Dia duduk dikursi tua yang masih setia menemani tempat ini. Taman yang sangat indah bagi semua orang yang berkunjung untuk menyegarkan pikirannya yang kalut dengan pekerjaan.
Beda dengannya. Dia datang dengan kesedihan yang ingin dinikmati dalam kesendiriannya. Membakarnya dalam hatinya yang membara. Bagaikan api neraka yang sangat besar bisa menghanguskan dunia dalam sekejap.
Hanya menatap kedepan dengan tatapan kosong. Tatapan tanpa bayangan tanpa bentuk dalam maniknya yang coklat gelap itu.
Mata yang sembab membuatnya sangat lelah menahan hidup yang pahit ini.
Dalam hatinya berbisik adakah perahu yang mampu membawaku ketepian? Ataukah nanti adanya perahu yang akan menghilangkanku kedasar samudra? Yang akan melepaskan napasku yang sesak ini?
********
Bu Anita tidak pernah datang dengan memencet bel terlebih dahulu. Dia langsung masuk dan menuju kamar Ellisa. Kening bu Anita mengernyit melihat Amanda. Mamanya Ellisa duduk diatas tempat tidurnya Ellisa. Dengan mengendap-endap lankah bu Anita mendekati Amanda.
"Dimana dia Amanda? Kenapa kamu ada disini?"tanya bu Anita halus.
Amanda hanya terisak menangis. Bu Anita meraih ponselnya dari dalam tasnya dan menekan nomor Ellisa. Tapi yang didapatkan suara operator yang memberitahukan kalau nomor yang dituju sedang tidak aktif.
Bu Anita menatap Amanda dengan marah. Diraihnya pundak Amanda."dimana dia, Amanda?"
"Aku tidak tahu bi"
"Apa maksudmu tidak tahu"
"Dia pergi begitu saja. Bahkan tanganku ditepisnya waktu meraihnya"
Bu Anita ternganga sambil terduduk dilantai. Sementara Amanda hanya menangis. Menangisi semua yang sangat menyesakkan. Bahkan dia tidak tahu harus bagaimana dengan anaknya. Terlalu dalam luka yang telah ditanamkannya pada hati anaknya.
Bu anita kembali berdiri dan melangkah pergi."maaf bibi"mendengar kata-kata itu dia berhenti sejenak. Menatap Amanda yang menatapnya dengan cucuran air mata.
Bu Anita membuka pintu kamar Ellisa dan pergi mencari Ellisa.
********
Hari sudah malam. Ellisa yang sedari tadi hanya duduk ditaman kini mulai melangkah keklub. Tempat yang selalu jadi tempat peraduannya yang setia. Disana dia memesan minuman seperti biasanya. Untuk hari ini dia sangat kacau.
Rambut yang digelung seadanya dan muka tanpa make up sedikit pun. Walau pun begitu dia masih terlihat cantik. Banyak lelaki yang menggodanya.
"Boleh aku ikut duduk disini?"pinta seorang lelaki yang mungkin umurnya sama dengan Alex."ehm"jawabnya menggumam dengan masih terus menegak minumannya.
Lelaki itu duduk disebelahnya sambil memesan sempen. Kemudian meminumnya.
"Kelihatannya kamu lelah. Gimana kalau kita istirahat dikamar. Mungkin kamu akan terlihat agak segar"
Ellisa yang mendengar kata-kata itu hanya mengernyit tanpa menoleh. Hingga akhirnya ada wanita sexy yang menggelayut dilengan kirinya. Dengan begitu manja dan memuja lelaki itu. Dia tidak lain adalah Angel.
"Sayang, untuk apa kamu dekati singa ini. Kamu belum tahu ya. Dia kan singa yang sedang santai..."Ellisa melirik wanita itu. Hanya senyum sudut bibir yang diperlihatkan kewanita itu.
"Dulu pernah ada yang memaksanya. Dia masuk rumah sakit sayang, dikepalanya harus dijahit karena pukulan botol yang dipukulkannya."tambah wanita itu sambil melirik Ellisa. Lalu menarik lelaki itu masuk keruangan para wanita jalang yang sudah siap melayani.
Ellisa kembali memesan minumannya. Lalu Nata menepuk pundaknya. Ellisa menoleh kearah tangan itu. Melihat Nata sedang meringis padanya."kelihatannya berat banget beban loe"Ellisa hanya tersenyum kecut.
"Lisa, loe tadi dicari bu Anita"
"Terus"
"Yah... gue bilang gak tahu. Kan memang gue tadi gak tahu kalau loe disini. Memangnya bu Anita gak tahu tempat ini?"Ellisa menggeleng."pantesan tanya sama gue. Eh, tumben loe gak pakai make up. Memang separah itu ya?"
"Nata! Mulut loe ingin gue kuncir ya atau gue lakban"Nata hanya nyengir saja sambil menunjukkan kedua jarinya membentuk huruf V. Menandakan permintaan damai.
"Bukannya begitu Lisa. Habis loe tahukan gue gak punya teman. Hanya loe doang"Ellisa hanya mengernyit sambil terus meminum minumannya.
Sementara bu Anita sedang berkeliling mencarinya. Dilihatnya jam yang ada ditangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi tetap saja tidak ditemukannya. Maka dia memutuskan kembali kerumah.
******
"Lisa, loe pulang gak?"."ehm"jawabnya menggumam.
"Gue duluan ya. Gue udah dijemput"Ellisa mengacungkan jempolnya. Menandakan memperbolehkan.
Nata digandeng kekasihnya dengan mesra keluar klub.
Ellisa juga beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari klub. Dia berjalan menuju taman. Saat sampai dipinggir jalan raya dekat taman tiba-tiba ada mobil berhenti didekatnya.
Ellisa ikut berhenti dan melihat siapa yang keluar dari mobil. Wajah tampan yang tadi siang melumat bibirnya dengan intim keluar dari mobil.
Tanpa sepatah kata ditariknya tangan Ellisa dan dimasukkan kedalam mobil. Tanpa sepatah kata dijalankan mobilnya kerumahnya. Ellisa hanya diam saja sambil memegang kepalanya yang mulai pusing. Alex juga tidak sedikit pun melihat Ellisa. Hingga sampai dirumahnya.
Alex dengan kasar menarik tangannya masuk kedalam kamar. Ana yang mendengar derap kaki hanya mengintip dari pintu kamarnya. Tidak pernah Ana melihat tuannya semarah itu selama dua tahun ini bekerja dirumah ini. Dan juga tidak pernah membawa wanita kerumah selain nona Ellisa.
Ditutupnya pintu itu dengan keras yang menimbulkan suara bantingan. Dibawanya masuk kedalam kamar mandi. Dinyalakan sowernya yang mengguyur tubuh mereka berdua. Ellisa hanya menunduk menahan pening dikepalanya. Digenggamnya kedua tangan Ellisa erat-erat ditembok. Hingga akhirnya Ellisa menangis keras. Dan sangat keras.
Genggaman itu pun dilepaskan. Tubuh Ellisa terpuruk dilantai beserta bajunya yang basah. Alex hanya melihatnya dengan sendu. Diraihnya tubuh Ellisa. Dipeluknya dengan hangat dibawah air sower. Ellisa tak henti-hentinya menangis.
Bayangan pertengkaran demi pertengkaran menyeruak dikepalanya. Membuatnya tak mampu menahan air matanya berhenti.
Setelah agak reda Alex melepaskan pakaiannya dan meraih handuk untuk diikatkan dipinggangnya. Lalu melepaskan pakaian Ellisa yang basah kuyup. Dililitkan handuknya keseluruh tubuhnya. Ellisa hanya menatapnya dengan sendu.
Dibaringkan tubuh Ellisa diatas tempat tidur. Ditariknya selimut hangat itu menutupi kedua tubuh mereka. Dipeluknya tubuh Ellisa dari belakang. Terasa sangat keras, bagaimana miliknya yang sudah mengeras ingin dipuaskan.
Tapi Alex tetap menjaga dan menahan nafsunya yang bergejolak. Dalam keadaan tubuh yang tak tertutupi busana. Apa lagi saling bersentuhan.
Ellisa sudah pasrah. Entah apa yang akan terjadi malam ini. Entah bagaimana malam ini akan berakhir. Dia hanya bosan saja dengan kehidupan yang dijalaninya.
"Tidurlah. Besok kamu harus sekolah"
Kata-kata lembut itu seakan menusuk jantungnya. Seakan napasnya sesak karena tak berfungsi jantungnya. Dia hanya mengikuti intruksi itu. Dipejamkan matanya dan mulai terlelap.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Boat
RomansaTerima kasih pada teman-teman yang sudah mau menyempatkan membaca karya novelku. Semoga senang dengan ceritanya. Ini karya pertamaku. Bagi saya membaca novel itu menyenangkan. Bisa melambungkan hayalan untuk melupakan penat sesaat. Saya dwi isa meng...