BAB 11

511 37 0
                                    


"Apa yang membuatmu begitu gelisah?"

Aku menoleh sementara Sung Jae mengambil posisi duduk tidak jauh dari ku, Sung Jae membawa ku kembali ke Apartemen miliknya setelah selesai dengan urusan perut kami.
Aku mengernyit bingung, apa aku terlalu jelas?

"Itu tercetak di wajahmu, Nona Park."

Aku mendengus pelan, aku memang tidak berbakat menyembunyikan sesuatu."Bukan apa-apa"

"Bukan apa-apa tapi berhasil membuatmu uring-uringan begini?"

"Ayolah, aku tidak akan mati disini jadi jangan berlebihan"

"Aku juga tidak sudi mengurus jasadmu jika kau mati disini, terserah sajalah. aku mandi dulu"

Aku menahan umpatan ku. Lelaki itu memang menyebalkan, dan sepertinya aku mulai terbiasa dengan itu. Aku ke kamar milik Sung Jae yang kutempati kemarin malam, menghempaskan tubuh ku sekaligus memejamkan mata berharap semua ini hanya mimpi.

Perjodohan. Ivan. dan...Joo Hyuk.

Rasanya kepalaku akan pecah sekarang juga jika tidak mengingat jadwal konsultasi ku besok yang dengan otomatis akan mengangkat mereka sedikit.
Aku mengeluarkan handphone ku dari tas, mencari-cari kontak Sira yang setia mendengarkan keluhan gila ku lalu memencet tombol hijau.

"Sooyoung, ada apa? kurasa jadwal konsultasimu diundur menjadi besok kan?"

"Kalaupun tidak diundur jadwalnya bukan hari ini"

Aku terkikik mendengar suara Sira mendengus diseberang sana.

"Hey, jangan mengangguku jika tidak ada keperluan! aku ini sibuk tahu!"

"Uh oh sepertinya aku sedang menganggu singa betina yang mencari mangsa ya?"

"Astaga. aku menyesal menawarkan bantuan untuk menghilangkan trauma mu itu jika tahu kelakuanmu jadi absurd begini!"

"Yak! Dasar teman kerdus. Jangan bahas hal itu!"

"Terserah. sampai jumpa besok, kututup."

"Hey SI---"

Aku mendengus kesal mendengar tanda telepon terputus sebelum sempat berteriak memaki teman yang merangkap menjadi Dokterku itu. Tapi bagaimanapun, rasanya menyenangkan.




"Bajumu sudah diantar suruhan ku, ada dilemari rak kedua dari atas. Dan ekhem....pakaian dalammu di rak bawahnya"

Aku menoleh melihat Sung Jae yang sudah berada disisi kanan kamar sambil mengeringkan rambutnya yang basah, tunggu. Dia bilang dia ingin mandi tadi dan seingatku kamar mandi disini hanya ada satu yaitu dikamar yang sedang ku tempati.

Ahh tidak heran dia langsung berada disini. Butuh beberapa detik untuk otak ku mencerna perkataan Sung Jae.
DEMI WAJAH TAMPAN AYAH KU! PARA PAKAIAN DALAMKU YANG MALANG, KALIAN SUDAH TERNODAI MATA SUNG JAE!!



Wajah ku memerah padam sebelum berlari menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan sedikit membanting, menyalakan kran westafel dan membasuh wajah ku kasar. Sebenarnya nasib sial apa lagi yang akan kualami?











🦄🦄🦄







Aku memperhatikan Sung Jae yang lagi-lagi bergulat dengan para pisau dan penggorengan. Ini sudah jam 11 malam dan perut ku dengan kurang ajar meminta sesuatu untuk dicerna. Tadinya aku hanya akan memanggang roti tawar yang kutemukan diatas meja makan, tapi Sung Jae bersikeras memasakkan sesuatu untuk ku dengan alasan dia juga ingin makan sesuatu. Jadi aku iya kan saja, hitung-hitung tidak membuang tenaga ku iya kan?.

"Kau suka pasta kan?"

"Tentu."

Sung Jae tersenyum, aku dapat merasakannya walau dia membelakangiku entah bagaimana caranya. Beberapa saat setelahnya Sung Jae berbalik, meletakkan dua piring pasta dengan wangi khas nya lalu duduk dihadapan ku dengan senyuman lebar. Aku terpana untuk beberapa detik, bukan pada pasta olahannya tapi karena senyum lebar seorang Yook Sung Jae.

Disaat seperti inilah aku ingin mengutuk diriku sendiri. Aku tidak boleh dengan gampangnya membiarkan Sung Jae masuk ke dunia ku. Tidak. Tidak boleh.

"Hey. Makan pasta mu! Jangan hanya menggelengkan kepala seperti orang aneh. Pasta tidak akan membuat berat badanmu naik 5 angka."

Aku mendengus. Yook Sung Jae akan tetap menyebalkan. Aku melahap pasta ku dengan suapan besar hingga hampir tersedak, membuat Sung Jae dengan refleks menyodorkan air putih didepan wajah ku. Wajah nya terlihat mengejek. Ugh! menyebalkan.

"Pasta mu tidak akan lari, makan pelan-pelan nona Park."

Aku mencibir dalam hati, sekarang dia ikut ikutan memanggilku dengan formal saat mengejek. Lihat saja nanti kau!
Aku memakan pasta ku lagi, kali ini dengan pelan dan menghayati setiap rasa yang hadir dilidah ku. Harus kuakui, pasta Sung Jae memang yang terbaik.

"Enak?" Sung Jae mengernyit penasaran, aku mengangguk. "Sangat" gumamku.

"Kau ada kelas besok pagi?"

"Ya, Master Helion menyuruh ku mengumpulkan tugas minggu lalu."

"Apa menyenangkan menjadi mahasiswa?"

Aku memutar mataku, pertanyaan macam apa itu? "Kau mau menjadi mahasiswa lagi?" Aku balik bertanya.

"Tidak. terimakasih"

Sung Jae tertawa. Sangat lebar hingga matanya membentuk bulan sabit lucu.
Dan jantung ku mulai bekerja lebih keras dari biasanya.












To be continue......





Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang