Bab 19

401 28 0
                                    

Here we go!
Gatau lagi aku ga ngerti lagi ide stuck sebelumnya jadi dibanding kepaksa ga dapet feel yaudah aku semi hiatus kemarin ya😂 Maybe bab selanjutnya akan aku rampungin sampai cerita ini END dulu jadi  yeah maybe sebulanan lagi lah🙃
Thanks buat semua dukungan selama ini! I love you gengs🖤







"Are you okay?" Sira menangkup wajah Soo Young khawatir, gadis itu langsung menyuruhnya datang sepuluh menit setelah pesawatnya berhasil menapaki Indonesia.

"No, so i need you. Maaf juga buat panggilan dadakan gue, padahal lo baru pulang cuti."

"Apaan sih lo ah gitu doang, lagian lo tau kan gua gila kerja? Itung-itung lah, bilangin emak lo ya dua kali lipat hehe."

"Kurang ajar ni anak!" Soo Young terkekeh, membuat Sira lebih lega karena sepertinya keadaan gadis itu tak serapuh dulu. Soo Young bisa menyikapi rasa takutnya dengan baik sekarang.

"Jadi, kenapa? Lo perlu cerita dulu atau langsung mau terapi?"

"Cerita dulu aja." Soo Young tersenyum, beralih menggenggam tangan Sira seperti yang biasa ia lakukan saat bersama Psikolog favoritnya ini. "Jadi gini, lo tau malam tadi gua tunangan kan?"
Sira mengangguk, memilih mendengarkan.

"Sung Jae, tunangan gue. Ternyata dalang dibalik Ivan cium Miranda dan Gue dulu banget, memang bukan itu yang buat gua bolak balik ke klinik lo. Dan lo tau betul kalau kejadian setelahnya yang buat gue trauma setengah mati sampai sekarang. Tapi entah kenapa, kedua kejadian itu berhubungan sampai rasanya gabisa dilepasin. Satu hari itu, hari yang gua ga berani bayangin lagi. Gua ingat semuanya tapi gua berusaha ngubur dalam-dalam, tapi malam tadi. Gua pingsan karena shock. Gua gatau kenapa tapi rasanya sesak banget Ra. Semuanya kaya terulang, kejadian itu sedikit demi sedikit nyiksa gue lagi. Gua ga kuat."

Sira menghela nafas pelan, ini yang dia takutkan. Soo Young hanya pura-pura kuat didepan banyak orang, namun ia masih serapuh saat pertama kali bertemu dengannya. Ia bergerak merengkuh gadis yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya, memberi kesempatan untuk Soo Young merasa lebih tenang.

"Gapapa Joy, Its okay. Itu wajar. Satu peristiwa ke peristiwa lain memang sudah ditakdirkan berhubungan, hanya saja ada yang menyakitkan, mengharukan, menyedihkan, bahkan mengenaskan. Semua itu adalah bagian dari hidup kita. Saat kita tertawa, menangis, tersenyum, haru, dan bahagia itu semua bagian dari hidup. Dan lo sudah melewati itu semua sampai di titik hidup lo sekarang. Lo kuat Joy, gua tau itu. Dan Sung Jae....Gue rasa dia hanya tak sengaja terlibat dalam takdir lo dulu. Dia yang berteman dengan Ivan dan Lo tau kan pergaulan di Korea sana gimana? Lo harus inget dia bukan dari Indonesia yang kalo ciuman ditempat umum langsung di labrak SatpolPP. Disana lebih bebas dan itu adalah masa remaja kalian, terutama Sung Jae dan Ivan yang dalam fase mencari pengakuan dan hal baru bahkan sesuatu yang ekstrim sekalipun bakal mereka lakuin demi sebuah pengakuan sosial. Gua yakin lo juga pernah merasa kaya gitu."

Soo Young mengangguk sebagai balasan, ia balas memeluk Sira. Penuturan Sira tak ada yang ia bantah, ia membenarkan dalam hati. Ia bisa mengerti. Lagipula ia sudah 22 tahun sekarang, bukan bocah ingusan lagi yang harus dijelaskan dua kali. Sira selalu bisa membuatnya tenang dan terbuka dengan apapun masalah yang ia punya, Sira juga tak memandang satu sisi dan terus membelanya namun juga menjelaskan dari sisi lain.

"Gue rasa, gue ga perlu terapi Sir."

"Lo yakin?"

"Iya. Gue mau ngandalin diri gue sendiri dari sekarang, lagipula sudah gaada lagi 5 laki-laki menyeramkan kaya saat itu." Soo Young tersenyum.

"Lo tau kalau lo selamat kan? saat kejadian itu maupun sekarang. Lo adalah cewek paling pemberani yang pernah gue kenal, Joy."

"Gue tau. Gaada yang terjadi. Gaakan ada yang terjadi lagi. Gua baik-baik aja. Itukan mantra nya?"

Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang