6

18.6K 1.1K 58
                                    

Hai aku kembali! Kembali lagi dengan cerita membosankan ini, yang masih mau kepo cerita ini silahkan baca. Yang gak suka cerita ini, jangan dibaca hehe.

Semua orang punya kekurangan, salah satu kekurangan dari sekian banyak kekuaranganku membuat cerita adalah salah ketik Nama pemeran dengan cerita sebelah, atau makin ngawur dan gak jelas nulis kelanjutannya, cara penulisan, sudut pandang ceritanya. Mohon di maafkan, dan dimaklumi, toh aku cuma penulis amatiran hehe. Happy reading!

Yang dibawah umur mah dilarang membaca!!! Hahaha

****

Refeno memeluk Annika erat sekali, mencium bahunya berkali kali, tadi mereka sempat melakukan hubungan suami istri. Annika meringis nyeri pada awal awal, rasanya seperti ketika Refeno memerawaninya.

"Maafkan aku." Bisik Refeno

"Buat apa?" Annika bertanya bingung.

"Memaksamu melakukan ini."

"Memang seharusnya kan sorang istri memenuhi kebutuhan suaminya." Annika melirik kearah Refeno, Refeno mencium pipi istrinya.

Mereka leluasa melakukan ini mengingat anak mereka yang pertama, Reno sedang menginap di rumah ibu bapak Annika. Dan kebetulan sudah 3 bulan berlalu semenjak Annika melahirkan, sudah dipastikan Annika sudah bisa meladeni kebutuhan suaminya itu.

Refeno menyerang Annika dengan ciumannya lagi, Annika tegang ditempat. Apakah Refeno masih menginginkannya. Tidak sadarkah dia sudah melakukannya dua kali?

"Refeno.." Annika mencoba menangkup wajah Refeno agar berheti menciuminya.

"Apa?" Tanya Refeno dengan matanya yang berkabut.

"Kamu sudah melakukannya dua kali." Annika memperingati

"Aku tahu." Jawab Refeno serak.

"Tidak bisa kah berhenti? Seperti tidak ada hari besok saja." Annika menekuk wajahnya.

Refeno menggeram, "Annika 3 bulan, 3 bulan aku tidak pernah melakukan nya sama sekali!!!"

"Iya kan aku baru melahirkan." Annika berwajah melas

"Nah seharusnya kamu maklum, seorang pria tahan tidak melakukannya dalam seminggu saja itu sudah luar biasa, apalagi aku 3 bulan???" Refeno berkata menggebu gebu.

"Semua suami yang istrinya baru melahirkan juga sama sepertimu, tidak kamu saja." Annika tak mau kalah.

"Kalau tidak mau dan tidak ikhlas, bicara dari awal." Refeno hendak bangkit dari kasur namun tangan Annika yang begitu kurus memeluk perut sixpack nya erat dari belakang.

"Ih eno, bukan gitu bukan." Annika berkata pelan, menempelkan pipinya di punggung Refeno.

"Sudahlah Annika." Refeno mencoba melepaskan tangan Annika, tetapi Annika menahan nya, sehingga menimbulkan pergelutan kecil yang berujung ringisan Annika.

"Sakit ih!" Annika berkata pelan sekali, seperti ingin menangis. Memang tangan Annika memerah, diakibatkan oleh Refeno yang terus mencoba melepaskan pelukan Annika.

Refeno berbalik, meraih kedua tangan Annika, mengamatinya. Dan memang pergelangan kedua tangan Annika memerah, yaiyalah Annika kalah tenaga dengan seorang Refeno yang termasuk lelaki kekar tentu saja memiliki kekuatan luar biasa, meskipun Refeno bertindak biasa saja tetap saja bisa menyakiti Annika secara tidak sengaja.

Refeno mencium pergelangan tangan itu bergantian, melepaskannya lalu hendak beranjak lagi.

"Kamu tuh ya." Annika menangis.

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang