Bab : 10

58 4 0
                                    

Dengan hati berbunga-bunga Alex masuk kedalam rumah. Dia membawa bunga mawar yang berwarna merah dengan pita yang menghiasi tangkainya. Dia berharap wanita pujaannya akan menerimanya dengan bahagia. Tapi semua tertahan saat Ana menghalangi jalannya menuju kekamar. Senyumnya hilang seketika sambil mengernyit.

"Ada apa, Ana?"tanyanya datar.

"Tadi nona Ellisa berpesan kalau dia sedang main kerumah ibunya. Katanya akan pulang malam"

"Oh"jawabnya tanpa ekspresi. Bunga yang sedari tadi dibawanya dengan tangan yang ditaruh didepan dada kini diturunkan kesamping.

Ketika mendengar langkah kaki dari belakang. Lelaki itu langsung menoleh kearah suara. Saat melihat wanita pujaannya sedang berjalan kearahnya senyuman yang sempat hilang kini tumbuh lagi. Sambil membuka tangannya Ellisa meraih tubuh Alex. Diambilnya bunga mawar dari tangannya.

"Wauw! Cantik sekali. Ini untuk siapa?"tanyanya sambil mencium aroma bunganya yang wangi.

"Untuk kekasihku"mendengar kata-kata itu Ellisa menghentikan gerakkannya dan menatap lelaki yang ada didepannya.

"Aku kira untuk aku"kembali ditaruh ditangan lelaki itu bunganya. Dan Ellisa mulai melangkah pergi.

Alex langsung menarik tangan Ellisa dengan cepat. Membuat tubuh Ellisa jatuh dalam pelukkannya.

"Karena hanya kamulah kekasihku, wanitaku dan aku mencintaimu Ellisa Wijaya. Aku ingin memiliki dirimu seutuhnya sampai akhir hidupku"

Pernyataan cinta itu membuat wajah Ellisa memanas sampai ketelinga. Alex menatapnya geli melihatnya tersipu malu.

Tanpa menghiraukan siapa pun. Alex langsung melumat bibir Ellisa dengan intim. Bahkan Ana yang melihatnya ikutan pergi. Dia merasa malu melihat adegan mesra itu.

Tapi didalam benak Ana bertanya-tanya. Bukankah hampir setiap hari mereka tidur bersama tapi dia tidak pernah mebemukan tanda-tanda kalau mereka melakukannya. Atau jangan-jangan nona Ellisa sudah.... ah, itu tidak mungkin. Tapi....

********

Amanda datang kekantor Ronald suaminya. Dengan keangkuhannya lelaki itu tetap duduk dikursi kebesarannya tanpa bergeming. Sambil menatap keluar jendela.

Amanda tetap melangkah mendekatinya. Dia memutari meja dan berhenti dihadapan lelaki yang berekpresi dingin itu.

"Untuk apa kamu datang kesini. Apa uangmu sudah habis?"tanyanya datar.

Amanda mendegus keras."bukan. Aku kesini mau minta maaf"

"Untuk apa?"

"Aku sudah memikirkan semuanya. Mungkin kita harus menyudahi permasalahan kita. Sebulan ini aku sudah berpikir keras kalau aku merindukan Ellisa tersenyum"

"Aku belum bisa"

"Kenapa?!"tanya Amanda dengan nada agak meninggi.

"Aku belum percaya dengan perkataanmu"

"Baiklah. Dengan apa aku harus membuktikannya agar kamu percaya"

Tangan Ronald menarik tubuh Amanda. Dan Amanda terduduk dipangkuan Ronald yang begitu tampan walau sudah tidak muda lagi. Mata itu tidak pernah berubah. Mata yang selalu menjerat Amanda untuk selalu membelainya dan menatapnya.

"Kamu tahu sendiri ini dimana. Apakah sepantas itu lelaki terhormat sepertimu bercumbu disini"

"Ini kantorku. Apa pun yang aku lakukan adalah milikku"

Memang benar. Seperti itu Ronald. Sekali dimilikinya tidak akan dilepaskan begitu saja. Padahal pertengkaran yang sudah berlangsung selama delapan tahun. Dia tidak pernah meninggalkan percintaan dengan Amanda. Tetap berhubungan padahal sama-sama mereka menggandeng orang lain dalam tangannya. Karena itu Ronald tidak pernah mau menceraikan Amanda. Karena dia masih membutuhkan dan mencintainya.

My Heart BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang