Xena 7

42 11 1
                                    

Xena memangku wajahnya dengan tangannya yang dia taruh dimeja makan.Dia terus memerhatikan Bi Imur dan Bundanya yang sedang sibuk menyiapkan makan siang.Xena sudah mulai libur karna,ujian nya telah usai dan hanya tinggal menunggu perpisahan sekolahnya juga pengumuman kelulusan.Sudah hari pertama dia libur dan dia sudah merasakan sensasi bosan akibat libur panjangnya ini

Gadis itu bukannya tidak ingin membantu Bundanya yang sedang memasak tapi,dia sadar diri jika dia membantu hanyalah membuat kekacauan atas kelakuannya.Jadilah sekarang dia hanya mengamati dua wanita paruh baya yang sedang sibuk dengan alat masak dan bahan-bahan makanan lainnya

"Xena kamu denger telfon masuk gak?Angkat gih siapa tau penting.Bunda gak bisa angkat lagi sibuk nih" Tante Vita setengah berteriak dan membuat Xena sadar bahwa telepon rumahnya terus berdering

Xena beranjak dari tempatnya tadi dan berjalan menuju ruang tengah untuk mengangkat telfon.Diangkatnya gagang telfon itu dan ditaruhnya ditelinga

"Halo siapa ya?" Tanyanya untuk mengetahui sipenelfon

"Ini saya Bu pembantu nya Ibu Sarah.Mau memberitahu kalau Ibu Sarah sedang ditimpa duka.Putrinya Non Lidya meninggal pagi tadi dan rencana nya akan dikuburkan siang ini jam 2" Gagang telfon yang Xena genggam tadi pun terjatuh dari tangannya saat telfon itu mati dan air matanya mulai mengalir dipipi

Setumpuk kenangan bersama Lidya langsung membayangi pikiran Xena,mengingat bahwa baru beberapa minggu ini dia masih bersama Lidya dan kini gadis itu sudah tiada.Xena terduduk lemas dihadapan meja kecil tempat telfon rumahnya.Lidya meninggal?Apakah ini nyata atau hanya mimpi?Tangis Xena makin menjadi-jadi dan membuat Bundanya yang mendegar dari dapur langsung menghampirinya

"Xena ada apa sayang?Siapa yang telflon?" Bundanya berjongjok untuk mensejajarkan posisinya dengan Xena yang terkulai lemas dilantai

"Lidya meninggal Bun" Ucapnya lirih membuat Tante Vita menutup mulut akibat terkejut

Dibantunya Xena untuk berdiri dan didudukkan gadis kecilnya itu disofa ruang tengah.Diusapnya rambut Xena lembut sambil ditatapnya lekat-lekat putri semata wayangnya ini.Sedangkan Xena tatapannya lurus kedepan tapi pikirannya terus membayangi semua kenangannya bersama Lidya

"Udah sayang Bunda tau kamu terpukul tapi,kamu harus sabar dan ikhlasin Lidya.Mending sekarang kamu siap-siap untuk kepemakaman dan Bunda akan minta Yuda buat anterin kamu" Ucap wanita paruh Baya yang menggunakan hijab warna hijau pastel itu kepada Xena

*******

Yuda menuntun Xena untuk berjalan mendekati kuburan yang dikerumuni pelayat yang akan memakamkan Lidya.Xena terus menangis dan merutuki dirinya sendiri karna,menurutnya ini adalah kesalahannya.Semua memori nya bersama Lidya terus menghinggapi pikiran Xena dan itu hanya membuat Xena makin terpuruk.Tidak mudah baginya menerima dengan ikhlas atas kepergian Lidya yang dia yakini itu karna perbuatannya pada Lidya

Mereka berdua akhirnya sudah mendekati kerumunan dan Xena juga Yuda menerobos kerumunan untuk berada tepat didepan lubang kubur yang sudah mulai tertutup oleh tanah.Tangis Xena makin menjadi-jadi saat melihat tubuh sahabatnya sudah mulai dihimpit oleh tanah.Yuda menarik kepala Xena agar menyandar didadanya dan meluapkan segala tangisannya didada bidang pemuda itu.Dia mengusap puncak kepala Xena berusaha menenagkan gadis yang sedang terpuruk akan kematian sahabatnya

Terlihat Bunda Lidya sedang bersimpuh didepan kuburan anaknya yang sudah tertutup sempurna sambil menangis dan terus memanggil Lidya dengan suara paraunya.Adik lidya dan Ayahnya menaburkan bunga ditumpukan tanah itu.Lidya sudah pergi,pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali lagi.Xena dan Lidya kini sudah berada didunia yang berbeda,mereka beda alam mulai detik ini.Xena menangis dipelukan Yuda sambil menatap papan nama yang bertuliskan "Lidyani Putri Kusumo"

XenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang