LAGGING BEHIND

207 11 0
                                    




HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)


CHAPTER 6. LAGGING BEHIND

"Debut tes pramusim F1 di sirkuit Catalunya, Rio Haryanto harus menerima nasib naas karena mobilnya keluar jalur di lap ke-25—"

TUT. Dengan segera beranjak dari meja kerja, aku segera meraih remote di atas kulkas ruang subditku untuk segera mematikan televisi.

...yang tentu saja langsung mendapat protes para rekan kerja priaku yang dengan cepat mendongak dari pekerjaan masing-masing, "Yaaah, kenapa dimatiin, May??"

"Mas-Mas bukannya lagi pada kerja?" kilahku, biarpun seraya tetap menyembunyikan remote TV di belakang punggung. Habis kalau tidak begini, pasti tak akan ada habisnya. Aku belum kembali ke mejaku, pasti sudah dinyalakan lagi. Dan nanti pasti aku matikan lagi. Begitu terus berulang-ulang.

"Yang kerja kan tangan sama mata, May, kuping nggak... Lagian kan berita pacar kamu juga, gimana sih bukannya dipantau, gitu."

"Sudah-sudah... Beritanya juga jelek, pasti Maya cuma mau ngelindungin image Rio di mata kalian, nggak mau kalian dengar tentang performa pacarnya kalau kurang bagus..."

Terharu, aku segera mengacungkan jempol ke arah Bu Sofi, Kepala Seksi-ku yang barusan membela itu, seraya mengangguk-angguk. Beliau tersenyum kecil seraya menggelengkan kepala, sebelum kembali ke dokumen yang sedang ia periksa.

Aku pun, kini kembali pada pekerjaanku. Biarpun sesungguhnya aku sama sekali tak fokus. Sudah seminggu sejak kejadian di mal dan sejak itu, Rio sama sekali belum menghubungiku lagi. Ia bahkan sudah pergi untuk mulai menjalani debut tes F1-nya di Spanyol, itupun tanpa mengucapkan selamat tinggal sekalipun padaku.

Berulang kali aku mencoba menghubunginya sebelum kepergiannya, tapi telepon dariku selalu tak digubris. Pesanku bahkan tak ada yang ia baca sama sekali. Aku ingin menghubungi Tante Indah, ibunda Rio, tapi aku takut beliau akan khawatir kalau Rio tahu kami ada masalah. Bagaimanapun debut F1 Rio sangat penting, dan untuk itu ia bahkan sama sekali tidak boleh banyak pikiran, apalagi stres.

Dan sekarang, bukannya menjadi penghibur baginya, malah akulah yang menyebabkan stres itu.

Ditambah dengan berita tadi, kekhawatiranku rasanya makin menjadi. Performa Rio cukup buruk. He always lags behind. Apa itu semua karena masalah kami?

Karenaku...?


_________


Sebulan kemudian,

"Putaran pertama F1 GP 2016 dimulai minggu lalu di sirkuit Melbourne, Australia. Namun sayang, pembalap muda Indonesia, Rio Haryanto, gagal menyelesaikan balapan karena masalah pada mobilnya—"

"Rio kenapa ya, May? Sejak debut tes bulan lalu sampai putaran resmi dimulai ini kok kayaknya masalah terus? Apa masih belum terbiasa kali ya sama mobilnya? Atau sama sirkuitnya?" Di sela-sela sarapan sambil nonton TV di Sabtu pagi ini, ayahku tiba-tiba bertanya kasual sambil tetap mengunyah lontong sayur yang ia beli saat bersepeda tadi pagi. Hanya ada kami berdua di meja makan, karena kakak dan adikku masih molor seperti membalaskan dendam istirahat mereka selama weekdays sebelumnya.

"Iya mungkin, Pa." jawabku sekenanya, berpikir pun sama sekali tidak. Padahal seharusnya aku mengapresiasi minat ayahku yang perlahan meningkat terhadap olahraga balap mobil semenjak ia tahu putri keduanya menjalin hubungan dengan seorang Rio Haryanto. Sebelumnya beliau sungguh sama sekali awam dengan olahraga 'jet darat' ini. Pengetahuannya tentang F1 hanya berujung pada 1 nama: Michael Schumacher.

Karena sungguh, Papa merestui dan sangat mendukung hubunganku dengan Rio sama sekali bukan karena kekasihku adalah seorang atlet balap berprestasi. Ataupun karena usaha yang dimiliki keluarganya. Tapi hanya sesederhana setelah beliau melihat berita kalau keluarga Rio memiliki sebuah pesantren dan panti asuhan. Dan tak hanya rutin menyantuni dengan uang hadiahnya, tapi Rio juga sering berkunjung kesana dan turun tangan langsung mengajar.

Karena bagi ayahku, orang yang menyayangi anak yatim adalah orang berhati emas. Isn't my father great?


To: My Rio

You're great and you know it, right? Good luck for the next race!

From your no. 1 fan who's patiently waiting for your skype :D


Sent.


Aku sudah berniat bangkit dari meja makan dan membereskan bekas sarapanku dan papa ketika Drrrtttt. Drrrrttt. Drrrttt. HP-ku yang kutinggalkan di atas meja tiba-tiba bergetar lama. Mataku seketika membelalak gembira. Telepon! Buru-buru meletakkan mangkuk kotor di wastafel cuci piring, aku segera kembali ke meja untuk mengangkat telepon itu. Itu pasti dari Rio, dari Rio! Akhirnya ia membaca pesanku!

Biarpun begitu meraih benda berukuran 5 inci berwarna pink itu, hanya kerutan dahi yang muncul sebagai responku atas identitas si penelepon.

'ATHAN'?

Kenapa—bukan, lebih tepatnya, untuk apa dia menghubungiku lagi??

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang