LET'S PUT AN END TO ALL OF THIS

227 9 4
                                    

HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)


CHAPTER 20. LET'S PUT AN END TO ALL OF THIS

Sakit hati adalah ketika sudah sumringah lihat berita terbaru tentang Rio di internet, tapi begitu lihat comment section-nya... semua hanya berisi caci maki kasar.

"Gue dukung Rio! Dukung Rio balik ke Indonesia!"

"Eh Rio, balikin tuh duit negara! Nggak ada prestasinya, nomor buntut melulu!"

"Pembalap kok nggak ada gregetnya. Kalo lo cuma mau cari aman yang penting finish, mending nyetir bom bom car aja!"

Sungguh, rasanya aku mau melempar HP-ku saat ini juga. Dan di dalam hatiku, hal yang pertama yang kumohonkan adalah semoga Rio tidak pernah membaca ini semua... Karena aku saja yang sama sekali bukan objek caci maki itu sangat merasa sakit hati, apalagi dia?? Dan ini bukan pertama kalinya aku membaca komentar-komentar seperti itu di internet. Sehingga bukan tidak mungkin Rio juga pernah membacanya, bukan?

Seketika aku merasa kuatir. Dan ketika kuatir, aku akan menggigiti kukuku. Bagaimana kalau Rio down dan hilang konsentrasi, lalu kecelakaan?? Bagaimanapun olahraga ini sangatlah berbahaya, bukan tidak mungkin—

"May...? Maya?? MAYA!"

Tersentak, aku segera mengangkat kepala dari layar HP begitu merasakan guncangan ringan di bahu kiriku. "O-Oh! Athan."

"Lagi baca apa, sih?? Sampai gigitin kuku begitu. Sudah bertahun-tahun aku nggak lihat kebiasaanmu itu lagi, padahal."

Ya Tuhan. Aku lupa aku bahkan sedang di bandara bersama Athan. Hari H lebaran, bandara sungguh masih sangat penuh. Tadi pagi sampai siang kami sibuk merayakan lebaran bersama keluarga masing-masing, bahkan tidak saling berkunjung atas usul Athan agar aku puas menghabiskan waktu dengan keluarga sebelum ia menculikku ke luar negeri (sungguhpun aku juga tidak tahu 'pelet' apa yang dia gunakan sampai bisa-bisanya papaku mengizinkan kami liburan berdua saja begini). Dan malam ini juga, kami akan berangkat ke London dengan maskapai Kerajaan Belanda, KLM. Transit sebentar di Amsterdam baru kemudian disambung ke Bandara Heathrow, London. 18 jam perjalanan udara termasuk transit.

Oh, perjalanan yang sungguh mendengarnya saja terasa melelahkan. Dan ini bahkan perjalanan ke luar negeri perdanaku. Yang anehnya, aku sungguh sama sekali tak memikirkannya berkat komentar-komentar pedas di artikel tadi... Sungguh merusak hatiku yang padahal baru saja 'diputihkan' kembali di hari Idul Fitri ini. Kuharap Rio baik-baik saja, kuharap ia terlalu sibuk merayakan Lebaran di luar negeri sana sehingga tidak perlu membaca komentar-komentar sampah macam tadi di internet.

Eh, tapi apa peduliku...? Aaarghh, kenapa aku terus-terusan kepikiran Rio, sih??

"Lihat apa sih?" tanya Athan lagi seraya mulai melongok ke arah layar ponselku.

Tentu saja aku buru-buru menarik benda tipis itu ke dalam pelukan agar ia tidak melihatnya, "Nggak, lihat flight radar, kok. Pesawat kita sudah di sini. Aku gigitin kuku karena tiba-tiba jadi nervous mau terbang jauh."

Kebohongan sempurna. Sejak kapan aku jadi pintar berbohong begini?

"Oh." respon Athan, datar. Sedikit kaku di antara kami, sampai ia kemudian memutuskan kembali pada koran yang barusan dibacanya.

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang