Chapter 34

9.7K 434 9
                                    

Ainayya sibuk menyirami bunga yang ada di halaman rumahnya. Dan Ai sendiri masih sibuk dengan kebimbangannya, keputusan apa yang akan di ambil oleh Ai tentang khitbahan dari Aiden.

Sejujurnya Ai sudah memiliki keputusan tapi Ai takut kalau keputusannya akan menghancurkan semua harapan keluarganya untuk kebahagiaan Ai.

"Assalamualaikum... "

Saat ada yang mengucapkan salam Ai langsung melihat ke arah gerbang dan seketika Ai memegang selang untuk menyiram tanaman begitu erat, disana ada wanita hamil yang sedang tersenyum ke arah Ai. Dia Alsye

Setelah sadar dari keterkejutan, Ai bersikap senormal mungkin menjawab salam Alsye dan mempersilahkan Alsye duduk di teras karena Alsye tidak mau masuk kedalam rumah.

"Kenapa kamu datang kesini? Oh ya mau minum apa? "

"Aku butuh saran dan kamu orang yang paling tepat memberikan aku saran itu. Air putih aja Nar. "

Ai mengangguk dan masuk kedalam untuk mengambil minum serta sedikit cemilan untuk dihidangkan, selama jalan ke dapur Ai masih kepikiran ucapan Alaye soal meminta saran... Saran apa yang ingin di minta Alsye??

"Maaf ya lama nunggu... Silahkan di minum "

"Iya makasih Nar. Sebenernya aku kesini ingin sharing pengalaman kamu selama jadi istri Rifandi dan menantu mamah. Apa yang membuat mereka begitu menyayangi kamu dan menerima kamu dengan sangat baik? "

Ai membulatkan matanya saat mendengar penuturan Alsye barusan, kenapa juga harus bertanya soal itu? Bukankah itu namanya membuka luka lama sebelum kering? Rasanya masih sangat sakit.

"Aku hanya ingin menjadi seperti kamu, mamah selalu membandingkan aku. Kata beliau kalau Nara itu begini ngga kayak kamu yang begitu, harusnya tuh gini loh kayak yang biasa dilakuin Nara bukannya malah kayak kamu aku lelah Nara kalau setiap yang aku lakuin salah didepan mamah dan Rifandi"

"Aku udah usaha untuk menjadi kamu didepan mamah dan Rifandi tapi mereka masih saja menganggap aku salah, bahkan abangnya Rifan ngga pernah mau ngobrol sama aku beda sama kamu yang kelihatan sangat akrab dengan bang Arfandi di acara syukuran waktu itu. Kenapa hanya kamu yang bisa diterima baik Nar...? "

Ai bingung harus apa, selama ini Ai hanya melakukan yang memang dianggap Ai benar saja, didepan mamah Rifandi pun Ai berlaku sewajarnya tidak ada yang spesial.

"Untuk apa Al kamu jadi diri aku? Untuk apa berusaha merubah kebiasaan kamu mengikuti aku? Jadi diri kamu sendiri Alsye! Kalau mamah sekarang belum bisa nerima kamu ya terus usaha nanti juga mamah akan nerima kamu, kamu harus yakin soal itu!!! "

"Apa Nara...? Bahkan Rifan masih saja menyayangi kamu yang mantan istrinya saat dia sudah mempunya istri dan calon anaknya! "

Ai tersakiti oleh ucapan Alsye, memang itu kenyataan kalau dirinya sudah menjadi 'mantan' tapi apa memang statusnya harus diperjelas seperti itu?

"ALSYE!!! JANGAN SEENAKNYA LO YAH NGOMONG BEGITU! LO SEOLAH NYALAHIN NARA DALAM KESENGSARAAN HIDUP LO YANG SEKARANG!!! SIAPA YANG LEBIH DULU MENYAKITI SIAPA? BAHKAN SEKARANG LO MERASA TERSAKITI TANPA NARA MELAKUKAN SESUATU! "

"Astaghfirullah Fiqa bicara kamu jangan gitu, itu kasar Fiq. Maaf Alsye lebih baik kamu intropeksi diri kamu sendiri. Pasti ada sesuatu hal yang ngebuat mamah dan Rifan kurang menerima kamu... Aku juga ngga mungkin ceritain kehidupan aku yang dulu bersama Rifan ke kamu... Maaf aku ngga bisa bantu"

"Aku fikir kamu mau bantu aku Nara... Kita ini temen kan? Aku fikir kamu akan memberi solusi tapi nyata nya? KAMU MASIH BELUM BISA KAN LUPAIN RIFANDI? "

Tadi Ai masih menahan air matanya untuk tidak jatuh tapi sekarang rasanya sudah tidak mampu, entah karena ucapan Alsye yang membentak Ai atau memang karena kenyataannya Ai belum bisa melupakan Rifandi. Selama ini Ai terus berusaha untuk menghilangkan Rifan dalam hidupnya.

"mending lo pergi sekarang dari sini, dirumah orang teriak-teriak apa lo ngga punya sopan santun Alsye? Lo santri kan dulu, apa lo ngga diajarin tata cara bertamu dirumah orang?!! "

Alsye pergi begitu saja tanpa mengucap salam, Ai yang masih kaget berlari menuju kamar untuk menumpahkan segala air matanya disana. Tubuh Ai luruh saat kembali mengingat perkataan Alsye yang terus berputar. Kenapa begitu rumit? Ai sudah mengesampingkan perasaannya demi hak Alsye dan anaknya mendapatkan pengakuan, tapi kenapa masalah ini masih belum berakhir?

Aku sudah menyingkir dari hidupnya, apa masih belum cukup? apa aku harus menyingkir juga dari negara ini?

~Ainayya Inara~ 

———————

Setelah kedatangan Alsye, keesokannya Ai berkemas dan meninggalkan rumah di tengah malam. Ai ke panti asuhan milik Aiden dan Ai memohon agar mba Iren tidak memberitahu Aiden perihal kedatangannya tengah malam saat itu.

Tiga hari berlalu dan ini saatnya hari keberangkatan Ai ke Amerika. Disana ada sepupu Ai yang siap memberikan tempat tinggal untuk Ai, dalam kepergiannya Ai tidak memberitahu siapapun. Biarlah hanya dirinya yang menjalani kemauan hidupnya sampai nanti Ai benar-benar siap kembali ke Indonesia dan menjalani hidupnya lagi disini.

Pesawat telah lepas landas, selama perjalanan Ai terus memikirkan keluarganya yang ditinggalkan Ai hanya karena ego yang ingin menenangkan diri. Bahkan khitbahan Aiden juga belum dibalas oleh Ai. biarlah Ai yakin jiga memang berjodoh pasti akhirnya kita akan bersama nantinya...

Di bandara Ai di jemput oleh Vitah, sepupu yang Ai bilang tadi. Ai geleng-geleng kepala dan mengucap istighfar saat melihat penampilan sepupu cantiknya ini.

"Hayy ka Nara... Apa kabar? Lama ngga ketemu, kangennnn sama kaka. "

"Kamu itu ya Vit kenapa jadi gini si rambutnya? Terus apa lagi nih celana robek-robek gini, baju juga kurang bahan gini. Aurat semua ituloh Vitah. "

Vitah yang di tegur Ai hanya cengengesan dan menganggap santai. Sebelumnya Vitah sudah menduga kalau kaka sepupu yang hanya beda satu tahun ini pasti akan menegur habis penampilan Vitah yang ala modern ini. Namanya juga hidup di Negara mayoritas non islam. Semua terlihat sah saja kan?

"Aduh ka nanti aja ya dirumah deh ceramah panjangnya, laper nih"

Ai hanya mampu menggelengkan kepala takjub menatap sepupunya dengan penampilan ajaibnya ini, dulu saat Vitah di Indonesia dia memakai jilbab walaupun belum syar'i tapi sekarang rambutnya tidak ditutup benang sehelai pun. Rambut yang dulunya berwarna hitam pekat berubah warna seperti itu... Ckckck

"Kemana jilbab kamu Vit...? "

Vitah hanya diam menerawang pada masa lalunya....

~~~~~~~~~~~~~~~
Assalamualaikum ya reader's Setia jilbab ku. ..^^

Gimana kabar kalian? Semoga baik semua ya biar bisa baca cerita aku terus.. Whehehe

Ending nya mau gimana si kalo menurut kalian? Saran dong:) Vote dan Comment selalu aku nantikan loh:)

Jilbab Ku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang