Bab : 4

90 2 0
                                    

Empat hari Ellisa berada dirumah lelaki itu. Banyak tawa yang didapatnya walau dia tidak tahu siapa lelaki itu. Dan bagaimana dengan kehidupannya. Lekaki itu selalu perhatian padanya.

"Beneran kamu tidak mau aku antar pulang?"Ellisa menggeleng dengan kepastian sambil tersenyum.

"Aku bisa pulang sendiri. Aku kan sudah sembuh. O ya, aku minta maaf telah merepotkanmu beberapa hari ini"

"Aku merasa tidak direpotkan. Apa lagi kamu bukan orang yang aneh-aneh kemauannya"

Tiba-tiba pintu kamar diketuk lalu di buka pintunya."tuan, taksinya sudah datang. Sudah menunggu diluar"

"Iya"jawab Alex. Ana kembali menutup pintunya."apa kapan-kapan aku boleh main kerumahmu?"Ellisa menatap lelaki itu dengan tatapan sinis.

"Tidak boleh!"

"Kenapa?"Ellisa hanya mendengus keras. Mencoba membuang sesak yang ada didadanya."oke! Tapi setidaknya ketemu diluar bolehkan?"tambah lelaki itu merayu.

"Ntahlah. Mungkin kalau kamu datang keklub pasti akan ketemu aku"Alex menarik tangan Ellisa dengan kasar. Yang sedari tadi memunggunginya.

Tubuh Ellisa jatuh didada Alex yang bidang itu. Tangan lelaki itu langsung mendekapnya dengan erat. Wajah mereka yang sangat dekat membuat napas mereka beradu bahkan irama jantung mereka beriringan.

"Tidak bisakah kamu tidak kesana"gumamnya lirih. Ellisa hanya menatap mata hijau gelap itu. Dengan kedua mulut yang terbuka."kamu bisa datang kesini semaumu"

Ellisa menggelengkan kepalanya."tidak. Aku bukan orang yang seperti kamu kira. Aku tidak mau kamu ikut dalam jurang kehidupanku"Ellisa melepaskan tangan kekar Alex. Tapi Alex kembali menarik tubuh Ellisa dan mendekapnya. Dengan kasar bibir lelaki itu melumat bibir Ellisa. Dicecapnya berkali-kali. Lidah lelaki itu menjelajah seluruh ruangan mulut Ellisa dan memainkan lidah Ellisa.

Perlawanan yang awalnya mendorong tubuh lelaki itu menjauh. Tapi karena permainan lidah Alex yang begitu lihai membuat Ellisa melemah perlawanannya. Dibawanya Elissa diatas ranjang dan ditindihnya tubuh rampingnya. Kembali lelaki itu menciuminya bahkan tidak hanya dibibir. Dia merambahi seluruh muka Ellisa dengan posesif. Dan sekarang dia turun kelehernya yang jenjang. Dengan kedua tangan Ellisa dipegang tangan kiri Alex diatas kepalanya.

Tangan kanan Alek membuka kancing kemeja yang sekarang dikenakannya dengan rok pendeknya."Alex..."panggil Ellisa lirih dengan mendesah-desah.

Tapi Alex tak menghiraukan. Saat payudara Ellisa yang terekspos indah. Mulut Alex langsung melumatnya bergantian kanan kiri. Tubuh Ellisa melengkung menahan rangsangan yang menyengatnya seperti listrik. Kedua tangan mereka saling bergenggaman. Jari-jari Alex yang menelusup ke jari-jari Ellisa.

Dengan liar Alex menyecap dan melumat puting Ellisa yang sekarang sudah mengeras. Terangsang dengan sangat kerasanya.

Alex tahu diri. Dia tidak akan melakukan lebih dari ini. Walau miliknya yang sudah sangat mengeras dan ingin dipuaskan.

Ellisa sudah basah dan tidak bisa dipungkiri lagi kalau dia juga mendambakannya. Apa lagi ciuman yang sangat intim ini membuat milik Alex yang sangat keras menekannya diantara pahanya itu.

*******

Setelah pergulatan itu berakhir dan Alex setengah duduk ditubuh Ellisa. Memandang Ellisa yang terengah-engah memburu napasnya. Payudara Ellisa terasa basah dan panas karena cecapan-cecapan bibir Alex.

Lagi-lagi Alex tidak tahan melihat bibir Ellisa yang terasa manis dan lembutnya. Langsung dilumat bibir itu. Sesekali digigit lembut yang membuat Ellisa mengerang.

Kemudian didorong tubuh Alex. Yang membuat tubuh lelaki itu jatuh disampingnya. Sementara Ellisa bangkit dan duduk. Dilihatnya payudaranya yang masih terekspos indah. Terlihat kemerahan yang melingkar disamping putingnya yang berwarna merah muda itu.

Dipakainya lagi BH nya dan dikancingkan kemejanya. Dia turun dari ranjang dan meraih tasnya yang tergeletak dilantai. Dipandangnya Alex yang masih berbaring disana. Lelaki itu hanya tersenyum. Begitu juga dengan Ellisa.

*******

Diperjalanan. Ellisa kembali kalut dengan dirinya yang akan kembali kerumah itu. Rumah yang baginya adalah neraka. Rumah yang hanya ada pertengkaran dan keributan saja.

"Nona sudah nyampai, nona"suara sopir taksi membuyarkan lamunannya.

Dia bergegas keluar dari taksi dan masuk kedalam rumah. Dia disambut dengan susana yang sangat sepi. Bahkan pemakaman pun tidak sesepi disini. Sepi yang menancap tepat dijantung dan hatinya.

Baru saja dibuka pintu kamarnya yang masih sama sebelum ditinggalkan. Suara musik "i knew you were trouble dari taylor swift" mengalun. Segera diraihnya ponsel itu dsri tas dan menjawabnya.

"Iya bu"

Suara bu Anita diseberang sana.

"Kamu sudah pulang?"

"Ehm"jawabnya dengan gumaman. Sambil dibaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.

"Apa lelaki itu kurang ajar sama kamu?"Ellisa kembali teringat ciuman panasnya tadi. Bahkan rasa agak ngilu dipayudaranya masih terasa.

"Tidak bu."

"Apa papa sama mama kamu dirumah?"

"Tidak bu. Aku lebih suka mereka tidak dirumah"

"Ya udah. Jaga dirimu baik-baik. Nanti sepulang sekolah aku telpon lagi"

"Ehm"jawabnya dengan gumaman dan telpon terputus.

Ellisa kembali berdiri dan menuangkan anggur yang masih ada dimeja. Diteguknya dengan sekali tegukkan.

Saat dia turun menuju kedapur pandangannya terusik. Dilihatnya pakaian yang berceceran menuju kamar tamu. Ellisa menghela napas sambil memunguti pakaian itu. Ditaruhnya diatas meja kecil yang ada disudut ruangan dekat kamar tamu.

Kembali dia menuju dapur dan mengambil air mineral dikulkas dan meneguknya beberapa kali.

Baru saja ditutup pintu kulkas terdengar suara pintu yang dibanting. Langkah berderap itu menuju kamar tamu. Lagi-lagi suara pintu dibanting.

"Kurang ajar!"teriak papanya dan sahutan dengan suara tamparan yang keras."kenapa kamu bawa laki-laki itu kesini?"

Mamanya hanya menatap penuh benci pada lelaki dihadapannya. Sambil memegang pipinya yang memerah karena tamparan yang begitu keras.

"Kalau kamu melacur jangan dirumahku!"

"Apa katamu"ucap mamanya yang sudah merah padam"rumahmu? Ini bukan hanya rumahmu. Ini juga hasil dari jerih payahku selama perusahaanmu surut. Apa kamu pernah melihatku?! Hah??! Tidak kan?! Lalu kenapa kamu selalu marah padaku. Kalau kamu tidak suka. Kenapa kamu tidak ceraikan aku!"balas teriak mamanya.

"Tidak akan pernah! TIDAK AKAN PERNAH!!"

Ellisa yang berada didepan pintu berteriak keras. Bahkan menggema sampai keseluruh ruangan rumah"CUKUP!!"

Dua pasang mata itu menatap Ellisa yang marah dengan menunduk.

"Kenapa kalian tidak membunuhku saja. Kenapa kalian membiarkan aku hidup hanya untuk melihat dan mendengarkan ini semua. Apakah aku tidak ada bagi kalian. Beginikah aku harus hidup."air mata Ellisa mengalir bagaikan anak sungai. Dia berkata dengan sangat halus tapi kata-kata itu bagaikan pisau yang dilemparkan pada jantung mereka.

Dengan lunglai dan gontai Ellisa pergi dari hadapan mereka dan kembali kekamar.

Mama sama papanya hanya saling terdiam saja. Hingga akhirnya papanya pergi lagi bersama mobilnya. Sementara mamanya terduduk diatas tempat tidur sambil meneteskan air mata dalam diam. Dan rasa sakit pada pipinya hilang ntah kemana. Walau kenyataan masih memar merah.

Ellisa menangis lagi lagi dan lagi. Bahkan baginya hidupnya hanya ada tangisan saja. Kembali diraihnya anggur yang dituangkan didalam gelas. Kembali diteguknya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Dia tahu siapa yang membukanya walau tanpa dilihatnya.

Mamanya mendekat dan diraih tangan Ellisa. Tapi ditepisnya tangan itu. Diraihnya tasnya yang berada diatas meja. Dan meninggalkan mamanya sendirian dikamarnya.

My Heart BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang