Dear Mas Fabian ...
Mas ...
Oh Ya Tuhan, aku bahkan tak tahu harus memulai dari mana demi memberi alasan kenapa aku menulis surat ini. Betapa lancangnya aku, dan aku bersumpah tak mengapa seandainya Mas melimpahkan murka. Hanya saja Mas, tolong bacalah surat ini sampai selesai.
Mas, maafkan aku.
Aku membuat kesalahan, Mas.
Dan seharusnya ini hanya menjadi bebanku saja. Mengingat bagaimana hubungan yang selama ini kita jalani. Sangat tak pantas jika aku mengeluh terhadap akibat yang tercipta karena hubungan kita.
Tapi Mas, sejujurnya aku pun bingung. Maka dari itu, sudah beberapa kali aku mencoba menulis surat, namun tak ada satu pun yang berani kukirimkan.
Setelah pertemuan terakhir kita sekitar sebulan yang lalu, aku baru sadar Mas, bahwa aku tak lagi menggunakan kontrasepsi. Dan aku tidak memberitahukan hal itu kepada, Mas. Sehingga ...
Mas ...
Bagaimana aku harus mengatakannya?
Tetapi Mas, sekarang aku hamil.
Dan aku tidak tahu harus melakukan apa dengan kandungan ini.
Mas boleh menuduhku, mengatakan bahwa aku mengada-ada soal hal ini. Tapi Mas, kamu harus percaya bahwa bayi ini adalah milik kita.
Maafkan aku, Mas.
Nessa.
***
Fabian membenturkan kepala belakangnya ke pintu. Berulang-ulang hingga ia berharap bahwa ia akan segera mengalami geger otak.
"Shit!"
Kemudian matanya menutup. Berharap ia sedang tidur dan bermimpi buruk, Fabian enggan mempercayai bahwa baru saja ia membaca surat konyol bak seorang idiot.
Cih!
Surat biadab!
Tulisan berengsek!
Dan terkutuklah otaknya yang sanggup mempercayai semua itu!
Sial!
Fabian tak bisa membelot untuk menyangkalnya.
Ia bangkit dari ketertidak berdayaannya. Menuju ranjang, Fabian menjatuhkan tubuhnya tengkurap di atas busa empuk itu. Matanya tak lagi memejam, namun sebagai gantinya kini ia menerawang.
Kutukan sialan!
Berang, Fabian memungut jam weker dan menghempaskan benda itu kelantai. Masih tak cukup memang untuk meluapkan kemarahannya. Tetapi setidaknya, cukuplah untuk sekedar pemanasan. Sebab setelah ini Fabian bersumpah akan mencekik Nessa dengan tangannya sendiri. Lalu mencabik Dylan dengan gigi-giginya yang kuat.
Ah, satu lagi.
Fabian akan mencincang Evelyn pada akhirnya.
Demi Tuhan ... Fabian yakin Evelyn pasti mengetahui semua ini.
Shit!
Ia kecolongan lagi.
Tapi dari semua kekacauan yang siap ia hancurkan nanti, fakta mencengangkan akhirnya ia sadari.
Nessa mengandung bayinya.
Oh yeah, tentu saja.
Mereka kerap bergumul dalam dosa dan kenikmatan nyaris di tiap malamnya. Membanjiri tubuh dengan peluh dan racaun demi menuju puncak dunia. Fabian ingat senantiasa melepas cairannya di dalam lubang sempit milik Nessa tiap kali klimaks menghampirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect Tears
RomansaNessa mengandung bayi Fabian. Namun semesta mengharuskannya menerima lamaran Dylan, saudara kembar Fabian. Nessa pikir, perihnya hanya sampai di situ. Namun Tuhan, tidak berkata demikian. Sebab alih-alih bahagia dengan pernikahannya, Nessa harus me...