PAST LOVERS CAN NEVER BE FRIENDS

181 6 4
                                    

HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)


CHAPTER 17. PAST LOVERS CAN NEVER BE FRIENDS

TEEEEEETTT. TEEEEEEETT.
"Ummmhh...." aku meregangkan badan seraya mengambil HP di samping bantal dan Tuk! mematikan alarmnya. Ah... rasanya sama sekali tak ingin bangun... kasur dan bedcover mahal memang benar beda rasanya. Tapi sudah setengah 6, aku harus sholat subuh dan siap-siap ke kantor—

Ya ampun, ke kantor!!

"Yang, Yang! Sudah subuhan belum? Ayo anterin pulang, aku harus berangkat kerja!!"

"Ummm...." Rio dengan seluruh rambut naik ke atas khas bangun tidur, mata masih menyipit (memang sipit sih), dan suara sengau, perlahan menggeser posisi tubuhnya menjadi duduk bersandar di kepala tempat tidur begitu mendengar panggilanku. Masih sambil menguap dan menggaruk kaos putihnya, ia menjawab, "Aku sudah subuhan kok, tadi jam 5-an. Aku kira kamu juga sudah." katanya, mengambil jeda sebentar sebelum kemudian bertanya pelan, "Tapi... 'Yang'?"

Seketika membeku dari lari kecilku keluar dari kamar mandi setelah wudhu (selain karena kedinginan berkat AC bertemu dengan kulit yang basah, tentu saja), aku lantas salting dibuatnya, "Oh, sori. Lupa." ucapku, nyengir. Langsung terlintas di kepalaku drama 'bubar jalan' semalam, sia-sia saja kalau belum ada beberapa jam aku sudah lupa. Dasar bodoh! "Oh ya, disini ada mukena, nggak?"

"Harusnya aku nggak usah ingetin, ya." sesalnya yang sepertinya dimaksudkan bercanda, tapi entah kenapa di telingaku terdengar begitu sedih. Mungkin melihat ekspresiku, Rio segera memutuskan mengalihkan pembicaraan, "Oh, mukena. Ada tuh punya mami di laci meja rias. Kamu mau mandi disini, kan? Kalau iya aku nyalain air panasnya."

Tak ada jawaban selama 5 menit, karena aku sedang khusuk sholat. Biarpun aku masih mendengar suara langkah kaki yang menyentuh ubin, yang berarti Rio sudah memutuskan beranjak dari kasur dan bersiap mengantarku.

______


"Lho, Kak?? Gue kira lo bakal pulang kemarin, tahu nggak! Tahunya sampai pagi juga nggak ada. Ngapain saja lo??" tegur Krysan, sesegera mungkin begitu ia menemukanku terburu-buru turun dari mobil dan masuk rumah saat sedang mengikat tali sepatunya sebelum ke sekolah. Biarpun seketika, suara gadis tomboy berseragam putih abu-abu pendek dengan rambut dikuncir kuda itu tiba-tiba melembut begitu melihat orang yang menyusul di belakangku, "Eh... Kak Rio..."

Rio tersenyum, "Hai, Krys. Berangkat sekolah?"

"I-Iya, Kak." jawabnya seraya melihat jam di ruang tamu. 06.25, yang berarti 5 menit sebelum bel masuk. Berpikir sejenak, terburu-buru ia malah kembali melangkah masuk dan memunculkan kepalanya di pintu kamar kami bertiga, "Kak Maya! Gue kira lo bakal pulang kemarin!" serunya dalam bisikan.

"Gue kira juga begitu!" balasku, seraya masih dengan cepat menaikkan rok span biru dongker ke pinggangku sebagai padanan kemeja biru yang baru saja kupakai, sesuai ketentuan warna seragam di kantor untuk hari Rabu.

"Tapi lo... nggak ngapa-ngapain, kan? Semalaman sama Kak Rio saja?"

Aku menghela napas, "Mending lo berangkat sekolah deh, Krys. Sudah kurang 3 menit. Nggak bosan apa dihukum terus?" Karena SMA-nya yang memang hanya di ujung jalan rumah kami, Krysan memang selalu memilih berangkat mepet waktu seperti ini.

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang