Chapter 10

12.4K 651 14
                                    

Lanjut ya... maaf pendek.

~~~~~~~~~~$$

Sekarang kami semua ada di ruang tamu, ayah dan bunda tidak bermalam di pondok jadi hanya aku, abah, umi, dan abang ku itu.

Ai ingin bertanya tentang Rifan yang membuatnya penasaran tapi takut.

"Emm... bah, Nara boleh nanya sama abah?"

"Mau tanya apa? Soal agama? Kalau abah bisa pasti abah jawab"

Ai menggelengkan kepalanya. "Soal yang lain bah, apa Fandi itu keponakannya abah? Fandi yang sering di ceritain ke Nara itu loh bah"

"Iya nak. Itu keponakan abah."

DEG!!!

Remuk sudah perasaannya, tak mungkin kan menginginkan seorang imam kelak jika dia sanak saudara sendiri?

Kalau saja, yah nasi sudah jadi bubur. Nyatanya Ai pernah menjalani hubungan yang tak seharusnya dijalani dengan Rifan. Pacaran? Itu hanya sebuah guyonan kalau dilakukan sebelum mengucap akad.

---

Hari terakhir Ai menjumpai abah dan umi, Ainayya memutuskan untuk berkeliling pondok sekali lagi.

Ai melihat Alsye yang kemarin ngga sengaja di tabraknya.

"Assalamualaikum "

"Waalaikumsalam.. kamu yang kemarin kan?"

Ai menganggukan kepalanya dan tersenyum "Nara, namaku Nara. Maaf kemarin pergi gitu aja"

Alsye balas senyum yang tak kalah bersahabat "semoga kita bisa berteman baik selanjutnya"

Ai diam sejenak, dan air mukanya sedikit berubah "maaf tapi ini hari terakhir aku disini. Mungkin kalo liburan baru kesini lagi"

Sebenarnya Ai sangat ingin berada di pondok ini. Menyenangkan dan menenangkan. Tapi Ai senang, walaupun ngga mondok tapi Ai bisa bertanya segala hal ke abah ataupun umi nya. Hehe

Di sisi lain ada Rifan yang sedang lewat tapi berhenti saat ia dengar suara yang dikenalinya. Suara yang hanya bisa di ingat dengan baik dalam memorinya dan sekarang suara itu teedengar di indra pendengarannya.

Rifan melupakan tujuan awalnya dan mengamati Ainayya, Yah dialah orang itu. dan saat ini Ai sedang bersama dengan...Alsye?

Mereka berteman?

Setelah Ai pergi, Rifan menghampiri Alsye dengan rasa takut, karena ini pondok dan ada peraturan yang harus di ikuti bukan?

"Assalamualaikum. Afwan ukhty Alsye, ana mau tanya sebentar boleh?"

Alsye menundukkan pandangannya seraya mengangguk. Ia tahu kalau lelaki yang ada di hadapannya bukanlah mahromnya dan sudah sepatutnya ia menundukkan pandangan.

"Tadi yang sama anti itu, em--kalian kenal?"

"Iyah akh, ana baru kenal beberapa hari. Dia juga keponakan Abah Yai sama kayak antum. Maaf ana duluan,assalamualaikum"

Rifan diam sejenak, jadi benar kalau Ai punya hubungan bersaudara dengan Abah Yai sama seperti ku? Bedanya mungkin ada hubungan darah antara mereka sedang aku tak ada... Rifan teringat akan kebaikan orang tuanya yang mau mengadopsinya.

Tapi apa Ai tau kalau aku hanyalah anak angkat dari keluarga ku sekarang? Tidak salah bukan jika aku masih berharap dengannya walau semuanya kuasa Allah?

Setelah bertemu dengan Alsye, Ai bergegas merapikan barang yang tak terlalu banyak. Setelah 2 hari semalam Ai berada disini, cukup rasanya mengobati rindu ini. Rindu ? Adakah rindu itu untuk dia ? Entahlah...

selama perjalanan pulang yang ada di fikirannya kenyataan kalau Rifan itu saudaranya sendiri. Rasa ini tak tepat dan tak seharusnya ada!

Yah, Ai sudah bertekat akan mengenyahkan Rifandi dari fikiran, otak, dan... hati ? Mampukah hambamu ini?

Ai bodoh. Semua mampu kalau kita berusaha, selepasnya serahkan kepada Rabb mu. Dia yang akan memberi skenario hidupmu !

Hujan membelah bumi ini. Air yang melimpah seakan mengajaknya menari dibawah hujan. Sejak kecil hanya hujan, pelangi, dan bintang yang di sukai Ai.

3 hal favoritnya yang selalu membuatnya tegar. Dikala air mata tak terbendung, ada saatnya kebahagiaan muncul setelahnya. Disaat hidupnya gelap ada sinar terang indah yang menerangi hidupnya.

Hujan, pelangi, dan bintang. Apa yang lebih indah dari ketiga hal itu ? Banyak. Tapi yang membuat Ai tertarik dengan semua itu dikala ia menemukan makna yang membuat hidupnya lebih tegar.

Bersyukur. Apalagi yang bisa Ainayya lakukan selain itu ? Hidupnya ini beruntung. Memiliki orang tua yang perhatian, abah dan umi yang membalut ilmu agama di hidupnya agar tak salah jalan, sahabat shalihah yang di temukan di organisasi rohis.

Pantaskah Ai untuk mengeluh ? Tidak! Tapi apa dayanya, Ai pun ada kalanya merasa jenuh dan berakhir mengeluh.

Maka nikmat yang mana yang ingin kamu dustakan ? Sepenggal ayat surah Ar-Rahman favorit Ai yang lagi dan lagi membuatnya mengaca pada kehidupan yang lebih buruk diluar sana dari yang dialami Ai.

~~~~~~~~~~~~~
Assalamualaikum.

sebelumnya makasih yang udah baca dan kasih vomment:*
Bagus??? Semoga ya, koreksi jika ada yang salah. Aku masih belajar. Di tunggu juga vommentnya:v

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang