Bab 16

393 40 2
                                    

Haiiii🙈
Iya iya maaf update nya udah kaya semi hiatus gini, tidak lain dan tidak bukan karena aku kemarin gagal ngatur waktu. Ide yang buyar dan hampir lupa alur cerita. Intinya maafin ya:( janji deh nanti rajin update hehe. Doain ide nya ngalir terus yaaa, karena ini emang rombak keseluruhan cerita:(
Udah ah HAPPY READING! Hope you guys like it.♥️






Hari sudah semakin sore,
Sooyoung tertawa sambil sesekali memperhatikan gerak-gerik Sungjae yang sedang menjelaskan segala tetek bengek tentang Pertunangan mereka pada Lalisa, adiknya.
Pasalnya ia pun tidak tahu bahwa seorang Yook Sung Jae mempunyai adik yang begitu menggemaskan seperti ini. Usianya hanya berbeda 3 tahun dengan Sooyoung, kuliah di kampus yang sama dengannya namun tak pernah terlihat oleh kedua matanya sekalipun.

Untungnya, setelah ia mengernyitkan dahi beberapa waktu lalu Sungjae dan Lisa langsung mengerti dan mengubah bahasa mereka ke Indonesia. Sooyoung jadi bersyukur bahwa mereka sekeluarga lancar berbahasa Indonesia walaupun telinganya rada gatal mendengar pengucapan Lisa yang masih tak sempurna.

"Mom, kau sudah membuat desain baju untuk keluarga kita nanti kan?"

Sae Ron tersenyum, "Tentu! Sesuai seleramu, tuan putri."

Sementara Keluarga Yook itu berbicara, Soo Young menjelajah isi pikirannya. Tentang kehidupannya yang dulu, jauh sebelum semua perjodohan ini terjadi. Tentang apa yang membuatnya menjalani hari-harinya dibawah pengawasan psikiater hingga akhirnya ia merasa menjadi dirinya sendiri lagi.
Ia menghembuskan nafas menyadari ia sudah berlari sejauh ini untuk mengembalikan kehidupannya yang dulu, namun sampai saat ini entah mengapa masih ada yang mengganjal di dirinya.

"Soo Young, ayo kita pulang." Suara bass disebelahnya menghempaskan pikirannya kedasar bumi, ia menoleh. Dan disana wajah tenang Sung Jae menyambutnya.

Soo Young mengangguk, ia tersihir oleh paras itu. Oleh suaranya, mimik wajahnya, semua tentang Sung Jae membuat harinya lebih baik entah bagaimana caranya. Ia merasa dilindungi.

"Mi, Sa, kami pulang dulu ya." Sung Jae menyalimi ibu nya, mengacak rambut Lisa, lalu menggandeng Soo Young lembut. Sikapnya sukses membuat kedua pipi Soo Young merona, ada apa dengannya? Ini sungguh bukan dirinya! Soo Young mengumpat dalam hati, ah masa bodoh. Ia hanya akan mengikuti alur takdir ini.

"Soo Young,"

"Eoh?" Soo Young terkejut, ia sadar posisinya sudah duduk manis disebelah Sung Jae yang sedang mengemudi.

"Kau ada yang ingin dibicarakan?" Sung Jae melirik padanya, sedangkan ia berpikir setengah mati apa yang pria disebelahnya maksud.

"Hmmm tidak ada? Memangnya apa yang harus dibicarakan? Ah iya. Lisa sangat menggemaskan, kapan-kapan ajak dia lagi saat kau bertemu denganku ya?" Soo Young tertawa,

"Bukan itu," Sung Jae menggigit bibirnya gemas, "ah sudahlah, nanti saja." Ia menyerah.

"Ya. Yook Sung Jae! Takdir pria itu mengatakan bukan lempar koda kode begini tau!" Soo Young menggerutu, ia sudah mengerucutkan bibirnya kesal melihat sikap Sung Jae yang aneh seperti ini.

"Sungguh. Bukan apa-apa, kau lelahkan? Tidur."

"Ah terserah!" Soo Young melempar tatapannya pada pemandangan kaca disebelah kiri'nya, melihat bagaimana pengemudi roda dua menyalip sebegitu lihainya menembus macet. Mengingatkannya pada sosok pria berseragam SMA yang dulu sekali suka mengajaknya naik motor menembus kemacetan jakarta, padahal sudah ada mobil yang boleh ia gunakan sesuka hatinya. Ia tersenyum masam, kadang kenangan manis selalu saja terlintas walaupun sebanyak apapun kenangan buruk yang diciptakan oleh seseorang itu.

"Jangan marah. Sungguh itu bukan apa-apa, aku hanya bertanya."

Soo Young kembali menatap Sung Jae, berpikir sekali lagi bagian mana dari pria disebelahnya yang dapat membuatnya menolak pertunangan ini? Nyatanya tak ada. Sung Jae terlalu sempurna. Katakan saja dia kehilangan akalnya, menolak sepenuh jiwa diawal pertunangan lalu bertekuk lutut setelah 5 minggu. Sekarang ia percaya rasa bisa hadir karena terbiasa.

"Jangan menatapku seperti itu, aku jadi takut!"

Soo Young tertawa lepas, pria ini!

"Iya, begitu. Aku suka kau tertawa." Sung Jae tersenyum manis, hal yang jarang sekali ia lakukan.

"Makanya jangan mengesalkan!" Soo Young menuding, namun gelak tawanya belum usai. Ia tersenyum beberapa saat kemudian sambil menatap Sung Jae yang juga tersenyum padanya. "Aku juga suka saat kau tersenyum seperti ini."

Sung Jae mengacak rambut Soo Young lembut, memilih membungkam kata. Membiarkan geraknya saja yang jadi saksi betapa ia mengagumi wanita disebelahnya.

"Sung Jae,"

"Hm?"

"Apa yang membuatmu menyetujui perjodohan ini?"

Sung Jae diam, memikirkan alasan terbaik yang ia punya. Namun nihil. Otaknya tiba-tiba tak bisa memikirkan apa-apa selain gadis itu.

"Aku tak bisa menjawabnya, aku hanya mengikuti apa yang orang tua ku katakan. Sudah seperti itu dari dulu sekali, ya mungkin tidak juga. Keputusanku sekolah di luar negeri sempat menimbulkan perang dingin di keluarga ku." Sung Jae tertawa, "Lagipula, aku yakin denganmu. Tidak tau bagaimana caranya atau mengapa. Aku hanya...yakin dengan keputusan ini"

Soo Young terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang Sung Jae utarakan. Tersenyum dalam hati menyadari alasannya sama dengan Sung Jae secara garis besar.

"Jika kau masih ragu, kau bisa memutuskannya 2 hari lagi. Sebelum pertunangan kita." Sung Jae menoleh, diantara hirak piruk kemacetan dan bunyi klakson dimana-mana. Pandangannya lurus pada Soo Young. Gadis itu juga sedang menoleh padanya, sedikit demi sedikit mengumbar senyuman termanis yang pernah Sung Jae lihat.

"Aku yakin."

Hanya dua kata itu, yang berhasil memporak porandakan pertahanan Sung Jae. Ia menarik Soo Young mendekat, menyatukan hidung mereka sebelum mempertemukan bibir mereka.

Park Soo Young benar-benar membuatnya gila.








To be continue...

Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang