Karena sudah terlalu larut. Dia memutuskan untuk pulang kerumah. Dia berjalan ketepi jalan untuk menunggu taksi lewat. Tapi ntah kenapa malam ini malam yang sangat menyebalkan. Oh tidak, bukan hanya malam ini tapi hari ini.
Tiba-tiba ada mobil yang ngebut dan menyerempetnya. Dia terjatuh berguling-guling ditrotoar. Hingga akhirnya keningnya terbentur batu.
Dipegang keningnya yang membuatnya agak pusing. Dilihat ditelapak tangannya yang berdarah."sial!"umpatnya. Dia mencoba untuk bangkit dari terkaparnya.
"Maaf, nona. Aku tidak sengaja membuatmu jatuh"lelaki itu membantunya bangun.
Lelaki itu sangat tampan. Dengan bentuk tubuh yang tegak dan wajah yang sempurna membuat para wanita tergila-gila. Akan tetapi pening dikepalanya membuatnya limbung dari tempatnya berdiri dan matanya menggelap.
*****
Setelah dia mulai sadar dia mencoba membuka matanya yang masih berat. Dilihatnya ruangan yang sangat asing. Ruangan yang berwarna coklat muda dan elegan. Dia mencoba bergerak tapi seluruh badannya sakit semua. Saat diangkat tangannya sebelah kiri terlihat perban putih membungkus sikunya.
"Aduh!"gumamnya lirih yang membuat lelaki itu terbangun.
Lelaki itu bergegas bangun dan mendekatinya."kamu sudah sadar ya? Apa kamu mau minum?"tanya lelaki itu lembut. Ellisa hanya mengangguk sambil mengernyitkan keningnya.
Waktu dia mencoba untuk bangun Ellisa kaget mendapati badannya hanya memakai pakaian dalam saja. Kembali ditariknya selimut itu sampai kebahunya. Dia menatap lelaki itu dengan wajah kesal dan pikiran yang tidak senonoh."aku minta maaf karena membuka pakaianmu tanpa seizinmu. Kata dokter kalau pakaianmu tidak dicopot setelah agak lama lukamu itu akan semakin sakit. Dan tidak mungkin kan kamu berhari-hari memakai pakaian robek dan penuh darah"
Kembali Ellisa mencoba mengingat kejadian semalam. Iya, dia ingat kalau dia terserempet mobil dan berguling-guling ditrotoar. Dan ada seseorang yang menyelamatkannya."aku juga minta maaf karena sudah membuatmu seperti ini. Aku tidak sengaja melakukan itu"kembali disodorkan gelas itu padanya.
Ellisa pelan-pelan mencoba duduk dengan memegangi slimutnya sampai menutup dadanya yang hanya memakai BH saja. Diraihnya gelas itu. Dituguknya dengan rakus sampai tak tersisa. Lalu disentuhnya keningnya yang dibalut perban.
"Kata dokter lukamu tidak parah jadi tidak harus dirawat dirumah sakit. Jadi ya...aku bawa kamu kesini"lelaki itu terus terusan berbicara panjang lebar. Tapi Ellisa hanya terdiam saja. Larut dalam pikirannya sendiri.
Kenapa aku harus tertolong?kenapa aku tidak mati saja?kenapa hidupku harus panjang untuk merasakan kepedihan ini?oh, Tuhan!cabut saja nyawaku ini!
Air mata menetes disudut mata Ellisa. Lelaki itu yang melihatnya meraih bahu Ellisa dan menghadapkan tubuhnya kepadanya."kenapa kamu mebangis?aku...aku minta maaf kalau aku..."
"Tidak"jawab Ellisa memotong kata kata lekaki itu yang belum selesai."kamu tidak salah. Hanya saja aku kecewa dengan diriku sendiri"
"Kenapa?"Ellisa hanya menatap wajah lelaki itu sambil menaikkan sebelah alisnya."o ya. Aku ingin kekamar mandi. Apa tidak ada kain atau pakaian yang bisa aku kenakan?"lelaki itu langsung melihat selimut yang menutupi badannya.
"Oh, iya. Bentar aku ambilkan kemejaku agar bisa kamu pakai."lelaki itu pergi kelemari yang ada disebelah tempat tidur dan mengambilkan kemeja lengan pendek untuk Ellisa.
Dibantunya Ellisa memakai kemeja itu. Sementara lelaki itu menatap wajah Ellisa yang cantik itu. Sesekali melihat badannya untuk memasukkan lengan Ellisa dan mengancingkan kancing kemejanya.
Ellisa turun dari tempat tidur dibantu sama lelaki itu menuju kamar mandi yang ada didalam kamar ini. Setelah dia masuk lelaki itu meninggalkan Ellisa dikamar mandi.
*****
"Boleh aku bertanya, siapa namamu? Kenapa tidak ada identitas ditasmu?"Ellisa hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Dia kembali teringat bagaimana kondisi keluarganya yang tak mungkin ada waktu untuknya.
Lelaki itu hanya mengernyit melihat senyum kecut yang ada dibibir Ellisa."namaku Ellisa"
"Kalau aku Alex... Alexander"
"O ya. Kalau begitu aku akan pulang. Aku rasa aku hanya merepotkan kamu"gumam Ellisa sambil meraih tasnya dengan memakai kemeja yang kebesaran itu.
Ellisa merasa nyaman dengan kemeja itu karena panjangnya bisa sampai atas lutut. Jadi tidak terlihat sexy.
Dengan segera tangan Alex meraih tangan Ellisa yang meraih tas."tidak kamu harus berada disini beberapa hari"paksa Alex tiba-tiba.
Ellisa hanya menatap Alex dengan tatapan curiga dan tajam. Alex yang melihat merasa salah tingkah dengan omongannya."ehm...maksudku kata dokter kamu harus istirahat beberapa hari lagi. Jadi tetaplah disini dulu. Untuk pakaian nanti aku akan membelikanmu setelah pulang kerja, oke"
Ellisa hanya menghela napas mendengar permintaan Alex. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Diraihnya ponsel itu dari dalam tas. Dilihatnya layar ponselnya. Dengan segera diangkatnya.
"Iya, bu"
Diseberang sana bu Anita berbicara.
"Ellis, kamu tidak masuk lagi?"
"Maaf bu, hari ini Ellis tidak bisa masuk sekolah. Ellis ijin beberapa hari ya, bu"
Bu Anita mengernyitkan keningnya mendengar omongan Ellisa. Begitu juga dengan Alex yang ada didekatnya.
Jadi dia masih sekolah ya. Tapi kenapa malam-malam dia keluyuran diluar?gumam hati Alex menatapnya.
"Memangnya kamu sakit?"tanya bu Anita.
"Iya bu. Tadi malam aku habis kecelakaan"jawabnya santai.
"Apa??!kamu kecelakaan!sekarang dirumah sakit mana??!"teriaknya. Ellisa langsung menjauhkan telponnya dari telinganya.
"Bu Anita...aku tidak apa-apa. Aku tidak dirumah sakit. Tapi kata dokter hanya butuh istirahat beberapa hari"
"Baiklah nanti aku akan kerumahmu"
"Ti...tidak, bu!"tolaknya gugup.
"Kenapa tidak boleh?apa mama sama papamu yang brengsek itu melarangnya"tanya bu Anita yang menekankan kata-kata brengseknya.
"Bukan bu. Aku tidak dirumah. Tapi aku ada ditempatnya orang yang menyerempet aku semalam"
"Kalau begitu kirim alamatnya dan aku akan kesana setelah sekolah selesai"telpon langsung terputus. Ellisa mendengus keras sambil menundukkan kepala.
Alex yang tidak dihiraukan selama telpon tiba-tiba menyodorkan kertas yang bertulisan. Ellisa meraihnya dan membacanya.
"Itu alamat rumah ini"gumamnya sambil memakai setelan jas kerjanya.
Ellisa menuliskannya diSMS lalu mengirimkannya pada bu Anita.
Ellisa hanya termangu memandangi Alex yang sedang memakai dasinya didepan cermin. Dia kembali teringat dimana papanya yang sedang dipakaikan dasi sama mamanya dengan mesra. Setelah selesai papanya mengecup bibir mamanya dengan lembut"terima kasih, sayang". Ellisa yang melihat sangat bahagia.
Alex yang melihatnya melamun dengan senyuman dia hanya tertegun sambil bersandar dimeja rias. Seolah-olah ada sesuatu yang sangat berat didalam benak Ellisa.
Jujur saja. Ellisa cantik. Kulitnya yang putih, matanya sipit dengan maniknya yang berwarna coklat gelap. Bibir kecil tapi mempesona. Struktur tubuh yang sangat bagus. Bahkan bisa dibilang dadanya yang melebihi ukuran tubuhnya yang ramping. Dengan rambut berwarna coklat gelap. Tingginya rata-rata cewek seumurannya. Kira-kira 165 cm.
Ellisa yang menyadari dirinya diperhatikan merasa risih dan melempar bantal yang ada disampingnya. Alex yang tidak tahu langsung kaget dan terlonjat dari meja rias.
"Kenapa kamu melototiku seperti itu?"tanyanya dengan geram.
Alex hanya menggeleng dan meraih tas kerjanya. Sebelum membuka pintu dia berpesan pada Ellisa."kalau butuh apa-apa kamu bisa minta bantuan sama Ana. Dia pembantu disini."
******
![](https://img.wattpad.com/cover/71106459-288-k478239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Boat
RomanceTerima kasih pada teman-teman yang sudah mau menyempatkan membaca karya novelku. Semoga senang dengan ceritanya. Ini karya pertamaku. Bagi saya membaca novel itu menyenangkan. Bisa melambungkan hayalan untuk melupakan penat sesaat. Saya dwi isa meng...