10-Care

10.1K 580 2
                                    

"Hei Ros" Sapaku pada Ros yang sedang melamun di mejanya.

Akhir-akhir ini dia memang sering melamun. Entah firasatku saja atau memang dia sedang ada masalah.

Ros terkejut melihatku.

"Ah mba Liv bikin jantungan aja" ujarnya sambil memegangi dadanya.

Aku terkikik geli dalam hati.

"Hehe maaf deh, cuma mau tanya. Si boss udah berangkat belum? Soalnya kesiangan nih"

Pagi ini aku memang datang terlambat karena sepeda motorku mogok, jadilah aku berangkat menggunakan taksi.

"Kayanya sih belum mba, memangnya kenapa?" tanya Ros dengan suara lesu.

"Syukur deh, bisa sarapan dulu kalo gitu. Bye Ros"

Lalu aku pergi menuju kantin kantor untuk membeli sesuatu yang mampu mengenyangkan perutku yang sudah sangat kelaparan.

***
Seperti biasa saat ini mataku sedang menatap layar tipis yang berisi dokumen-dokumen yang harus ku kerjakan segera lalu dikirim ke bossku.

Drrrtt
Getaran diponselku mampu mengalihkan mataku dari laptop. Dengan segera aku mengambil ponselku,

one new message

Saat ku buka ternyata dari pak Richo.

From : Pak Boss
Keruanganku sekarang!

Setelah membaca pesan itu aku langsung memasuki ruangan pak Richo dengan tergesa-gesa.

Aku melihat pak Richo sedang menyendarkan kepalanya dikursi, wajahnya pucat pasi.

Astaga ada apa dengan pak Richo.
"Loh pak Richo kenapa?" Ucapku khawatir.

"Tolong handle semua dokumen ini, kepala saya pusing sekali" ujar pak Richo dengan suara pelan sambil memegangi kepalanya

Dengan berani aku memegang dahinya. Ah panas sekali mungkin pak Richo demam.

"Pak Richo demam, perlu saya ambilkan obat?"

Lihatlah perhatian sekali kan aku ini?

"Tidak usah, Bawa saja saya ke apartemen" Ucapnya sambil tetap menundukan kepalanya

"Sebentar pak saya panggilkan pak udin dulu"

Dengan terburu-buru aku turun ke lantai satu dan pergi ke Lobby mencari pak Udin, supir pribadi pak Richo.

***
Aku menuntun pak Richo kekamarnya, sedangkan pak Udin memilih menunggu di depan kamarnya pak Richo.

"Pak Richo istirahat yang cukup, saya pamit kembali ke kantor pak untuk mengurusi dokumen yang bapak berikan"

Maunya aku tetap menemaninya disini hanya saja takut timbul fitnah, lebih tepatnya sih takut pak Richo tidak mau aku berada disampingnya.

Orang sakit biasanya butuh istirahat dan tak mungkin ditemani karena itu akan menganggu istirahatnya.

Saat ku akan meninggalkan pak Richo di kamarnya, tiba-tiba pergelangan tanganku terasa panas.

Oh My God! Ternyata pak Richo memegangi tanganku.

"Jangan pergi" pintanya padaku.

"Tapi pak--" ucapanku terpotong karena pak Richo dengan cepat menyelanya.

"Saya butuh kamu"
ucapnya memelas padaku, aku yang tak tega hanya mengiyakan saja permintaannya.

"Baiklah, apa bapak sudah makan?" Tanyaku dengan suara pelan, kulihat pak Richo menggelengkan kepalanya

Te Amo Big Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang