EPILOG: RECONCILIATION

392 15 7
                                    



HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (OriginalCharacter)    


EPILOG. RECONCILIATION

Silverstone, Inggris, 9 Juli 2016

"Mau duel main Great Britain virtual lap?" tawarnya sumringah seraya menarik sebelah tanganku yang masih terkagum-kagum dengan keseluruhan tampilan sirkuit (sirkuit yang sesungguhnya!) yang lebih terkenal dengan nama Silverstone Circuit ini. Kami baru saja tiba di paddock milik Rio, tulisan HARYANTO/MANOR tercetak jelas di atas ruangan khusus bagi staf/officials (termasuk kerabat) ini.

Memanyunkan bibir, aku langsung menolak, "Ogah! Kamu tahu aku nyetir mobil biasa saja nggak bisa. Gimana mau duel sama kamu. Huh, curang!"

"Hahaha!" tawanya keras-keras, seakan begitu terhibur. Sebelum tak lama, pandangannya segera beralih ke paddock sebelah, dan dengan ceria menyapa seseorang di sana, "Pascal! Eh, kesana yuk." ajaknya lagi yang lebih terasa seperti perintah, karena tanpa persetujuanku sama sekali ia sudah menarik lenganku lagi begitu saja ke paddock di sebelah kiri miliknya itu.

Dan disanalah, aku melihatnya... "Ca... Cantik amat..." Tiba-tiba kurasakan mulutku sudah ternganga melihat sesosok gadis bule berambut coklat terang, tinggi semampai, dan begitu langsing mengenakan kaos berkerah pas badan official Manor yang berwarna abu-abu, juga sebuah rok mini bahan kulit warna coklat tua yang makin menonjolkan kaki jenjangnya. Dan sepatu hak tinggi itu...

...membuatku berpikir: Kenapa sih aku memilih pakai flatshoes hari ini???

"Sweetheart, ini Pascal. Pascal Wehrlein. Pas, this is 'her'."

Menaikkan alis sejenak, pria berambut hitam tertutup topi di hadapanku yang bagiku lebih berwajah Italia daripada Jerman itu buru-buru melepas sarung tangan yang sudah ia pakai untuk sesi latihan (seperti yang akan Rio lakukan juga hari ini), dan mengulurkan lengannya padaku, "Oh, hallo. Guten morgen. (Oh, hai. Selamat pagi.)"

Sekejap perhatianku pun teralih dari si kaki jenjang di dekat mobil milik rekan setim Rio itu, "Guten morgen." jawabku PD, seraya membalas jabatannya. "Mein name ist Maya. (Nama saya Maya.)"

Ia terlihat terkesan, "Speak good German, do you?" tanyanya.

Aku tersenyum, "A little bit." And a little bit of Dutch, Korean, French, Spanish, Arabic... tambahku, biarpun hanya dalam hati. Karena sesungguhnya kebanyakan dari itu juga hanya berkisar pada greetings—menjelaskan kenapa aku bisa membalas salam Oma Meijer dengan Bahasa Belanda. Bahasa yang kukuasai di atas 70% hanya Bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang. Sudah sejak sekolah aku memang cenderung tertarik dengan bahasa asing, biarpun ujung-ujungnya saat kuliah tetap mengambil Akuntansi juga. Yang kans pekerjaannya tentu lebih banyak.

"Rio told me so much about you."

"He did?" tanyaku sangsi seraya memicingkan mata pada kekasihku yang sekarang sudah sibuk sok-sok melihat sekeliling untuk menghindari tatapanku. Aku tertawa, sebelum kemudian, tanya kepoku tetap tak bisa terbendung tentang gadis di ujung sana, "Pascal, who is she...?" tanyaku seraya menunjuk si kaki jenjang.

Pascal menoleh, dan segera, senyumnya merekah seraya memanggil sang gadis, "Oh, that's my girl. Kat!"

Dan untuk pertama kalinya, seumur hidupku, aku merasa tidak akan pernah percaya lagi jika ada yang memujiku cantik. Itu pasti karena mereka belum pernah bertemu Katrina.

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang