22-Memantapkan Hati

8.5K 518 22
                                    

Setelah kejadian dua hari lalu saat ini Liva sedang terbaring lemah diranjang kesayangannya.

Liva mengalami demam sepulang dari taman itu, ditambah dirinya menanti kabar dari Richo yang tak kunjung datang.

Kemana kekasihnya itu? Seasik itukah berlibur bersama Reva?

Sudah dua hari pula ia tak pergi kekantor, dan kemarin Ros menjenguknya.

Sedangkan Gestu hampir 24 jam nonstop terus menungguinya, Gestu merasa bersalah karena membiarkan Liva kehujanan.

Saat ini Liva sedang sendirian didalam kamarnya. Sedangkan Gestu sedang pergi keluar untuk membelikan Jus alpukat kesukaan Liva.

Walaupun demam tetapi masih saja dirinya menginginkan Jus, dan Gestu yang sangat tidak tega melihat keadaan Liva saat ini akhirnya dengan terpaksa menuruti kemauan Liva.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya, Liva yang sedang memainkan ponselnya mendadak berhenti.

Dalam hati bertanya-tanya siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Kalau keluarganya dan Gestu tak pernah mengetuk kalau mau masuk.

"Masuk!" Liva bersuara dengan suara lemas

Pintu terbuka dengan pelan membuat Liva semakin penasaran dengan seseorang yang datang.

Disana sudah berdiri lelaki yang sangat ia rindukan beberapa hari ini, lelaki yang sangat sulit ia hubungi, lelaki yang membuat hari-harinya tak karuan.

Yang datang menjenguknya adalah Richo.

Liva masih dengan keterkejutannya hanya diam, apakah lelaki ini benar-benar nyata dihadapannya?

Melihat reaksi Liva yang terkejut membuat dirinya tersenyum geli, lantas langsung saja ia merengkuh tubuh Liva kedalam pelukannya.

"Maaf" ucap Richo pelan sambil mengeratkan pelukannya.

Perlahan Liva membalas pelukan Richo dengan sama eratnya, mereka saling meluapkan rindu yang sudah tak terbendung.

Liva menangis dalam pelukan Richo, ia bukan menangis sedih melainkan menangis bahagia. Melihat Richo dalam keadaan baik-baik saja itu sudah cukup baginya.

Richo mengurai pelukannya, lalu menatap wajah Liva yang memerah karena menangis

"Sstt.. jangan menangis lagi. Maafkan aku yang terlambat pulang" ucap Richo sambil mengusap air mata Liva yang menetes dipipi.

"Sangat terlambat pulang!" Liva berpura-pura marah, agar lelaki dihadapannya ini tau bahwa dirinya benar-benar sangat merindukannya.

"Maafkan aku.. Ponselku hilang di bandara sewaktu aku akan pulang beberapa hari lalu, jadi aku tak bisa menghubungimu. Namun kesialanku tak cukup sampai disitu, Pesawat yang akan ku tumpangi tepat satu jam sebelum berangkat ternyata dibagian mesin ada kerusakan parah" Richo menghela nafasnya saat menceritakan itu.

Betapa malangnya nasib lelaki yang dihadapannya ini. Liva hanya mendengarkan penjelasan Richo tanpa mau menyelanya sedikitpun.

Ia ingin Richo sendiri yang menjelaskannya, bukan Liva yang memaksanya untuk bercerita.

"Mau melanjutkan mendengar ceritaku?" Tawar Richo dengan mengangkat sebelah alisnya.

Astaga! Lelaki ini benar-benar.
Liva sangat penasaran dengan apa yang dialami Richo beberapa hari ini namun saat sedang seriusnya bercerita sempat-sempatnya Richo menggoda Liva.

"Yang benar saja! Aku sudah mendengar ceritamu sejak tadi. Ayo lanjutkan" protes Liva sambil mensedekapkan tangannya

Richo melihat itu tertawa dengan lepas, membuat wajahnya terlihat begitu tampan.

Te Amo Big Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang