IN RELATIONDSHIP

199 3 0
                                        

Yey hari ini ada waktu untuk mengarang dan bs update cepet :) terimakasih yang masih setia menunggu :)


Bahagia sambil menjalankan misi ! Hmm sounds great !

"Kau yakin ?" Cassy mencari keseriusan dari mata Dave. Dan sepertinya laki laki itu memang tidak berbohong.

"Tentu saja. Kau mau mencoba menjalaninya bersamaku? Aku tidak perduli bagaimana masa lalumu. Yang aku inginkan kita berdua bisa sama sama memulainya dari awal."

Cassy terharu. Bagaimana pun mungkin disinilah batas dimana ia berhak untuk mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Tentu saja ia masih ingin mempertahankan rumah tangganya. Namun dibalik itu semua ia berharap dengan bersama Dave,  pria itu bisa membantu mengurangi kepedihan hatinya.

Tanpa sadar, air matanya mengalir deras. Cassy memang mudah terharu oleh perlakuan dari seseorang yang berperilaku baik padanya, seperti Dave, pria yang baru saja dikenalnya. Pria yang sebenarnya akan menjadi targetnya. Korbannya.

Merasa bersalah sekaligus gagal membuat targetnya bertekuk lutut tentu saja bukan harapannya.

Hal lain yang membuat sedih hatinya justru orang yang memberikan kejutan ini bukanlah orang yang ia harapkan untuk melakukannya. Cassy sangat berharap suaminya lah yang  memberikan kejutan kejutan seperti ini untuknya. Walaupun kemungkinan itu hampir tidak akan mungkin terjadi.

Melihat Cassy menangis, Dave segera menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Dirinya justru bingung mengapa reaksi wanita itu justru tiba tiba menangis seperti itu.

Diusapnya punggung wanita itu, "Hei ? Kenapa menangis?" tanyanya lembut.

Cassy hanya menggeleng.

"Aku tidak memaksamu. Jika kau membutuhkan waktu atau mungkin kau tidak menyukaiku, tidak apa. Aku tidak akan memaksamu," Dave mengecup ujung kepala Cassy. Ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya memang terlalu terburu buru. Ia sendiri tidak tau mengapa ia begitu cepat meminta seseorang untuk menjadi kekasihnya. Tapi dirinya tidak munafik ingin memikirkan masa depannya, memang sudah waktunya ia harus mencoba hubungan yang serius dengan seorang wanita. Ia yakin Cassy orang yang baik walaupun ia belum banyak mengenalnya.

Lagipula seandainya wanita itu berniat jahat, seperti akan memeras hartanya misalnyapun, bukan masalah baginya. Uangnya banyak dan ia sanggup untuk membiayai istrinya untuk berfoya foya jika ia menginginkannya.

Ia memang belum mencintai Cassy tentu saja. Mengingat perkenalan singkat mereka. Hanya saja tidak ada salahnya untuk mencobanya bukan ?

"Kita bisa mencobanya Dave," suara Cassy terdengar lirih. "Aku hanya sangat bahagia saat ini menerima kejutan seperti ini darimu."

Dave melepaskan pelukannya, dipandanginya Cassy yang sedang tersenyum padanya.

"Terima kasih. Aku akan berusaha membahagiakanmu. Aku hanya ingin minta kejujuran apapun itu masalahmu. Begitu pun denganku," ujar Dave sambil mensejajarkan wajahnya menatap wajah Cassy. Wanita itu hanya mengangguk.

"Yasudah jangan menangis lagi," Dave tersenyum dan mengecup bibir Cassy.

Dave merogoh kotak beludru dari kantong celananya. Dibukanya kotak itu yang berisi sebuah cincin berlian kecil yang sangat cantik. Dikeluarkannya cincin itu dan diambilnya tangan kanan Cassy. Dahinya mendadak berkerut ketika melihat sebuah cincin bertengger manis di jari tangan kanannya.

Sontak menyadari perubahan ekspresi Dave, segera Cassy mengklarifikasi apa yang menjadi tanda tanya di pikiran lelaki itu.

Dengan spontan Cassy menjawab apa yang ada di pikiran pria itu. Jawaban yang sebenarnya selalu dijadikannya alasan atas kecurigaan pria pria yang selama ini menjadi target sasarannya.

"Ini cincin pernikahan ayah untuk ibuku. Hanya ini satu satunya peninggalan mereka yang aku miliki." Cassy tersenyum.

"Aku akan memindahkannya dijari tengahku."

Cassy melepas cincin itu dan memasangkannya di jari tengahnya. Memang cincin pernikahannya dengan Thomas  terlalu sempit di jari tengahnya.

Dave akhirnya menahan aksi Cassy, "Jangan dipaksakan." Dave tersenyum mengambil cincin itu dan memakaikannya kembali di jari manis tangan kanannya. Kemudian ia mengambil tangan kiri Cassy dan memakaikan cincin pemberiannya dijari manisnya.

Pas ! Untunglah ukurannya pas di jari manis Cassy. Tidak apalah toh memang ini belum menjadi cincin pernikahan mereka. Jika saatnya nanti, seandainya memang Cassy adalah jodohnya, ia akan meminta Cassy untuk mengenakan cincin pernikahan mereka di tangan kanan dan cincin dari orang tuanya disebelah kiri.

Wanita itu tersenyum lega karena sepertinya a Dave tidak mencurigai alasan yang diberikannya. Dilihatnya cincin itu kemudian matanya justru berpaling menatap sesuatu yang ganjil di baju kemeja Dave. Membuat pria itu mau tidak mau, melihat ke arah yang dimaksut. Setelah menyadari kecemasan Cassy, ia kemudian tersenyum.

"Maaf bajumu basah," Cassy merasa tidak enak karena membuat kemeja Dave basah.

"Tidak masalah. Aku akan mengganti baju. Dan sekarang kita harus makan. Aku tidak mau kau jatuh sakit. Aku akan bersiap siap dan kita akan makan diluar," Dave menepuk rahang Cassy pelan.

Ketika Dave akan berbalik kekamarnya, tangan Cassy mencegahnya untuk beranjak. "Dave kita makan disini saja ya. Aku ingin makan dirumah saja hari ini."

"Baiklah kau ingin makan apa ?"

"Apa saja terserah padamu."

"Aku ganti baju sebentar ya," Dave menarik pinggang Cassy dan mengecup pipinya sebelum berlalu. Diraihnya ponselnya untuk menghubungi  layanan delivery service sebuah restaurant dan menyebutkan beberapa menu pesanan.




Dave dan Cassy menghabiskan makan malam mereka di ruang makan.Cassy sudah terlihat jauh lebih baik. Mereka berbicara banyak hal. Lebih banyak Dave sebenarnya yang menceritakan kisah cintanya dahulu. Namun bukan masalah bagi Dave jika Cassy belum mau menceritakan masa lalunya saat ini. Ia yakin suatu saat wanita itu akan menceritakan nya di saat yang tepat.

Setelah menghabiskan makan malamnya, mereka kembali  ke kamar masing masing.
Cassy tersenyum menatap isi kamarnya yang penuh bunga dari lantai hingga tempat tidurnya.  Ia memutuskan akan tidur bersama bungabunga itu malam ini.

Segera ia menganti pakaiannya dengan lingerienya.

Namun sesuatu menarik perhatiannya.

Sebuah kartu yang diletakan Dave sepertinya di tengah ranjang tidurnya. Cassy melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang sambil mengambil kertas itu kemudian membukanya untuk dibaca. Ternyata isinya hanya tulisan : "terima kasih."

"Belum tidur hm ?" suara berat milik Dave membuatnya menoleh keasal suara.

"Aku belum mengantuk Dave," Cassy menatap Dave yang berjalan mendekat. Cassy bangkit berdiri dan tersenyum menatap Dave yang saat itu hanya mengenakan kaos oblong dan celana panjang tidurnya.

Dave menarik tubuh Cassy dan medekat. "Kau ingin mengodaku berpakaian seperti ini sayang ?"

Cassy melihat lingerie nya dan baru menyadari bahwa ia hanya mengenakan itu saja. Namun ia tidak merasa canggung seperti sebelumnya berada di hadapan pesona Dave.

"Hanya terimakasih ?" Cassy melirik kartu ucapan yang dipegangnya. Menuntun Dave untuk mengikuti arah padangannya.

Dave mengerutkan Dahi mencerna apa yang dimaksut kekasih itu.

Ia justru tertawa karena lupa meneruskan kata kata nya karena sibuk menata kamar Cassy tadi. "Maafkan aku sayang. Aku lupa meneruskannya. Tadi aku baru menuliskan kata itu saja."

Pria itu tersenyum dan melanjutkan apa yang belum sempat ditulisnya tadi, "Terimakasih kau sudah mau menerimaku. Aku memang belum mencintaimu saat ini. Tapi aku menyukaimu, aku merasa nyaman denganmu dan aku merasa yakin dengan ini."

Dave menatap manik mata Cassy.

Segera Cassy mengalungkan tangannya dan mencium bibir Dave. Dan tentu saja disambut oleh pria itu. Ciuman yang lama lama menjadi gairah. Dave mendorong pelan tubuh Cassy, sedikit mengangkatnya dan merebahkannya diatas bunga bunga di ranjangnya.

Dan mereka menyatu dalam gairah masing masing sebelum akhirnya jatuh tertidur.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang