Bab 18

547 33 7
                                    

Jakarta,
SMA Kencana.

"Joy! Kita jadi mengerjakan tugas Fisika di taman kan?"

"Iya Nda, sebentar aku beresin buku dulu."

Soo Young bergegas mengumpulkan buku nya yang berceceran di meja, alat tulis yang entah sudah terbang kemana dan tas nya yang teronggok dibangku.

"Cepet ah Joy, nanti kita ga sempet ke acara Ulang Tahun Helen lagii"

"Iya Nda sebentar—Nah selesai! Yuk."

Mereka berjalan beriringan, dua sahabat yang dengan mudahnya dekat hanya dalam waktu 2 bulan kenal. Joy memang mudah bergaul, namun Miranda yang sedikit pendiam jarang mempunyai teman dekat yang paham sifatnya.

"Tugasnya harus banget dikumpul besok ya Nda?"

"Iya, Bu Kartika udah ngomel kemarin sama aku. Katanya anak-anak kalo dibaikin suka ngelunjak, padahal kan kita ga nakal-nakal banget ya?"

Soo Young tertawa, kadang dia bingung. Miranda sangat cerewet saat bersamanya namun jika dengan yang lainnya dia akan berubah jadi gadis dingin.

"Iya, yaudah yang penting kita kerjain dulu aja. Selesai ga selesai nanti lah urusannya!"

"Setujuuu!"

Siang itu, mereka tertawa bersama. Bercanda layaknya biasa sambil menentukan rumus fisika yang akan mereka pakai untuk menyelesaikan soal rumit didepan mata. Tak ada siapapun di Taman belakang yang mereka pakai sebagai tempat berteduh sambil mengerjakan tugas siang itu, karena memang jadwal ajar mengajar sudah usai semenjak mereka memutuskan kesini.

"Eh Nda, Ivan mau kesini katanya. Gapapa?"

"Ya gapapa, lagian kita bisa minta bantu dia kok. ka Ivan kan jurusan IPA dia pinter gitu. Lagian kenapa kita harus kena peminatan Fisika sih? Anak IPS malah disuruh mikirin rumus ya jelas gabisa lah."

"Kan mulai lagi ngomelnya, udah kerjain nomer 20 aja tuh gampang. Aku kabarin Ivan dulu."

Miranda terkekeh sebelum mengambil buku rumus disebelahnya, sesekali matanya mencocokan rumus dan soal yang sedang ia kerjakan.

"Nah ketemu, jawabannya E Joy!"

"Goodjob! Aku kerjain nomer 29 deh kayanya bisa, kamu nomer 27 ya? Habis ini selesai."

"Siap bos!"

Soo Young meletakkan HP-nya kembali, mencoba fokus dan menghiraukan permintaan Ivan sebelumnya. Ia belum siap. Ia masih kelas sepuluh dan mustahil ia menyetujui permintaan gila itu. Lebih baik dia fokus dengan soal fisika ini, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak.

10 menit kemudian, mereka selesai mengerjakan seluruh soal yang diputuskan secara acak. Untungnya hanya beberapa soal yang tidak ada dibahasan, sisanya mereka bisa menjawab dengan mudah.

"Ka Ivan belum datang? Sampai kita sendiri yang ngerjain ini. Gagal deh minta bantuin." Miranda menghela nafas kesal,

Soo Young mengangguk, "Katanya sih sudah didepan, dia sekalian mau ekskul basket"

"Kamu beruntung tau Joy, dapet Pacar kaya ka Ivan. Kapten Basket sekolah, berprestasi, pinter lagi. Kaka idola satu sekolah."

Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang