TOY

190 10 5
                                    

HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)    


CHAPTER 11. TOY

MAYA

"Mbak Mayaaaaa... Ada kiriman bunga nih!"

Kontan, seisi ruangan subditku menoleh ke arah pintu begitu mendengar lengkingan cempreng Mas Udin, OB di Direktorat kami. Nyengir lebar, pria kurus berseragam abu-abu perusahaan outsourcing-nya itu menunjukkan dengan begitu manis kepada mas-mas kurir pembawa sebuket besar bunga yang sangat cantik berwarna semburat pink itu dimana aku berada. Wajahnya terlihat excited, sepertinya ia senang sekali bahkan hanya melihat seseorang diperlakukan begitu romantis seperti ini.

"Dari Rio? Itu dari Rio Haryanto??"

"Dia masih sempat-sempatnya so sweet begini di tengah-tengah jadwal F1??"

Bisik-bisik mulai terdengar di antara rekan kerjaku di ruangan, sementara aku sendiri masih hanya bengong, mulut sedikit terbuka melihat penampakan sebundel bunga yang kuyakin berisi lebih dari 50 tangkai dan diikat dengan pita besar itu.

Karena aku yakin itu tak mungkin dari Rio... Mungkin salah orang? Kurasa di lantai 9 ada yang namanya Maya juga—

"Mbak Azalea Maya?"

Nggak mungkin. Bahkan kurirnya menyebut nama lengkapku! "I... Iya Mas?" jawabku, setengah linglung.

"Ini Mbak, ada kiriman dari 'R.A.'. Inisial sih, tapi kata yang terima pesanan, cowok, kok, Mbak. Oh, ini tanda terimanya, tolong tanda tangan di sini."

Dahi berponiku terasa makin berkerut. 'R.A.'...?

"'R.H.', kali Mas... Inisial pacarnya 'R.H.': Rio Haryanto. Mbak ini pacarnya Rio Haryanto yang pembalap itu, lho!" Martha yang tiba-tiba saja sudah bertengger di ruangan subditku (karena sesungguhnya, kami berbeda subdit dan ruangannya di sebelah) buru-buru mengoreksi si mas kurir.

Pria berjaket parasut biru-putih itu mengangguk sekenanya, "Oh, gitu ya, Mbak? Iya kali, Mbak, operator kita salah dengar... Mari, Mbak."

Tersentak, aku segera membalas, "Oh, iya, Mas. Makasih ya, Mas."

BLAM. Dan seiring pintu yang ditutup begitu si mas kurir keluar, serentak seisi ruang kantorku berseru kompak, "WUOOOOWWWW..."

"Gila...! Tuh, kayak gitu baru namanya laki... Coba, pernah kasih apa lo ke bini?" salah satu Kepala Seksi-ku yang pria segera meledek bawahannya yang notabene rekan kerjaku, yang langsung disambut tawa kami semua.

Biarpun Kang Fajar, si korban ledekan tetap dengan santai menjawab, "Halah kayak si Bapak pernah aja... Kita mah apa atuh, Pak. Si Rio ini meni ganteng, romantis pula. Hayuklah kita bareng-bareng ke laut aja yuk, Pak."

Dan di tengah tawa yang kembali menderai di ruangan akibat statement itu, perlahan aku menarik sebuah kartu di balik pita pembungkus bunga-bunga cantik mirip sakura dalam pelukanku.

...Tunggu. Tapi ini jelas tak mungkin bunga sakura, kan...?


Sebuket azalea untuk seorang Azalea.

-R.A.-


"'Azalea'? Jadi nama lo asalnya dari nama bunga?" Martha yang ikut membaca kartu itu dari balik punggungku segera berkomentar. Aku mengangguk... biarpun kemudian menggeleng. Tapi secepatnya aku kembali mengangguk lagi. Mengerutkan dahinya bingung, wanita berjilbab di hadapanku segera protes, "Kenapa sih, lo?"

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang