Part 8 : Menurutku Konyol

18.2K 2K 146
                                    

Ih aku keranjingan banget ini yaa... hahaha... tapi serius ini mumpung aku lagi luang. soalnya besok2 sibuk. makanya aku usahain sekarang ya updetnya. hehehee...

***

Aku merasakan sesak yang tiba-tiba menghunus tajam jantungku. Membuat detakkannya terhenti dan aku bersumpah, bisa melihat nyawaku bergelantung pada urat tipis.

Tercekat oleh penolakkan beruntun yang kuterima. Aku mulai yakin untuk membanjiri wajahku dengan air mata.

Sakit.

Nyeri dalam tusukkan ini berdenyut. Manakala secara gamblang mereka bahkan rela saling melempar teriakan untuk menolak kehadiranku.

Lalu saat aku mencoba berpikir untuk kabur dan menyerah. Tawa berat mendadak membahana, menyepikan tiap hentak penolakkan yang terlayang padaku.

Takut, namun penasaran. Aku memeberanikan diri untuk mengangkat kepala. Mencari tau darimana suara itu berasal. Dan pencarianku terhenti saat dengan mata kepala sendiri, aku melihat, Keanu Abraham Smith menyunggingkan bibirnya. Lalu pria setengah baya itu melangkah. Dan aku terperangah saat menyadari tujuan Pak Ken adalah diriku.

"Ck, dasar idiot-idiot ini."

Begitulah sekilas gerutuan yang bisa ku tangkap dari gerak bibirnya.

"Aku bahkan tak percaya, Alaric kami yang tersayang, bisa menelan mentah-mentah teori bodoh, Pamannya." Lalu gerutuan itu berlanjut.

"Pa..."

"Stop, Kid."

Dan saat ia tiba di hadapanku, sumpah mati aku masih bisa melihat sisa-sisa kejayaannya di masa lalu. Rahang tegasnya yang masih tampak kokoh, walau kini tak lagi kencang dan kuat seperti dulu. Surai cokelatnya yang menawan seperti milik Eve, walau sekarang beberapa helai rambut putih menyemarakkan semak lembut di atas kepalanya itu.

Kemudian yang paling parah dari malam ini adalah, ketika dengan senyum jutaan dollar yang kuyakini mampu menarik hati wanita masa silam untuk berlutut di kakinya, pecah, dan menawan mataku untuk mengagumi betapa luar biasanya Ayah kandung Evelyn ini.

Oh ya, tolong jangan biarkan aku kembali meracau mengenai betapa luar biasanya garis keturunan mereka ini. Sebab aku tau, kalian pasti bosan mendengarkannya, bukan?

Kembali pada masalahku. Keanu Abraham Smith, menyentuh lengan kiriku yang bebas. Lalu menarikku tanpa mengatakan apapun. Aku yang awalnya masih sibuk terperangah, akhirnya mulai merasa gelisah.

"Siapa tadi namamu?" Suaranya pelan namun terasa sangat dalam.

"Ne-Nessa, pak." Jawabku gugup, demi Tuhan sebenarnya aku takut.

Kepalanya mengangguk, "baiklah Nessa."

Aku memperhatikan bahwa tujuan Pak Ken adalah sofa. Tetapi anehnya kami tak juga duduk setelah ia membawaku kesana.

"Apa kamu sakit hati, Nes?" Tanyanya tiba-tiba. Sontak saja aku mengerjap menyadari pertanyaan itu untukku.

"Ma-maksudnya... Pak?"

Not Perfect TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang