3

27.9K 1.4K 60
                                    

Haiii aku lanjutin nih, tapi maklum aja ya kalo makin ngawur hahahahahahaha.

***

Refeno serius sekali dengan laptopnya, membaca satu persatu e-mail yang masuk dari sekertarisnya maupun rekan bisnisnya. Kalo dipiki pikir benar juga apa kata Annika, sudah banyak tugas kantor yang terbengkalai, yang dia abaikan dan malah melimpahkan semuanya kepada sekertarisnya yang malang itu. Alah tapi Refeno masa bodoh, toh besok juga dia akan masuk kantor.

Refeno mendengar ada yang membuka pintu ruangan kerjanya, siapa lagi jika bukan sang istri.

"Ayah, dicariin anaknya tuh, 'gak mau bobo kalo gak ada ayah'" Annika menirukan gaya bicara Reno

"Wait." Kata Refeno dengan mata masih menatap lekat laptop, baginya laptop adalah hal yang harus ditatapnya lekat setelah Annika.

"Ih besok aja kerjanya."

"Katanya aku disuruh kerja." Refeno tak habis pikir, tadi disuruh kerja, sekarang disuruh berhenti.

"Ya pekerjaan kantor, kerjakan di kantor, jangan dibawa bawa pulang." Annika berkata dengan lucunya, Refeno tak habis pikir, anak sudah dua, sudah dua kali melahirkan normal, Annika masih terlihat seperti anak muda yang cantik dan menggemaskan. Umurnya masih 24, seharusnya dia baru wisuda, tapi gara gara kejadian dulu, Annika jadi menggantungkan pendidikannya, semua gara gara Refeno.

"Iya ayo ayo." Tanpa pikir panjang Refeno menutup laptopnya dan merangkul Annika menuju kamar mereka.

***

Ya memang begitulah Refeno, jika Annika yang meminta pasti dituruti meskipun diiyakan dengan ketus, padahal benar benar dilakukan oleh Refeno. Malahan Refeno malah keasikan dengan tugas kantornya, melupakan anaknya.

Lihatlah sekarang Reno memeluk ayahnya erat, barulah bisa terlelap nyenyak.

"Gini amat ya anak baru dua, mau tidur meluk istri aja susah." Gunggam Refeno membuat Annika yang sedang menyusui Vier tertawa.

Refeno meraih Vier pelan dan memindahkannya ke box bayi yang menempel dengan ujung ranjang sebelah kanan mereka, lalu memindahkan Reno ke sisi kanan kasur dekat box bayi, tidak akan terjatuh karena box bayi dan ranjang didempetkan tanpa celah.

"Astaga mau ngapain?" Pertanyaan Annika tak digubris oleh Refeno.

"Ah, akhirnya!" Refeno memeluk Annika dari belakang, mencium bahunya beberapa kali.

"Ihh dasar!" Annika menjauhkan wajah Refeno dari dekatnya.

"Diem!" Perintah Refeno membuat Annika manyun.

"Kerasa kan punya anak gimana?" Tanya Annika, Refeno mengangguk.

"Menyenangkan, kita tambah lagi ya sebanyak banyaknya."

"Situ enak tinggal buat doang, saya nih yang brojolin penuh perjuangan." Kata Annika jutek.

"Lah kan saya yang biayain nya juga, emang situ pikir gampang cari duit?" Balas Refeno

"Ohh yaudah berarti kita impas ya?" Tanya Annika sok polos.

"Yoi." Refeno memeluk Annika semakin erat dan perlahan nafasnya teratur, Annika geleng geleng, cepat sekali tidurnya, mungkin capek.

***

Refeno sedang mengancingkan kemeja putihnya, bersiap untuk kekantor. biasanya Annika yang selalu melakukannya, mengingat Refeno yang pemalas entah terlalu manja. Tetapi jika Annika mengatainya manja, maka Refeno akan dengan cepat menjawab 'meladeni suami adalah kewajiban istri.'

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang