iPhone Refeno berbunyi, pertanda ada panggilan, tapi Refeno hanya meliriknya lalu mematikan nya.
"Kenapa gak di angkat?" Tanya Annika ketika sudah kedua kalinya Refeno tak menerima panggilan.
"Masa lagi sama keluarga, temen bisnis ganggu ganggu. Tengah malam lagi." Kata Refeno entah itu jujur atau berbohong.
Annika hanya tersenyum simpul, "angkat aja." Titah Annika, tepat pula iPhone Refeno berdering lagi.
"Yaudah, Aku angkat dulu." Refeno kemudian keluar kamar.
Kenapa harus keluar kamar?
***
"Apasih? Sudah tahu sedang bersama istri." Bentak Refeno mengangkat telfon, melangkah semakin jauh dari kamar.
"Sakit? Yaterus?" Tanya Refeno
"Anak gue juga lagi sakit!" Bentak Refeno, lagi.
Entah apa dan siapa yang bicara di sebrang dana, yang jelas kali ini Refeno berbicara lembut.
"Baiklah."
***
Refeno balik ke kamar, memakai kaos dan celana jeans nya cepat dan meraih bomber nya yang menggantung.
"Mau kemana?" Tanya Annika yang sedang tertidur di kasur bersama Vier.
"Keluar bentar, ada urusan." Kata Refeno sambil memakai bombernya itu.
"Harus banget keluar tengah malam gini? Aku gimana? Sendirian, dan Vier sakit. Kalo kenapa kenapa gimana?" Tanya Annika takut.
"Bentar, sayang." Refeno mencium kening Annika.
Annika menahan lengan Refeno, "sebenernya mau ketemu siapa sih? Sepenting itukah?" Tanya Annika
"Rekan bisnis. Doain ya, doain ayah kuat. Bunda yang sabar."
Annika menyerngitkan keningnya. Apa maksudnya?
"Maksudnya?"
"Doain Ayah kuat, biar selalu sehat melayani client yang menjengkelkan. Dan Bunda harus sabar ya Ayah tinggal tinggal." Refeno tumben sekali berbicara benar dan serius.
Annika mengangguk, lalu memeluk suaminya.
Annika dengan enggan melepaskan cekalan tangannya dilengan Refeno.
"Janji pulang cepet loh." Pinta Annika memelas.
"Janji." Refeno mencium kening Annika sekali lagi sebelum benar benar pergi.
***
Annika terbangun, dan menemukan Refeno yang tengah menimang nimang Vier.
"Nangis lagi, yah? Kapan pulang." Tanya Annika.
Refeno mengangguk, "tadi, dan nemuin Vier yang nangis. Aku rasa kamu capek banget ya? Sampai Vier nangis gak kedenger?"
Refeno khawatir atau menyindir?
"Tidur lagi aja, Vier sama aku." Katanya Singkat, Annika yang memang merasakan badannya pegal, melentangkan lagi tubuhnya di atas kasur.
"Darimana?"
"Kan sebelum pergi udah dikasih tahu?"
"Katanya sebentar, tapi kok lama? Kemana dulu sama rekan bisnisnya? Ke kelab malam dulu? Minum minum?" Tanya Annika berturut turut. Karena Annika tak tahu Refeno pulang jam berapa, sepertinya sekitar jam 3 pagi, karena sekarang memang menunjukan jam 3 pagi, dan sepertinya Refeno baru pulang, mengingat Refeno bahkan belum sempat membuka bombernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obstacle
רומנטיקה(18+) Sequel dari Slighted!!! yang mau baca cerita ini, coba baca Cerita Slighter dulu, biar nyambung dan paham.