THE LOWEST I CAN GO

212 12 2
                                    

HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)


CHAPTER 10. THE LOWEST I CAN GO

ATHAN

"Nggak, Ath, maaf." Maya tiba-tiba menyela ceritaku. "Aku... Kurasa aku tetap nggak bisa kembali padamu."

Seketika, sorot mataku yang berbinar karena menceritakan tentang perusahaan baruku segera meredup. Hampa. Kosong. Tak percaya.

"K-Kenapa?" aku sungguh tak mengira reaksi Maya yang seperti ini. Karena kukira, sepertiku, ia tentu tak akan bisa melepaskan masa lalu kami, ribuan hal yang sudah kami lalui bersama selama 6 tahun. Metamorfosa dari dua remaja tanggung yang tak pernah berpikir panjang dan benar saja, kemudian membuat kesalahan, hingga menjadi dua orang dewasa yang kini sepenuhnya mampu mempertanggungjawabkan kesalahan itu.

...yang kukira ingin ia pertanggungjawabkan, sama sepertiku.

Maya tidak mengangkat wajahnya dari tundukan, "Rio sudah membaca pesan-pesan dariku. Memang dia nggak balas, tapi... aku punya firasat dia akan segera membalasnya. Aku masih punya harapan dengan hubungan kami, Ath. I cannot leave him."

"'Firasat'?? Kamu berpegang pada firasat??" Entah kenapa, emosiku langsung tersulut mendengar alasan yang menurutku sangat tak masuk akal dari wanita yang masih sangat kucintai itu. "Memangnya kamu apa? Paranormal??"

"You and your temper." Mendorong kursinya ke belakang, Maya terlihat menggeleng sebelum kemudian bangkit dari duduknya. "Terima kasih kopinya. Aku pulang duluan."

"May." Aku buru-buru menahan pergelangan tangannya. "Maaf. Duduk lagi, please. Masih ada yang mau aku bicarakan..."

Maya menoleh ke arahku sejenak, terlihat berpikir sebelum kemudian, dengan enggan kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Helaan napas lega keluar dari mulutku begitu saja.

"Aku memang nggak sempurna, aku mengerti... Mungkin kamu juga muak dengan temperamenku. Aku juga tahu kok kalau lawannya seorang Rio Haryanto, di mata semua wanita juga tentu aku nggak akan bisa menang—"

"Ath, please. Bukan itu—"

Aku menggeleng seraya menatapnya di kedua mata, membuat segala pembelaan yang mulai mengalir dari bibirnya seketika berhenti. Gadis yang kucintai kembali menunduk seakan isi hatinya telah terbaca lantang-lantang, "Aku tahu kamu pasti akan menyangkal, tapi aku yakin di dalam hatimu, sebetulnya kamu juga sadar itu, kan? Hampir tiga tahun perpisahan kita membuatku jadi lebih realistis, kok, May. Akhirnya aku mengerti impian kecilmu sewaktu kita masih pacaran dulu: kamu cuma ingin seperti gadis-gadis pada umumnya... Punya pacar yang dibanggakan, dengan pekerjaan stabil yang bisa membawamu ke jenjang yang lebih jauh. Dalam aspek itu, Rio Haryanto si pembalap nasional versus cowok biasa sepertiku, orang buta pun juga tahu siapa pemenangnya, kan?"

"Karena itu..." mengepalkan kedua tanganku di atas meja, dengan senyum pahit aku kembali melanjutkan monolog-ku. Masih belum ada respon dari Maya, jadi mari kukeluarkan saja seluruh isi hati yang mengganjal ini. Proposal untuk kembali ke kehidupannya lagi, biarpun bukan sebagai seorang kekasih... "Bisakah aku... setidaknya jadi mainanmu? Pengisi kekosonganmu sampai si Rio itu menegaskan status kalian. Aku nggak peduli ketika dia muncul lagi kamu akan langsung membuangku, atau kamu bahkan hanya mencariku ketika kamu butuh. Tapi setidaknya, kamu menghubungiku, kamu memainkanku. Anggap aku boneka, aku akan setia mendengarkan semua ceritamu, May. Apapun. Bahkan tentang si pembalap itu, masalah kalian saat ini, tentang hari-harimu..."

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang