***
Cinta memang segalanya. Tapi tahu 'kah kau bahwa mempertahankan cintalah yang menjadi luar biasa?
Ah, pasti kau tak akan pernah percaya. Sebab dimatamu hanya akan ada dia dan cintanya yang akan kau bawa mati.
Lalu kemudian, biarkan aku mendendangkan hasrat ini.
Di saat seluruh dunia menginginkan bahagia. Maka aku hanya menginginkanmu di sela rintik rinduku.
***
Saat Dylan memeluk pinggangku, atmosfer yang bertabur tawa seketika terhenti dan berubah menjadi tanya. Riak suka cita yang sayup-sayup tadi ku dengar, mendadak sirna saat kami mencapai tengah ruang.
Sepertinya ruang tamu.
"Kak Dylan, Bang Dylan, Mas Dylan, bawa siapa?"
Sepertinya aku mengenal sapaan itu.
"Oh, sekertarisnya Eve di kantor ya?"
Seorang pria lain yang tak kalah tampan hadir dengan mulut yang tengah mengunyah anggur.
Lalu, sosok yang tadi mengacuhkanku pun memutar kepalanya kebelakang. Pria yang sempat ku puji kadar ketampanannya itu, akhirnya kembali menatapku.
"Sekertaris Eve?" Katanya yang membuat kepalaku teranguk kaku. Lalu ia melirik kakaknya. "Sekertarismu?"
Eve mendesah dan melepaskan rangkulan adiknya itu, kemudian menyerobot anggur di tangan Rivan. "Iya, sekertarisku. Makanya jangan ngomel." Gerutunya yang langsung menjatuhkan tubuh di samping pria berjanggut cukup lebat dan menyandarkan kepalanya disana. Pria yang kemudian ku kenali sebagai Ayah Eve.
Damn!
Aku tak percaya bisa berada di tengah-tengah keluarga besar Smith seperti ini.
"Namanya Nessa, Al. Dia sekertarisku." Evelyn menunjukku dengan jemarinya. Lalu membengkokkan jemari lurus itu dan memanggilku. "Kemarilah Nes, duduk di dekat Arwen." Tambahnya sambil menunjuk dengan dagu.
Ragu aku berjalan kearah yang di tunjuk. Kemudian menunduk segan saat semua mata tampak menatapku penuh minat.
Lalu Arwen tersenyum dan mempersilahkan aku duduk di sebelahnya. Sebelum akhirnya wanita cantik tersebut berceloteh dan membuat beberapa orang terpingkal.
"Well, Kakak ipar, sepertinya tidak ada kontrak yang harus kita tanda tangani malam ini. Jadi kenapa harus membawa-bawa sekertaris, heum?" Seloroh Arwen sambil tertawa. "Tapi jika menginginkan pernikahan kontrak untukku dan Al, aku yakin Tante Na tidak akan setuju." Lanjutnya sambil mengulum senyum geli.
Al mendecih dan beranjak dari tempatnya berdiri. Mengabaikan kekehan Dylan yang terdengar renyah. Lelaki berkaos putih itu hanya mendengus saja karenanya. "Bahkan aku tak percaya Eve, bahwa Mama tidak lagi menyayangiku."
Eve tertawa mendengar decakan Adiknya tersebut. "Kenapa memangnya?" Tanya Eve geli. "Seingatku, Mama sampai meminta Papa untuk menjemputmu semalam. Sayang saja, Papa mu sudah tua, jadi tenaganya tidak lagi tenaga kuda."
"Aku mendengar itu, My old princess."
"Aku memang sengaja, Papa." Gurau Eve pada Ayahnya. "Tapi entah kenapa telingaku sedikit gatal mendengar julukan itu."
"Itu special princess, terima sajalah." Kini giliran Pak Samuel yang mengolok Eve.
Ah ternyata beginilah suasana yang ada di keluarga mereka. Sangat akrab. Kemudian muncul pertanyaan, jika memang sehangat ini di rumah, bagaimana mungkin, Fabian dan Evelyn harus saling bertengkar ketika berada di kantor?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect Tears
RomanceNessa mengandung bayi Fabian. Namun semesta mengharuskannya menerima lamaran Dylan, saudara kembar Fabian. Nessa pikir, perihnya hanya sampai di situ. Namun Tuhan, tidak berkata demikian. Sebab alih-alih bahagia dengan pernikahannya, Nessa harus me...
