15

13.9K 1K 56
                                    

Hallo readers2 setia ku, yang setia dan sudi membaca sampai menunggu cerita ini yang lama updatenya. Aku update nih, tapi kalo gak sesuai ekspetasi maaf aja hihi.

Maaf jarang lanjut. Entah Sibuuuuuk, entah sok sibuuk. Sibuk sama sok sibuk beda dikitlah haha.

Lagi galau gakaruan juga.

Lagi males nulis dan revisi juga.

Lagi gak ada inspirasi juga.

Hehe

Doain aja semoga selalu diberi inspirasi dan diberi dorongan untuk melanjut. Amin

Udah baca aja, abaikan bacotku.

Jangan lupa Vote and comment.

***

Entah mengapa, mata Annika berat sekali untuk dibuka, padahal Annika yakin ini sudah pagi, bahkan siang. Karena sedikit terdengar suara gaduh.

"Diem dulu, bang. Jagain adik, Ayah mau mandi dulu." Itu suara Refeno

"Mau mandi sama Ayah, tapi." Itu suara Reno.

"Adik siapa yang jagain? Kan bunda masih tidur." Suara Refeno kembali.

"Oke deh."

"Gitu dong pinter. Kalo nangis, kasih tau Ayah, ketuk pintu kamar mandi, okey bang?"

"Siap, bos." Itu suara Reno yang malah membuat Annika semakin ngantuk, dan tertidur lagi.

***

"Abang sih bisa ikut Ayah ke kantor, adik?" Itu suara Refeno menimbang nimbang, untuk membangunkan istrinya atau jangan.

Tetapi jika dilihat dari wajahnya ketika tidur, Refeno tak tega, karena wajanya terlihat pucat.

Annika terusik, dan terbangun.

"Jam berapa ini yah?" Tanya Annika yang langsung berdiri dari tempat tidur.

"Setengah delapan."

Hah? Annika kelimpungan, biasanya setelah sholat subuh, dia tidak tidur lagi, tetapi gara gara menemani Refeno makan semalam, dia jadi mengantuk.

"Gimana dong? Udah sarapan?"

"Udah ada sarapan di bawah, yuk kita sarapan." Ajak Refeno.

"Siapa yang bikin?"

"Ayah, cuma roti selai coklat sama susu aja tapi."

"Oh oke, yuk kita kebawah."

***

Refeno menghabiskan sarapannya dengan cepat, karena memang sudah agak terlambat, ditambah diperjalanan yang memakan waktu.

Tetapi Refeno menahan diri untuk pamit, karena istri dan anaknya belum selesai sarapan.

"Abis, yeay." Seru Reno girang.

"Hebat jagoan." Refeno mengelus puncak kepala anaknya itu.

Annika yang sambil menggendong Vier lamban menghabiskan rotinya, "kenapa? gak enak?" Tanya Refeno.

Annika menggeleng, "enak kok." Annika langsung memasukan seperempat rotinya yang tersisa itu kedalam mulutnya.

"Minum susunya." Titah Refeno, memastikan istrinya meminum susu atau tidak.

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang