Chapter 31

9.7K 449 3
                                    

Dua Bulan telah berlalu dan sekarang Ai telah kembali kerumahnya setelah mendapat telfon dari bang Rafif kalau bundanya masuk rumah sakit yang membuat Ai panik dan membuat Ai pamit ke ibu Aiden...

"Nara, biar Aiden yang mengantar kamu. Ngga mungkin kan kamu kesana naik taksi. Ini sudah sangat larut"

Mau tak mau Ai mengiyakan dengan Bagas ikut serta juga karena rasanya hanya berdua didalam mobil itu sangat mengganggu.

Sesampainya dirumah sakit Ai berlari disertai derai air mata yang terus saja turun dari kelopaknya itu. Ai takut karena selama ini bunda tidak pernah sakit yang seperti ini.

Disana. Ada bunda yang sedang muntah dan tunggu... Bunda muntah darah? Hati Ai bagai diremas. Untuk pertama kali ia melihat bundanya terlihat sangat lemas seperti itu.

"Bunda... " ucap Ai bergetar dan semua mata tertuju pada Ai.

Bunda tersenyum, baru memuntahkan isi yang ada dilambungnya tentu menguras banyak tenaga tapi bunda masih tersenyum hangat menyambut bungsunya yang baru datang setelah dua Bulan pergi.

"Jangan nangis, bunda sehat kok. "

Apa Bun? 'Bunda sehat kok' tapi kenyataannya bunda ngga terlihat sehat. Tangan kanan dan kiri bunda tertancap selang infus dan tangan beliau bengkak, dan jangan lupakan soal muntah darah tadi. Pantaskah itu dibilang tidak papa?

Dengan cepat Ai memeluk sayang bundanya dan menangis sejadinya, entah penyakit apa yang diderita bundanya karena Ai sendiri belum bertanya soal itu.

"Hmm... Ai itu siapa? "Baiklah setelah adegan panjang Ai yang menangis sekarang ayah bertanya mengenai seseorang yang sudah ada dibelakang Ai dan dia mengendong Bagas.

"Astaghfirullah iya yah aku lupa. Ini temen Nara namanya Aiden dan yang digendongnya itu namanya Bagas"

Awalnya ayah dan bang Rafif berniat buka suara lagi tapi Ai mengisyaratkan agar jangan bertanya lagi karena situasinya tidak tepat untuk mengintrogasi seseorang. Dan syukurlah mereka mengerti.

Setelahnya, Aiden pamit pulang kepanti untuk mengantar Bagas yang terlihat sudah sangat mengantuk. Kasihan dia seharusnya dia tidak boleh kurang istirahat seperti ini tapi sewaktu dijalan hingga saat ini Bagas tidak mau tidur entah karena apa.

"Nar kamu istirahat aja dirumah ya besok baru kesini lagi. "

"Bunda sakit apa? " enggan sekali menjawab pertanyaan bunda karena Ai kesini niatnya ingin menjaga bundanya bukan berleha-leha menunggu dirumah.

"Flek paru dan sedikit masalah di lambung. "

––––––

Setelah delapan hari di rumah sakit, akhirnya bunda diperbolehkan pulang meski masih terlihat lemas. Dan bunda diharuskan check up setiap 2 kali dalam sebulan selama setahun lebih secara berturut-turut.

"Nar... Ada seseorang di depan mau ketemu kamu"

Ai hanya menjawab dengan raut wajah yang mengatakan 'siapa? '

Bang Rafif hanya mengedikkan bahu acuh. Dan terpaksa Ai keluar kamar ... Saat sudah sampai di ruang tamu kaki Ai sangat lemas untuk berdiri untungnya ada dinding yang masih bisa jadi penyangganya.

"Assalamualaikum Ai ..."

Telat. Baru saja Ai ingin kembali ke kamar setelah tahu siapa yang datang tapi salam itu sudah terucap ditujukan untuknya.

"Waalaikumsalam. Ada apa? " hati ini terasa ngilu saat Ai harus berbicara dengan nada suara yang terkesan dingin.

"Lusa, bisa kamu datang ke rumah ku untuk selametan empat bulanan kandungan Alsye? Dia sangat ingin kamu datang "

Allah... Rasanya Ai ingin menangis saat itu juga, kenapa harus dia yang datang dan menyampaikan? Setidaknya kalau bukan Rifan sendiri mungkin rasanya tidak akan sesakit ini.

Mau tak mau, Ai menguatkan hatinya menyanggupi permintaan Rifan. Dia akan hadir dalam acara selametan calon anak Rifan.

"Iya aku akan datang. Kalo gitu aku ke atas dulu mau nemenin bunda. "

Sebenarnya bukan hanya bunda yang membuat Ai ingin cepat pergi tapi karena di ruang tamu itu ada Rifan, laki-laki yang sampai saat ini masih memiliki tempat tertentu di kehidupan Ai. Sesampainya di kamar, Ai menangis. Bukan menangisi takdirnya tapi menangisi kesalahannya yang masih saja belum ikhlas sampai sekarang.

"Nar... Abang tau kamu pasti akan seperti ini. Sebenernya abang ngga rela waktu kamu bilang mau lepas Rifan untuk cewe itu. Abang tau kalo akhirnya pasti adek abang yang akan tersakiti. "

Nara tersentak dengan pelukan hangat yang diberikan oleh Bang Rafif. Dan ucapan Bang Rafif sama sekali ngga dibantah oleh Ai karena dalam hati kecil Ai pun rasa sesal itu ada. Tapi hidup harus terus berjalan ada atau tanpa seorang Rifandi.

"Bang... Jangan sakiti Fiqa ya? Abang itu lelaki yang ngga pernah ngelukain perasaan Ai selain ayah. Jadi abang juga ngga boleh sakitin Fiqa. "

Ai menangis sejadi-jadinya di pelukan bang Rafif. Abangnya ini memang sama kerasnya dengan ayahnya tapi hatinya sangat amat lembut. Ayah dan bang Rafif tidak akan pernah tega melihat bunda atau Ai menangis.

–––––
"Nara... Kalo kamu ngga bisa liat mereka yaudah kamu ngga usah dateng biar bunda bilang kamu sedang sakit. "

Nara menggeleng dan tersenyum menandakan kalau ia baik-baik aja. Ai akan tetap datang ke acara Rifan dan Alsye, ini acara empat bulanan anak mereka dan lagi Alsye menginginkan Ai untuk datang kan?  Baiklah Ai akan datang.

Bismillah. Sebelum memasuki rumah impian Ai dan Rifan dulu Ai terus melafadzkan basmalah. Bahkan rumah ini Ai yang mendisain sampai berhari-hari dan setelah jadi ternyata bukan Ai yang menjadi nyonya rumah ini, tapi dia, wanita yang sedang bersama Rifan itu yang akan menjadi nyonya rumah ini.

Semakin dalam Ai memasuki rumah ini, Ai sadar kalau rumah ini sudah banyak dirubah. Dan dulu tepat di tengah ruangan ada foto Ai bersama Rifan tapi sekarang foto itu tergantikan dengan Alsye yang sedang menatap perut buncitnya dan disamping ada Rifan yang sedang mengelus kandungan Alsye.

"Assalamualaikum... "

"Waalaikumsalam Nara ternyata kamu datang? Akhirnya kesampaian juga aku ngeliat kamu. Dari kemarin aku pengen banget liat kamu soalnya mungkin ini bawaan bayi yang ada di kandungan aku ya. "

Dan yah itu Alsye yang berucap dengan semangat yang menggebu, Ai hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Alsye yang lumayan menggores perasaan Ai.

~~~~~~~~~~
Maaf untuk ketelatan update ya:* Ini udah usaha yang terbaik tapi jujur sih fikiran lagi kacau banget dan ini ngga maksimal jadi maaf:'(

vomment jangan lupakan ya :*:*

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang