7- She's Comeback (2)

11.4K 613 9
                                    

Sejak tadi pak Richo hanya diam saja tak berbicara apapun padaku, di dalam mobil pun kami hanya sibuk dengan ponsel masing masing.

Padahal aku berharap kita bisa berbicara ya walaupun hanya sebentar atau sekedar basa basi.

Entah kenapa aku sedikit merasa sedih karena pak Richo tak mengajakku mengobrol, memang aku siapa?

Astaga liva kenapa aku ngga tau diri banget sih. Apa mungkin aku-- ah mikir apa aku ini.

Saat ini meeting sedang berlangsung namun ku lihat ke arah pak Richo yang duduk di kursi sebelahku dia benar-benar tak memperhatikan pak Adrian yang sedang mempresentasikan mengenai proyek perusahaan bulan ini yang rencananya akan bekerja sama dengan perusahaan Negara China dan Jepang.

"Pak Richo, apakah anda setuju dengan usulan saya?"  tanya pak Adrian pada pak Richo.

Namun yang ditanya hanya menatap kosong pak Adrian tanpa mengatakan apapun.

Lihat saja bisa-bisanya saat meeting berlangsung boss ku melamun?

Karena tak enak hati dengan pak Adrian, Akupun menyenggol tangan pak Richo pelan bertujuan untuk menyadarkan pak Richo dari lamunannya

"Ah iya, saya setuju" ucap pak Richo dengan spontan.

Setuju? Apa yang perlu disetujukan? Pak Adrian saja sedang meminta pendapat pada pak Richo.

Kenapa pak Richo asal setuju saja padahal biasanya ia akan menyanggahnya terlebih dahulu.

"Sepertinya meeting kita berhentikan terlebih dahulu. Kita sambung minggu depan. Terimakasih semuanya" ucap pak Adrian lalu keluar dari ruangan.

Meeting sengaja diberhentikan karena pak Richo tidak dapat fokus.

Aku yakin saat ini pak Richo sedang merutuki dirinya sendiri karena untuk pertama kalinya ia tak dapat fokus pada rapat.

Poor  pak Richo!

***

Aku dan pak Richo berjalan menuju parkiran tempat dimana mobilnya berada, namun ada yang aneh dari pak Richo kenapa dia berjalan dengan tergesah-gesah seperti itu, seperti orang yang sedang terburu-buru.

Ada urusan lain mungkin? Bisa saja.

Sesampainya dikantor pun pak Richo langsung masuk keruangannya, dan dengan bingung akupun kembali ke mejaku yang letaknya didepan ruangan pak Richo.

Saat sibuk dengan proposal yang dikirim oleh asisten General Manager, suara ketukan heels terdengar ditelingaku yang semakin lama semakin mendekat.

Aku mendongakkan wajahku untuk melihat siapa yang datang, dia adalah seorang gadis dewasa berambut pirang sebahu sedang tersenyum ke arahku.

Astaga cantik sekali.. siapa dia?

"Richonya ada" tanyanya ramah padaku. Bahkan suaranya terdengar sangat merdu sekali..

"Maaf nona ada keperluan apa? Apakah sudah ada janji?" Jawabku ramah padanya agar dia tak tersinggung dengan omonganku

"Sepertinya aku tak usah membuat janji jika harus bertemu dengan kekasihku sendiri" Setelah mengatakan itu gadis itu memasuki ruangan pak Richo.

"Tapi nona-" cegatku namun tak dihiraukan

Aku mengikutinya dari belakang bermaksud mencegahnya untuk memasuki ruangan pak Richo namun aku terlambat dia sudah membuka pintunya dan kini ku lihat pak Richo sedang menatap kearah kami.

Lebih tepatnya tatapan terkejut melihat gadis cantik yang masuk mendahuluiku tadi.

"Maaf pak saya sudah peringatkan nona ini tapi dia tetap memaksa masuk" ujarku beralasan pada pak Richo

aku melihat gadis itu mendekati pak Richo lalu duduk dipangkuannya.

Astaga tontonan macam apa ini?

Mataku melotot! Sepertinya setelah ku fikir fikir kehadiranku hanya menganggu dua insan yang sedang saling meluapkan rasa rindunya.

"Kamu boleh keluar" pak Richo memerintahku, lalu aku keluar dari ruangan pak Richo dan kembali meja ku.

Mengapa rasanya sakit sekali melihat kejadian tadi.

Setelah sekian lama aku memandangi pintu ruangan pak Richo tak ada suara. Aku menghela nafas dengan kasar.

Siapa gadis itu? Apa mungkin dia kekasih pak Richo?.

Sampai yang ku dengar pak Richo sedang berteriak seperti memarahi seseorang.

Mungkin pak Richo sedang memarahi seseorang ditelfon atau mungkin memerahi perempuan tadi? Ah tidak mungkin bukankah perempuan tadi bilang bahwa pak Richo adalah kekasihnya.

Mengingat perkataan perempuan tadi "Sepertinya aku tidak usah membuat janji jika harus bertemu dengan kekasihku sendiri"
Rasanya hatiku sesak, kenapa aku ini?

"Livaaaa, kemari" teriak pak Richo dari dalam ruangannya. Mendengar itu langsung saja Aku setengah berlari memasuki ruangannya.

Ada apa lagi Tuhan..

"Iya pak" ucapku ketika sudah ada di depannya sambil menormalkan deru nafasku.

"Cepat kamu usir perempuan ini" ucap pak Richo sambil menunjuk perempuan disebelahnya, tatapannya sangat penuh dengan kilat amarah.

"Jadi kamu mengusirku ?!" Bentak perempuan itu pada pak Richo.

Posisiku disini seperti sedang menonton adegan drama telenovela yang ada di televisi.

Pak Richo bergeming tak bersuara dan lalu membuang pandangannya kearah lain seperti tak ingin menatap perempuan itu.

"Baiklah aku pergi, tapi kamu harus ingat sayang kenalkan perempuan itu padaku atau nasib kakakmu ada ditanganku" ucap perempuan itu sambil mengepalkan tangannya secara dramatis lalu pergi dengan sendirinya dari ruangan pak Richo.

Aku menatap ngeri melihat keduanya.
Menyeramkan.

Wanita itu berjalan kearahku lalu menunjukan tatapan sinis mematikkannya padaku. Baru saja beberapa menit lalu dia tersenyum manis padaku sekarang sudah mensinisiku.

"Aarrgghh kamu juga pergi" perintah pak richo dengan nada frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

Perintah untuk siapa ? Aku? Atau perempuan tadi?

Baru kali ini aku melihat pak Richo seperti ini, biasanya dia terlihat dingin, wibawa, tegas dihadapan karyawan lainnya tapi kali ini--

"Kamu bisa pergi!" Bentaknya lagi padaku

Ah ternyata untukku. Bodoh!

"i..iya pak" aku merutuki kebodohanku mengapa aku tidak dengar waktu pak Richo menyuruhku keluar dari ruangannya.

Aku seperti orang bodoh yang hanya diam saja ketika di usir untuk keluar.

Kenapa aku jadi ikutan kacau begini? Lebih baik aku kerjakan saja proposal-proposal yang menumpuk ini dari pada harus mendapatkan hadiah hujan kertas dari pak Richo.

Tak beberapa lama..

Praaang!

Terdengar suara bantingan benda didalam ruangan pak Richo.

Akupun bergidik ngeri mendengarnya dan jelas tak berani masuk kesana karena itu sama saja masuk kedalam kandang buaya yang sedang lapar.

Ternyata pak Richo benar benar menyeramkan kalau sedang marah seperti itu.

-------------------------------------------
Maafkan penulis amatiran ini jika kurang puas~
Mohon kritik dan sarannya ya

Te Amo Big Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang