S I X T E E N

454 38 17
                                    

Happy Reading^^
.
.
.
.
.

Iqbaal terdiam. Mencari sebuah pertanyaan yang bisa mengungkap semua kebenaran ini. Sebenarnya ia juga bingung. Siapa yang bersalah disini. Dirinya atau Milona.

"Ucapkan satu kebenarannya sekarang!" Ujar Iqbaal. Milona menatap nya bingung. Kebenaran apa yang ia mau? Semua telah terungkap tadi. "Kebenaran apa mau lo?"

"Kebenaran bahwa lo masih mencintai gue. Lo harus kembali ke gue! Gue gak mau kehilangan lo lagi, Ona!" Ucap Iqbaal

"Hhaha kebenaran? Kebenarannya adalah lo mencintai Zidny. Zidny mencintai lo. Kebenarannya adalah lo dan Zidny sepasang kekasih sekarang. Kebenaran apa lagi yang lo mau?!" Ucap Milona sinis. Iqbaal terlihat geram.

"Kenapa lo melakukan semua ini, Ona? Kenapa lo tega mengorbankan cinta lo demi orang yang gak gue cintai?!"

"Karna dia sahabat gue. Dia mencintai lo. Dan lo juga mencintai dia. Lo tau dia sangat bahagia waktu lo nembak dia. Hahahah kau juga sangat bahagia waktu itu" Milona tertawa miris. "Tapi Ona--"

"Pergi sekarang!"

"Ona. Oke, gue minta maaf sama lo. Tolong, Ona kembali lah ke gue" Iqbaal memegang tangan Milona. Tapi segera di tepis oleh Ona. "Pergi!"

"Gue bilang pergi!!" Teriak Milona keras. Ia membalikkan badan dan segera pergi dari sana. Mengabaikan teriakan Iqbaal yang mulai frustasi. Iqbaal menarik rambutnya keras. Frustasi mulai mengelilinginya.

"Kenapa bisa jadi gini?" Iqbaal membuka pintu mobil nya lalu menutupnya keras.

***

"Hai Ona!" Teriak Zidny mensejajarkan langkahnya dengan Ona. "Hai, Zee"

"Tadi malam.. Iqbaal kerumah lo?" Tanya Zidny. Milona tersentak. Ia bingung harus menceritakan semuanya kepada Zidny atau tidak. Jika ia memberitahu, Zidny pasti akan mengamuk. Tapi sampai kapan harus disembunyikan? Entahlah Milona bingung "Gak kok. Iqbaal gak ada kerumah"

"Oh gitu. Baguslah" ucap Zidny. Milona menghembuskan nafasnya ; lega. Mereka berdua terus berjalan menyusuri koridor menuju ruang kelas. Menatap sekitar ruangan. Tak membutuhkan waktu lama mereka pun sampai di kelas.

"Hai guys!" Sapa cempreng Zidny. Zidny segera bergegas ke bangkunya. Sementara Milona menatap kesal kearah bangkunya. Disitu Iqbaal tengah duduk santai.

Milona menarik nafasnya, mencoba untuk melupakan hal semalam. Milona segera duduk di kursinya. Merenung sejenak. Tadi malam, hal indah dan hal buruk. Mendengar Iqbaal yang sudah mengingatnya, itu adalah hal indah. Walaupun ia terpaksa untuk menutup semua perasaannya. Ya, itu semua menyakitkan. Tapi kalian tau, ini semua untuk sahabatnya itu. Milona menarik nafasnya lagi.

"Ehh. Orang, manusia, makhluk hidup! Pak Jono gak masuk kelas oyy!!! Katanya nengokin anaknya diluar kota!" Teriak Adi kesenangan seakan mendapat kupon ke luar negeri walaupun sebenarnya tidak.

"Tapi, kalian harus kerjain tugas Seni Budaya halaman 50 - 54. Tugas nya nanti di kumpul yah! Jadi kerjakan sebaik baiknya!" Ucap Mela di depan kelas memberitahu teman temannya. Semua temannya mengangguk ngerti.

Milona mengambil buku beserta alat tulisnya. Membuka lembar SB halaman 50. Mencoba memikirkan jawaban demi jawaban dari pertanyaan di buku itu. Hingga satu kalimat terlintas di otaknya itu. Kalimat itu pun dipakai untuk menjawab pertanyaan itu.

Iqbaal pun begitu. Hingga ia lelah dan menyenderkan punggung nya di kursi. Melirik ke arah Milona. Mencuri curi pandang. Walaupun ia tau, Milona tidak akan pernah mau menatap dirinya. Iqbaal terus menatap Milona lekat. Mencoba memahami benak Ona. Mencari jawaban dari pertanyaannya tadi malam.

'Sampai sekarang gue belum bisa dapat jawaban itu, Ona. Kenapa lo menyumbunyikan itu semua. Apa lo gak memikirkan perasaan gue?!'

Milona begitu lelah. Ia menyenderkan punggunya itu di kursi. Sedikit melirik ke kiri. Dan ia melihat Iqbaal yang sedanh memandanginya. Milona pun segera menundukkan wajahnya. Membiarkan pikirannya berjalan dengan sendirinya.

'Kenapa lo lakuin ini Baal? Kenapa lo baru ingat sekarang? Apa lo gak mikirin perasaan gue selama ini? Gue mertahanin semuanya. Gue sayang sama lo. Tapi, dibalik itu semua ada seorang gadis yang selalu di belakang gue. Mendukung gue dan menghibur gue disaat gue sedih waktu ingat lo! Gue utang kasih sayang sama dia. Maafin gue, Baal!'

Milona merasa risih dengan tatapan Iqbaal seakan hati nya bergemuruh. Entah gimana cara untuk meredakan gemuruh itu. "Tolong jangan tatap gue" gumam Milona

Walau pelan, suara remang remang itu terdengar oleh Iqbaal. Suara yang selalu menyembunyikan semuanya. Iqbaal tetap menatap Milona "Kenapa Ona?" Lirih Iqbaal

Milona menggerakkan bola matanya pelan, mengarahkan pada orang yang ia cintai namun terhalang oleh waktu. Menunggu waktu yang akan menyatukan mereka atau tidak sama sekali. Milona menyerngit.

"Cerita sama gue, Ona. Gue akan mendengar semua kisah lo. Sampai lo mengungkap kan isi hati lo" lirih Iqbaal lagi. Milona menatap Iqbaal. Wajah iqbaal yang lesu. Sangat mengharapkan kasih sayang seorang gadis yang ia cintai.

"Gue, gue gak bisa Baal" ucap Ona "Kenapa?" Iqbaal menarik pergelangan tangan Ona. Mangelusnya pelan. Ona mencoba menarik tangannya kembali. Namun ditahan oleh Iqbaal.

"Lepasin gue Baal" lirih Ona. Iqbaal menatap Milona lagi. Sedikit kesal oleh semua sandiwara Ona. Iqbaal tau, Ona tidak bisa melepaskan dirinya. Iqbaal tau, Ona masih mencintai dirinya. Dan Iqbaal juga tau, semua itu akan terhalang karena seorang gadis yang selalu ada dibelakang Ona.

"Lo gak usah bersandiwara lagi. Gue tau lo gak akan bisa lepasin tangan gue. Biarin saja, telapak tangan itu merasakan kasih sayang. Karena hati nya tidak mau menerima kasih sayang itu lagi" ucap Iqbaal. Akhirnya Milona memilih untuk mengalah. Membiarkan tangannya itu merasakan hangat itu kembali setelah sekian lama. 3 tahun.

Tiba tiba Bastian bertukar posisi dengan bangku belakang Milona. Milona tersentak. Ia membalikkan badannya kebelakang. "Hay"

"Emm.. Hai, Bas" ucap Milona gugup. Ia memaksa Iqbaal untuk melepaskan tangan kanannya namun Iqbaal tidak mau melepaskannya. Perlahan Bastian memegang erat tangan kiri Milona yang berada di atas bangku Bastian. Milona tersentak lagi. Terpaksa keadaan sekarang begini. Bastian yang menggenggam tangan kiri Milona erat. Sementara Iqbaal yang memunggungi Bastian menggenggam tangan kanan Milona

Bagai cinta segitiga, namun beda halnya. Milona meringis kesal. Iqbaal tidak mau juga melepaskan tangannya. Tiba tiba Zidny bergabung dengan mereka. Ya, Zidny duduk disamping Bastian. Iqbaal merasakan hawa aneh. Sampai ia sadar bahwa ada Zidny di belakangnya

"Ekhem. Tau yang udah pacaran, pegang pegangan tangan lagi! Huh" sindir Zidny pelan "Biarin" balas Bastian tanpa melepaskan genggamannya.

"Gue juga bisa kali, Iqbaal!" Iqbaal yang merasa dirinya dipanggil pun melepaskan genggamannya pada Milona. Milona menarik nafasnya lega. Zidny bergerak cepat menggenggam tangan Iqbaal. Dan menenggelamkan wajahnya disana.

Milona tersentak. Setelah Iqbaal membalikkan badannya. Ia menyerang tangan kanan Milona lagi.

'Kenapa bisa jadi gini?' Milona meringis

Hingga saat nya semua itu berlalu oleh bel istirahat yang berbunyi. Bastian dan zidny pun balik ke bangkunya.

.
.
.
.
.

Tbc~

Gaje.. wanj-- ndk usah baca klo ndk suka :v gue ngaku ini part gaje seduniaaaaaaa.... ,-

SACRIFICE × IDR [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang