Chapter 27

9.8K 472 13
                                    

Semenjak hari itu baik Rifan dan Ai sama-sama tinggal terpisah. Ai yang tau kalau Rifan tinggal di rumah idaman mereka membiarkan Rifan disana sendiri bersama pembantu rumah tangga yang memang sudah ada.

Sedang Ai, dia lebih memilih tinggal di panti asuhan yang pernah dia kunjungi dan semakin sering dikunjungi Ai akhir-akhir ini.

"Oh ya Nar kenalkan ini Iren. Iren ini yang ngurus anak panti disini. "

Ai tersenyum menyambut uluran tangan mba Iren, dia sangat cantik dengan segala sifat anggunnya dan betapa mulianya mba Iren di masa mudanya mau merawat anak panti padahal masih banyak yang bisa dilakukannya diluar sana.

Setelah Ka Aiden menjelaskan tentang panti ini Ai diperbolehkan tidur sekamar dengan Mba Iren dan mulailah percakapan antara Ai dan Mba Iren yang membuat Ai cukup terkejut.

"Mba... Kenapa mba bisa ngurus panti ini? "

Iren terdiam mendengar pertanyaan Ai. Apa dia salah bicara?

"Mm... Jadi dulu itu aku bukan wanita baik-baik Nar. "

Ai mengernyitkan keningnya mendengar ucapan mba Iren yang membuat Ai bingung.

"Dulu... Aku ngga ada bedanya sama anak remaja SMA lainnya. Aku punya kekasih dan apapun aku Kasih termasuk... Kesucianku. "

Mba Iren mulai menangis, terlihat sekali seperti ada beban yang menyelimutinya. Sedang Ai hanya diam menyimak setiap kata yang dilontarkan mba Iren.

"Dan akhirnya aku hamil lalu menggugurkannya karena aku takut sama kata orang, baru SMA tapi udah hamil? Aku malu Nar. Makanya aku disini sekarang. Seandainya dulu aku ngga menggugurkannya pasti malaikat kecilku sudah besar Nar. "

Ai memeluk tubuh mba Iren yang sudah bergetar karena tangisannya yang menjadi. Kasusnya sama dengan Fiqa. Tapi takdir mereka berbeda, Fiqa yang akhirnya mendapatkan bang Rafif sedang Mba Iren yang sebatangkara menjalani masa tersulit dalam hidupnya hingga keputusan itu dipilih olehnya.

------

Kamu dimana? Kita harus bicara, bagaimanapun kamu itu masih istriku.

Setelah dua pekan Rifan tak memberi kabar akhirnya muncul satu pesan yang bertanya tentang keberadaannya. Sebenarnya ia ingin memberitahu Rifan dimana dia sekarang tapi mengingat soal permasalahan pelik membuat Ai mengurungkan niatnya.

Suatu tempat tanpa jangakuan kamu. Aku tahu, dan mungkin aku bukan lagi menyandang status itu suatu saat nanti.

Ai mengusap air mata yang terus membasahi pipinya, sudah berulang kali memantapkan hati tapi selalu saja hati ini rapuh.

Baiklah... Ini kemauanmu! Dalam waktu seminggu kedepan aku akan memperistri Alsye. Aku hanya ingin menuruti permintaan wanitaku.

Egoiskah Ai saat ini? Rasanya Ai ingin sekali berteriak memberontak jalan hidup yang telah dia pilih sendiri. Nyatanya Ai tak sekuat dugaannya, bahkan saat ini Ai berlari menghindar dari seluruh keluarganya demi memantapkan hatinya. Bahkan Rifan juga sudah memberitahu kalau mereka akan segera menikah dalam waktu seminggu lagi, apa pesan tadi adalah undangan untuk Ai??

Selamat Fan:) tapi sebelum hari itu terjadi kita harus bertemu. Besok aku akan ke rumah ba'da dzuhur.

Setelah itu Ai hanya menonaktifkan hpnya dan memilih untuk sibuk dengan anak panti yang sejak tadi sudah menjaili Ai untuk berhenti dengan aktivitasnya dan bermain bersama anak kecil ini.

Seharian bersama anak panti membuat Ai merasa tanpa beban tapi saat dirinya hanya sendiri seperti sekarang membuat Ai merasa hampa.

"Kembalilah Nar kalau kamu memang merindukannya"

Ucapan Mba Iren membuat Ai ingin sekali menangis, sejak tadi airmata sudah di tahan karena Ai ingin terlihat tegar dihadapan semuanya biarlah hanya dengan sang khalik Ai terlihat rapuh tapi saat ini ucapan Mba Iren telah berhasil membuat Ai terisak dipelukan Mba Iren.

"Kamu itu ya Nar, Mba baru kenal kamu tapi Mba seperti sudah tau kamu loh. Kamu itu ingin kembali tapi apa sebenarnya yang menahanmu kembali kumpul dengan suamimu Nar?"

Memang sejauh ini Ai hanya berbicara sedikit tentang hubungan rumah tangganya.

"Bagaimana mungkin aku kembali Mba.Hiks.. Aku itu hanya perusak dan pengganggu hubungan mereka. Bahkan mereka sudah memiliki calon anak yang ada dirahim wanita itu Mba. Ngga mungkin aku... "

Ai sudah tak sanggup menceritakan segalanya, ucapannya sudah tak terdengar jelas saat tangisannya makin terisak.

"Sttttt... Kamu itu kuat, kamu wanita hebat Nar. Bahkan kamu merelakan lelaki yang kamu sayang untuk berbahagia dengan wanita lain. "

Ai terus menangis di pundak Mba Iren sampai tak terasa ternyata sekarang Ai sudah berada dikamar dan tertidur pulas. Paginya Ai merasa sangat pusing dan ada lingkar hitam di matanya.
Ai bergegas membersihkan diri dan berpakaian rapih, sesuai dengan keinginannya menemui Rifan dan memperjelas semuanya lalu menemui seluruh keluarganya yang sudah lama menanti Ai pulang tentunya.

"Nara... Ini udah jam 9 tapi kamu masih di dapur? Biasanya udah ngajar ngaji di musholla depan"

"Astaghfirullah ka Aiden bikin kaget Nara aja, iya ini sebentar lagi aku kesana terus abis itu aku izin mau kerumah ku kak"

Aiden menatap lurus kedepan Rani, dia salah satu anak panti disini dan Ka Aiden sangat dekat dengan Rani

"Ka... Kenapa kaka merhatiin Rani terus? "

Ai penasaran sebenarnya Rani itu siapa Ka Aiden? Mereka sangat dekat dan diantara anak panti hanya Rani yang memanggil Ka Aiden dengan sebutan 'om'.

"Ahh... Tidak Nar hanya melihat perkembangannya aja. Yasudah kamu kalo mau pergi ngga papa, aku mau ke kantor dulu tadi niatnya cuma mau mampir liat Rani aja. Assalamualaikum "

Ai masih mengernyitkan dahinya sejak tadi, jauh-jauh kesini untuk melihat Rani padahal harus ngantor, bukannya itu hal yang berlebihan? Toh nanti sepulang kerja Ka Aiden akan kesini seperti hari biasanya.

----

Kamu dimana? Apa kamu ngga jadi kesini?

Ai melihat notif pesan di hp nya dan itu dari Rifan, sesuai janji setelah mengajar ngaji Ai bergegas ke rumahnya-emm ralat mungkin rumah Rifan dan Alsye nantinya??

Jadi. Aku lagi di jalan sekarang.

Singkat. Ai sudah lelah dan ingin mengakhiri semua sampai disini. Biarlah hanya Ai yang tahu bagaimana rasa sakitnya merasakan semua ini. Ai hanya akan menjelaskan perihal perpisahan antara Rifan dan juga dirinya ke sanak keluarga.

Setelah sampai dirumah itu, rumah bercat putih di lengkapi Taman bunga didepan halaman rumah dan disamping ada Taman bermain 'untuk anak kita dan cucu kita nanti ya ayy' itulah jawaban Rifan sewaktu Ai bertanya mengapa ada Taman bermain. Dan sekarang jawabannya bukan anak kita ataupun cucu kita tapi antara kamu dan Alsye Rif.

Ai mengusap air mata yang lolos saat mengenang kejadian manis tadi yang pernah terjadi dulu. Ayolah kamu pasti bisa Ainayya Inara!!!

"Assalamualaikum"

Ai mengucap salam dan mengetuk pintu, meski Ai memiliki kunci rumah ini yang diberi Rifan saat itu tapi Ai rasa sudah bukan haknya nyelonong masuk kerumah impian Ai, bagaimanapun Ai yang menata bentuk rumah ini.

Tak lama pintu terbuka dan muncullah sosok yang sangat dirindukan Ai, dia adalah Rifandi Yusran. Lelaki yang sudah berhasil merebut hatinya hingga jatuh terlalu dalam. Dan mungkin... apakah Allah menegur Ai karena kecintaan Ai kepada Rifan yang amat besar sehingga Allah merasa cemburu? Astagfirullah hambamu ini lalai ya rabb...

"Waalaikumsalam... "

~~~~~~~~~~~
Assalamualaikum semuanya...

Lama? Iya aku tau bangettttt tapi cerita ini lanjut kembali ya? Mungkin diantara kalian semua ada yang merasa kalo cerita ini berakhir tanpa kejelasan karena ngga update terus-_-... Tapi inilah part selanjutnya :)

Maunya Rifan-Ainayya bersatu atau berpisah? Coba dong tanggapan kalian gimana karena aku mau tau juga respon dari kalian semua:) tapi jalan cerita tetep sesuka aku ya ... Hehehe

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang