4

22.2K 1.2K 47
                                    

Akhirnya aku bisa lanjutin cerita ini. Maaf nih kalo makin ngawur, gak nyambung, gak jelas, dll. Happy reading, keep comment and vote.

Kritik saran dibutuhkan. ❤

***

Refeno memasuki ruangan meeting, dia duduk di kursinya, menatap sekitar, ketika hendak berbicara ada satu mata yang menatapnya menggoda. Refeno balik menatap tak suka dibalik mata sedingin es nya itu.

"Baik semuanya, sebelum rapat dimulai, saya mohon, profesional dan focus!" Tegas Refeno menatap tajam satu persatu orang yang berada di ruang meeting.

***

Refeno keluar ruangan rapat paling pertama, dia jengah dengan tatapan tatapan memuja para perempuan yang berada di ruang meeting itu, tentu bukan karyawan nya, karyawannya tidak mungkin berani melakukan itu karena mereka tahu akibatnya, tidak lain tidak bukan sebuah pemecatan. Lain halnya kali ini, yang menatapnya adalah rekan bisnisnya, ya seorang perempuan yang berumur sekitar 35 sampai 37 tahunan dengan sekertarinya yang sama perempuan juga, mereka selalu menatap Refeno selama meeting berlangsung tadi.

"Bapak Refeno, senang bekerjasama dengan anda." Ya itu, suara rekan bisnis barunya, Bu Dina.

"Ya." Refeno hanya menjawabnya dengan singkat lalu memasuki lift, Dina mengikutinya, Refeno mendengus sebal, dari lantai atas sampai bawah harus satu lift dengan perempuan ganjen plus sekertarisnya yang kegatelan.

Refeno menatap lurus, berdiri tegak melipat kedua tangannya di dadanya, ketika duo ganjen itu berbicara atau menanyakan sesuatu padanya, Refeno hanya menjawabnya dengan anggukan atau dehaman, atau bahkan tak menjawab dan menanggapinya sama sekali.

"Bapak pasti masih single, ya?"
Tanya Dina, badanya terus mepet kepada Refeno.

"Kebetulan anak sudah dua." Kali ini Refeno menjawab dengan lumayan panjang, tapi masih dingin.

"Hah? Udah punya istri dong?"

"Tentu saja!" Sentak Refeno membuat dua perempuan itu terlonjak.

Ting!

Ketika lift terbuka, Refeno melihat ada Annika dan kedua putranya.

"Hai jagoan!" Refeno berseru riang keluar dari lift, lalu meraih Reno kedalam Gendongannya ketika Reno mengulurkan tangannya meminta di gendong.

Refeno mencium kening Reno, beralih mencium kening Annika yang hari ini penampilannya sangat cantik dengan baju jumpsuit nya, badannya yang tinggi membuatnya sangat cocok memakai baju itu, lalu beralih ke Vier yang sedang tertidur di troly nya.

"Kita makan di luar, okay?" Refeno menciumi pipi Reno.

"Hore!" Seru Reno girang

"Pak Refeno, ini istri dan anak anda?" Dina menghampiri mereka, Refeno hanya berdeham.

"Anak anakmu mirip sekali sepertimu, tampan. Tapi istrimu terlihat seperti abg labil."

Perkataan Dina membuat mata Annika melotot sempurna. Memang salah jika Annika terlihat masih muda seperti abg tapi tidak labil? Lagipula Annika memang masih muda.

"Saya sudah 23 tahu, tapi mungkin saya terlalu babyface jadi terlihat seperti abg, padahal sudah cukup umur untuk menikah dan mempunyai anak." Perkataan Annika pada Dina membuat Refeno menyunggingkan senyumnya pada sang isteri.

"Oh, 24? Anak udah segede ini? Kamu nikah 19 tahun dong?" Sindir Dina.

"Iya, saya mengandung Reno saat usia saya 19 tahu. Tapi saya bersyukur jadi mamah muda, daripada yang udah cukup umur, masih leha leha." Kata Annika tegas, Refeno menyeringai ke arah Annika.

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang