Bab 12

442 33 0
                                    


Aku mengernyitkan dahi melihat Sira yang nampak acak-acakan,

"Kenapa lo Ra?"

"Eh? Lo udah datang?"

"Kalo ginisih bukan gua yang terapi kayanya, lo yang perlu diterapi!"

Sira tertawa pelan, lalu menggerai rambutnya dan menyuruhku untuk duduk diSofa tepat didepan meja kerja gadis itu.

"Lo lagi ada masalah?"

Sira mengangguk, "Ya, bisa dibilang gitu. Tapi gausah khawatir gua baik-baik aja. Tapi kayanya gua gabisa ngasih terapi ke elo hari ini. Sorry."

"Its okey. Gejala trauma gue udah mendingan kok, gue jarang pusing sekarang" Aku tersenyum meyakinkan, jujur untuk masalah satu itu.

"Syukurlah. Lo jadi jarang gangguin gue jadinya" Sira tersenyum mengejek, mengesalkan.

"Yaudah gua balik aja deh, lo istirahat kalo ada masalah jangan dipendam sendiri!"

Aku beranjak, mungkin belum sempat 10 menit didalam ruangan Sira. Berlalu setelah mendapat anggukan dan senyuman Sira sekali lagi. Aku berencana memasuki kelas Hukum Bisnis sepulang konsultasi, jadi aku langsung pergi ke kampus.
Sialnya, kelas dimulai 1 jam lagi. Sebenarnya aku yang ceroboh karena lupa jika konsultasiku tadi bisa terbilang gagal jadi aku keluar lebih awal. Ahhh dasar.

"Sedang apa disini?"

Aku mendongak, Sung Jae terlihat mengernyit hingga kedua alisnya hampir menyatu.

"Kuliah?" Aku menjawab dengan nada bingung sambil memiringkan kepala, tidak lucu kan kalau dikampus membajak sawah?

"Maksudku sedang apa disini? bukannya ke kelas?" Sungjae duduk dihadapanku lalu menyeruput mocha float milikku yang tinggal sepertiga.

"Kelasku mulai satu jam lagi" balasku santai, aku memperhatikan area kantin yang sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa senior, sepertinya mereka juga datang terlalu awal sama hal'nya denganku. Aku memang memilih kekantin daripada merenung tidak karuan di area kampus, bisa-bisa ada gosip dengan judul mahasiswa gabut kurang belaian.

"Lalu untuk apa kau berangkat buru-buru sampai meninggalkanku tanpa ba bi bu hah?" Sungjae menatapku tajam, ya salahkan saja alarmku yang tidak menyala pagi tadi. Padahal aku yakin sudah mengaturnya....dalam mimpi, mungkin.

Jadi jam kuliah peminatanku hari ini jika kalian ingat itu peminatan akan dimulai jam 10 pagi dan konsultasiku jam setengah 9 pagi. Tapi karena gagal jadi jam 9 aku sudah ada dikampus karena kebetulan klinik Sira tidak jauh dari sini.

"Ingin saja," jawabku bohong, tentu saja.

Sungjae menghela nafas, tidak ada gunanya memang bicara denganku. Yang ada dia kena penyakit darah tinggi kalau terus-terusan adu mulut denganku.

"Yasudah, habis kelas keruanganku. Tunggu aku hari ini ada rapat dengan dosen lainnya"

"Siap bos"

aku cengengesan sambil mengambil kembali minumanku yang hanya tinggal setengah karena Sungjae minum beberapa kali, dasar tidak modal.

"Aku pergi dulu, ada beberapa hal yang harus kuurus ke Tata usaha"

Aku mengangguk, dan Sungjae melangkah menjauh setelah sebelumnya mengusap kepalaku singkat.





•••





"Hey, maaf membuatmu menunggu"

Aku memperhatikan Sungjae yang baru saja memasuki ruangan dirinya sendiri, sedangkan aku sudah sejak 2 jam yang lalu hingga sempat berpikir sebentar lagi jadi kembaran lumut diselokan.
Aku hanya mengangguk, mengiyakan walau nyatanya kesal setengah mati.

"Mau makan siang dulu?"

"Ini sudah hampir malam jika kau tidak sadar," Aku sedikit menyindir.

"Maaf aku tidak membawa jam dan handphone keruang rapat tadi"

Sungjae mengeluarkan kedua barang yang ia sebutkan tadi, lalu memasang jam dan memasukkan HP kesaku celananya sebelum berjalan dan menghempaskan tubuh besarnya itu tepat disebelahku. Wajah Sungjae terlihat lelah, membuat niat mengomelku tujuh hari tujuh malam kuurungkan kembali.

"Maaf membuatmu menunggu, seharusnya aku tidak usah jadi pembicara tadi. Setidaknya tidak akan selama ini"

Sungjae menatapku sendu, membuatku sedikit merinding karena itu seperti bukan dirinya. Hey! dimana Sungjae yang menyebalkan?

"Tidak apa-apa. Lagipula kau tidak menyuruhku menunggumu dihalte atau pinggir jalan! Aku bisa bersantai disini---"

"Tapi tetap saja!"

Aku tertegun, sebegitu merasa bersalahkah Sungjae? Aku tertawa dalam hati.
Saat aku ingin berbicara dengan Sungjae lagi, seseorang mengetuk pintu ruangan Sungjae. Jadi aku hanya diam dan menatap punggung Sungjae yang membelakangiku untuk membuka pintu,

"Eoh, Ivan?"

"Hey! Wahhh sudah lama kita tidak bertemu secara teman antar teman ya pak Sungjae?"

Samar-samar aku mendengar obrolan Sungjae dengan seseorang tapi aku mengacuhkannya dan memilih mengutak-atik HP ditanganku. Dengan siapa dia berbicara masa bodoh.

Tidak lama kemudian aku mendengar Sungjae menutup pintu kembali, membuat wajahku dengan otomatis menoleh.

"Sudah?"

"Ya, begitulah"

"Aku ingin pulaaang" kataku sedikit merengek, aku lelah. Sungguh.

"Mari pulang, tuan puteri"

Aku tertawa pelan mendengarnya, lalu bangkit dan berjalan kearah Sungjae yang sudah siap dengan tas kerja yang ia sampirkan dibahu sebelah kanan. Lalu berjalan berdampingan hingga parkiran, aku sedikit bersyukur tidak banyak mahasiswa yang berkeliaran diarea kampus jadi aku tidak perlu mendapatkan tatapan penasaran atau iri atau apalah itu.

"Langsung pulang atau ingin makan dulu?"

"Pulang, aku belum sholat ashar"

Sungjae tertegun sebentar sebelum mengangguk. Selanjutnya perjalanan kami hanya diiringi lagu dari album terbaru Raisa yang sengaja kubeli minggu lalu untuk mengurangi kecanggungan dimobil Sungjae, ternyata berguna juga. Aku menoleh kearah jendela mobil sebentar dan berpikir kenapa situasi hening seperti ini tidak lagi canggung bagiku namun malah terkesan.....nyaman?

Ah entahlah.









To be continue....








Maaf ya pendek.
Dan konfliknya belum muncul juga padahal udah 12 part hahahaha. Sabar yaa.
Maaf juga baru up karena beberapa kepentingan didunia nyata jadi ngaret, tapi doain aja nanti biar cepet update cepet tamat versi revisi ini hehehe.
-Faaa

Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang