Happy Reading^^
Milona memandang hujan yang deras di balik jendela. Pagi ini, awan ingin mengeluarkan gundah hatinya. Air matanya. Seperti gadis yang menatapnya sendu.
Kakak laki lakinya yang merasakan bahwa adiknya sedang menangis langsung menghampirinya "Lo kenapa?"
Milona tetap menatap derasnya hujan. Tak menghiraukan apa yang diucapkan oleh Aldi. Tetap saja air mata itu terus mengalir.
Kenapa? Kenapa gak datang?
Dia terus terusan bertanya didalam hati. Kata kata itu selalu ia ulang dalam hati. Sampai sekarang dia tak menemukan jawabannya.
"Jalan yuk!" Ajak Aldi yang tak tega melihat mencari cara untuk membujuknya. Cara agar adik perempuan satu satunya itu tersenyum lagi.
Tak ada suara. Hening.
5 menit. Tetap saja tak ada.
Sudah 5 kali kejadian seperti ini. Ini adalah hari ke-9 mereka di Singapura. Ia menangis saat baru sampai, tapi keesokannya dia sudah bisa tersenyum. Tapi hari ketiga, dia menangis lagi. Hari ke-4 ia sudah ceria lagi. Dan begitu seterusnya. Mungkin hari ke-10 ia kembali ceria. Dan semoga hari kesebelas kejadian ini tak akan terulang.
Aldi yang merasa teracuhkan pun pergi meninggalkan Milona sendiri dengan tetesan air menempel di kaca jendela yang selalu ia pegang.
"Lo udah gak peduli sama gue ya, Baal?"
***
Benar saja apa tebakan Aldi. Hari ini Milona kembali ceria. Hari ini Milona tengah berjalan menyusuri koridor universitasnya. Hari ini hari ke-7 dia masuk universitas. Hari ini dia masuk jam pagi.
"Kenapa kemarin lo gak masuk?" Tanya seorang pria didepannya. Dengan wajah cemas. Pria yang berteman dengannya selama di universitas. Sejak hari pertama, Milona sangat tertutup. Hanya dia saja yang menjadi teman Milona.
"Gue kurang sehat" ucap Milona. Pria itu menyerngit "hari kedua, ke-empat, keenam, lo gak masuk. Perasaan lo kalau masuk pasti besok gak masuk. Ada masalah apa sih?"
"Emangnya gue bisa menerawang kapan datangnya sakit itu? Gila lo, Rif" cibir Milona lalu menoyor kepala Rifki.
Rifki adalah satu satunya temannya disini. Rifki asalnya dari Indonesia. Dalam satu hari, Rifki bisa mengajak Milona berbicara. Mungkin karena mereka berasal dari negara yang sama.
"Kalau lo gak bisa, gue pasti bisa!" Ucapnya mantap. Milona mendongak. "Sotoy lue eaah.."
"Beneren deh, gue bisa menerawang masa depan lo" ucapnya lagi. Milona terkekeh. "Lo kira lu dukun atau paranormal. Hahah"
Wajah Rifki terus melihat ke arah Milona. Senyuman Milona, segalanya buatnya. "Gue tau kalau masa depan lo akan jadi pacar gue"
Lagi lagi Milona tertawa "Apaan dah!""Gue serius deh" Milona tertawa lagi "ngaco deh!"
Milona langsung pergi meninggalkan Rifki yang tengah memandang nanar kepergian Milona. Ia tersenyum miris. Lalu menyusul kepergiannya.
***
Jam kuliah telah berakhir, Milona menghela nafas. Dia telah berada di luar ruangan lebih tepatnya dibangku koridor. Dia membuka buka buku nya lagi. Mencermati hal yang tidak ia ketahui. Ia ingin melancarkan pembelajarannya.
Haus tiba tiba mencekat tenggorokannya. Milona langsung ambil tindakan dengan membuka tasnya. Dia mengacak tasnya, mencari keberadaan botol air minum nya. Tapi nihil, tak ketemu jua. Milona mulai gelisah. Tenggorokannya sangat kering, ia butuh air minum. Sekarang juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE × IDR [Complete]
Fanfiction"Iqbaal. Orang yang selama 3 tahun ku tunggu - tunggu. Setelah ia datang kembali, aku sangat bahagia. Kenapa dia tidak mengingatku. Apa? Dia menyukai sahabatku? Apalagi ini! Apa ini hasil dari menunggu dirinya! Kenapa ini semua terjadi?" - Milona C...