanya diam dengan pandangan kosong. Rifan tau kalau Hafidz pasti akan kecewa tapi mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi hubur.

"Kamu itu kebahagiaan ayah bukan kesalahan. Yang salah itu perbuatan ayah dan mama kamu bukan kamunya Fidz"

Rifandi mencoba membuat Hafidz mengerti, Rifan selama ini tidak pernah menceritakan semua ini karena takut kalau respon Hafidz akan buruk.

"Yah... Lebih baik ayah istirahat dulu di rumah nenek ayah pasti lelah, aku mau pulang ke rumah bunda. Assalamualaikum "

Hafidz benar-benar bingung sekarang, apa yang harus dilakukan? Haruskah Hafidz meneruskan niatnya mengkhitbah Anin? Saat sampai di rumah Hafidz bingung, bagaimana cara menyampaikan permintaan maaf untuk bunda? Bunda yang telah merawat anak dari mantan suaminya yang berkhianat dengan wanita lain sedang bunda belum sama sekali di sentuh waktu itu? Hanya membayangkan posisi bunda saja Hafidz sudah sakit.

Kecewa. Rasa itu tumbuh dalam diri Hafidz untuk ayah kandungnya sendiri tapi Hafidz masih punya akal sehat kalau ia harus tetap menghormati beliau.

"Loh kamu udah pulang Fidz? Ayah kamu mana kok ngga ada? "

Hafidz berjalan gontai ke arah Ai dan terududuk sambil memeluk kaki Ai, kenapa harus begini? Kenapa Hafidz bukan anak kandung bunda? Kenapa harus ada Hafidz yang menjadi pemisah antara bunda dan ayah Rifandi? Semua pertanyaan itu berkecambuk dalam diri Hafidz.

"Kamu kenapa? Ayo bangun jangan kayak gini, jangan buat bunda khawatir"

"Maafin mama Alsye ya bun, maafin ayah Rifan juga. Maafin aku yang hadir dalam rahim mama Alsye yang menyebabkan bunda dan ayah harus bercerai. "

Hafidz mengungkapkan semuanya, nada penyesalan itu tumbuh. Hafidz hanya takut kalau bunda akan menentang hubungannya dengan Anin, bagaimana jika saat hari pengkhitbahan nanti ayah Aiden menolak karena Hafidz adalah anak dari seorang yang membuat bunda merasakan kekelaman dalam hidup?

"Bunda sudah lupakan itu Fidz... Toh bunda sudah bahagia sekarang. Tanpa adanya masa itu maka bunda ngga akan bertemu dengan Ayah Aiden, ngga akan bisa merawat kamu, ngga akan ada Anin. Bunda bahagia dengan kehidupan ini, kamu bukan pemisah tapi pengerat, kamu adalah satu-satunya alasan bunda bisa berdamai dengan ayah kamu. "

"Makasih ya bun... Apa Hafidz masih boleh melanjutkan khitbahan ini? "

Ai tersenyum ke arah Hafidz dan mengangguk sebagai jawaban. Masa telah berlalu, jadi untuk apa lagi kejadian itu di permasalahkan untuk masa depan? Ai hanya berharap kalau Hafidz tidak akan mengulang kesalah yang sama seperti Rifandi, Ai sangat berharap kalau Anin tidak akan merasakan apa yang Ai rasakan dulu.

—————
Semua berkumpul di ruang tamu keluarga Aiden. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu Hafidz untuk mengkhitbah bidadarinya. Anin terlihat mematung saat ini setelah ayah Rifan menyampaikan kalau Hafidz ingin mengkhitbah Anin.

"Gimana Nin... Apa kamu bersedia menerima atau menolak? Ayah dan bunda akan ikut keputusan kamu"

"Ya" antara sadar dan tidak sadar Anin mengucap itu. Dan di akhiri dengan senyum bahagia semua orang yang ada disana, terlebih lagi Hafidz.

"Kapan kalian menikah? "

"Hafidz ingin menikah dua minggu lagi boleh bun? Hafidz hanya ingin terhindar dari dosa. "

"Ayah dan bunda serahkan semuanya ke Anin. Gimana Nin kamu siap menikah dua minggu lagi? "

"Ya" lagi. Anin hanya menjawab dua huruf satu kata yang membuat semua orang kembali tersenyum karena Anin menyetujui, tapi Hafidz tau kalau Anin masih dalam masa terkejut makanya dari tadi hanya menjawab 'ya'.

Saat yang lain sedang asik berbincang, Anin malah lebih memilih keluar melihat Bintang yang bersinar terang. Setitik senyum terbit dalam wajah Anin,  saat ini Anin sudah sadar sepenuhnya dengan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Apa kalian ikut bahagia dengan ini makanya kalian bersinar sangat terang malam ini? "

Ucapan Anin tadi terdengar oleh Hafidz yang kebetulan ingin ke halaman rumah yang ternyata ada Anin.

"Assalamualaikum" salam Hafidz dan ikut duduk di samping Anin dengan menciptakan jarak agar mereka tidak bersentuhan

Buaknnya menjawab salam Hafidz, Anin hanya mengerjapkan matanya berkali-kali memandang Hafidz dengan semburat merah di pipinya. Kelakuan Anin ini malah mendapat kekehan dari Hafidz. Gadisnya ini sangat lucu.

"Jawab salam itu wajib Anin! "

"Waalaikumsalam ka" ucap Anin dan kembali mengalihkan pandangannya pada langit yang bertabur Bintang.

"Jadi tadi kamu serius nih ijabnya dua minggu lagi? Kamu ngga keberatan? "

Anin terdiam. Tadi dia jawab iya karena sedang dalam masa shock jadi tidak berpikir kalau dirinya masih sekolah. Bagaimana mungkin masih sekolah tapi sudah menjadi istri?

"Kak... Aku kan masih sekolah" ucap Anin sedih

"Ngga usah khawatir masalah itu karena dulu juga bunda seperti kamu. Menjadi istri disaat bunda masih SMA" bukan Hafidz yang menjawab tapi bunda yang tiba-tiba muncul dan membuat Anin mengerutkan keningnya.

"Bunda bukannya nikah sama ayah pas udah lulus? " Anin menatap curiga ke Ai

Sedangkan Ai malah kelabakan akan menjawab apa, karena memang selama ini Ai belum pernah menceritakan kisah itu ke Anin. Hanya Anin yang belum tau semua itu karena Hafidz sudah diberitahu Rifandi. Ai menatap Hafidz meminta pertolongan dan beruntung Hafidz mengerti

"Nin kaka mau pergi ke Bandung Bulan depan. "
Mata Anin membulat ke arah Hafidz. Bulan depan? Itu artinya Anin sudah menjadi istri sah dari Hafidz dan ia harus di tinggal ke Bandung?

~~~~~~~~~~~
Assalamualaikum...

Ngga tau lagi ya kayaknya kok makin kesini makin bingung nih.

Semoga kalian suka:)

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang