13-Richo's Pov (2)

11.5K 527 5
                                    

Aku masih terlelap dalam tidurku mungkin karena tubuhku yang masih lemah, ini karena aku yang terus bekerja tak kenal lelah.

Beruntung hari itu ada Liva yang membantuku membawaku ke apartmen, dia membuatkan ku bubur dan memberikanku beberapa obat.

Aku yang beberapa hari ini hanya makan mie instan, pembantuku ku pecat karena alasan tertentu.

Jadilah aku selalu makan makanan siap saji namun jika aku tidak terlalu capek bekerja aku akan memasak itu juga mie instan karena hanya itu yang ku bisa.

Bubur buatan Liva sangat enak diLidahku, dia sangat ahli dalam membuat bubur.

Atau memang karena sudah terlalu lama aku tidak makan makanan siap saji dan mie instan.

Setelah Liva pergi dari apartmenku, ingin rasanya aku mencegahnya untuk lebih lama disini namun aku tau itu hal konyol yang pernah aku fikirkan.

Tok tok tok!

Suara ketukan di pintu apartmenku sukses membubarkan mimpi indahku mengenai liva.

namun aku malas membukanya, dan aku lebih memilih untuk melanjutkan tidur.

Tok tok tok!

Suara itu terdengar kembali.
Dengan malas aku bangun dari ranjang tidurku

"Engh!" Kepalaku Masih terasa pusing tetapi aku tetap memaksa untuk menemui pengacau yang mengganggu waktu istirahat ku ini.

Tok tok tok!

"Iya sebentar!" Bentakku sambil berjalan menuju pintu

Saat aku membuka pintu, disana terpampanglah wanita cantik bak dewi yunani. Dia Revallyna, berdiri dengan anggunnya dan disertai dengan senyuman manisnya.

Ya! dia memang manis namun aku takkan mengubah keputusanku untuk melupakannya.

Maaf Rev aku takkan goyah!. Batinku mulai bersuara

Aku terkejut melihatnya ada didepan apartemen ku. Sepertinya dia pun tak kalah terkejutnya melihat ku dengab wajah pucat seperti mayat.

"Ada apa kamu kesini?" Tanyaku dengan ketuas untuk menutupi rasa terkejutku.

"Kamu ngga mau suruh aku masuk dulu, sepertinya kurang nyaman kalo kita bicara di depan pintu" ucapnya lalu masuk kedalam apartmenku padahal aku belum mengizinkannya.

Kalau ku tau pengacau itu dia! Mungkin ku biarkan saja dia didepan pintu apartmenku sambil tetap memencet bel yang memekakkan telinga.

Namun tetap saja aku sebagai lelaki sejati takkan tega melakukan hal seperti itu.

Aku duduk di sofa lalu dia duduk disampingku, ketika dia melihatku dari dekat aku bisa melihat tatapannya yang khawatir padaku.

Jujur rasanya aku senang saat ia terlihat khawatir padaku. aku benar-benar bimbang saat ini, tetap aku jalankan keputusan ku atau aku tetap memilih bersamanya meskipun itu harus menyakiti perasaan kakakku sendiri.

"Kamu sakit Sayang?" Ucapnya sambil memegang wajahku, tangannya yang lembut membuatku nyaman.

Sampai tak sadar aku memjamkan mataku menikmati sentuhannya. Kemudian aku tersadar ini tak seharusnya terjadi.

Dengan cepat ku hempaskan tangannya dari wajahku. Dapat ku lihat juga tatapan terkejutnya padaku.

"Tidak" ucapku sedingin mungkin

"Sudahlah cho, hentikan semua tingkah bodohmu ini! Aku tau kita masih sama-sama cinta lalu untuk apa kamu melakukan ini semua? Demi kakak mu lagi? AH aku muak dengannya" racaunya sambil menahan amarah.

Te Amo Big Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang