I just wanna say sorry for this part, but yeah.. This is the last part of this love story. I hope you guys like it! Thank you.. :)
NB : OH! Don't worry, we're gonna meet again in the extra part ;)
E N J O Y !
•×•×•×•
CUP!
Tristan mengecup cepat pipi istrinya yang tampak asyik membaca buku di taman rahasia belakang rumahnya. Tidak banyak yang mengetahui bahwa rumah besar Tristan memiliki sebuah taman rahasia, hanya orang-orang terdekat Tristan saja, dan anyway tempat ini adalah salah satu spot favorit mereka berdua dirumah ini selain kamar dan kolam renang roof top.
Callysta menolehkan pandangannya pada sang suami yang masih memakai pakaian kerjanya, sembari memberikan senyum manisnya diwajah pucat miliknya.
"How's your day?" Tanya Tristan, kemudian menarik halus Callysta kedalam pelukannya.
"Ehm.. Good, kecuali di bagian muntah-muntahnya" Jawab Callysta yang kini sudah menyadarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Tristan mengecup puncak kepalanya cepat dan mengelus perut besarnya dengan sayang.
"Kamu pucat, kita masuk kedalam ya?" Kata Tristan lembut, yang diangguki oleh Callysta. Dan dengan sigap Tristan menggendong Callysta, seperti hari-hari sebelumnya.
Kehamilan Callysta sudah memasuki bulan yang kedelapan sekarang, dan sifat overprotective Tristan kepadanya semakin menjadi-jadi dengan kembali tidak membiarkan Callysta keluar rumah, padahal sewaktu kehamilannya memasuki bulan kelima dan keenam, Tristan sudah mau membawanya ke kantor ataupun beberapa tempat makan karena dokter mengatakan kondisi kandungannya sudah cukup kuat.
Sifat overprotective itu kembali hadir tepatnya satu bulan yang lalu. Saat itu, Callysta dan Tristan mengadakan baby shower sekaligus acara tujuh bulanan seperti yang diinginkan Callysta sebelumnya. Acaranya cukup sederhana diadakan di area kolam renang salah satu hotel milik Nicholas yang ada di Jakarta, dan hanya mengundang keluarga yang paling dekat serta para sahabat. Entah mengapa, saat itu Callysta sangat mual dan tidak berselera untuk makan apapun sampai pada akhirnya entah bagaimana ia bisa pingsan.
Tristan panik, sangat panik saat kejadian itu. Buru-buru Tristan membopong Callysta dan meninggalkan acara mereka untuk membawa Callysta kerumah sakit.Sesampainya dirumah sakit, dan menjalani berbagai pemeriksaan, dokter kembali menyarankan Callysta untuk bed rest. Dokter mengatakan apa yang dialami Callysta ini cukup langka, pasalnya Callysta mengalami mual-mual atau yang lebih sering disebut sebagai morning sickness, justru di trisemester akhir kehamilannya. Dokter juga mengatakan hal ini cukup membahayakan bagi ibu hamil yang kondisi kandungannya cukup lemah seperti Callysta, karena nafsu makannya pasti akan terganggu akibat mual-mual yang sepertinya cukup parah ini.
Mendengar penjelasan dokter, Tristan takut, tentu saja. Hampir duapuluh empat jam waktunya digunakannya untuk memantau istrinya, pergi kekantor pun dilakukannya hanya jika ada urusan yang benar-benar harus ditanganinya. Bukan hanya mual-mual, Callysta juga suka terlihat gelisah dalam tidurnya, membuat Tristan tetap terjaga sepanjang malam dan baru akan tidur setelah dirasanya Callysta kembali tenang. Setiap detiknya ia berdoa kepada Tuhan agar selalu memberikan kesehatan serta kekuatan kepada anak dan istrinya, dia bahkan sampai menangis dalam doanya. Katakan saja dia adalah lelaki cengeng, tetapi kalian pasti akan menjadi seperti dirinya disaat rasa ketakutan itu menghantui.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY GIRL
عاطفيةTristan Francius, si bungsu dari keluarga Ricardo yang tidak percaya akan adanya cinta sejati. Baginya cinta sejati hanyalah kalimat dangdut yang mengandung unsur bulshit didalamanya. Sampai suatu saat dia mengenal gadis itu, Callysta Abigail. Cally...