SHE AND HER CIRCUMSTANCES

341 12 5
                                    


HIS AND HER CIRCUMSTANCES

By: Lolita

Starring: Rio Haryanto

Azalea Maya (Original Character)


CHAPTER 3. SHE AND HER CIRCUMSTANCES

Akhirnya, hari itu datang juga. Perpisahan lagi. Another LDR.

"Kayaknya sebentar lagi aku boarding... Terima kasih ya sudah antar."

Aku mengangguk pasti, "Tenang saja. Aku kan punya airport pass," kataku sambil memamerkan lagi kartu berbentuk nametag itu di depan wajahnya. "...jadi bisa antar kamu sampai boarding lounge, deh. Ah, jadi pegawai kantoran memang enak banget ya... ada saja fasilitasnya."

Ia tersenyum seraya mengelus rambutku dan menyelipkannya di belakang telinga dengan lembut, "Berarti nggak sia-sia ya aku mendengar keluhanmu dulu terus-terusan tentang betapa ribetnya tes jadi PNS?"

Aku sukses ngakak kali ini, "Hahaha, iya banget!"

Tertawa kecil karena jawabanku yang begitu spontan, ia kemudian meraih kedua tanganku untuk mengecupnya. Lama... yang membuatku akhirnya jadi mellow lagi, kan... "Sudah malam, hati-hati pulangnya."

Tapi aku tak mau mengatakan itu padanya. Kalau aku sedih karena ini. Bagaimanapun, ini bukan pertama kalinya... kami pasti bisa melaluinya lagi. "Iya. Goodluck for everything. Dan selamat telah resmi jadi atlet F1!"

Ya, baru-baru ini Kemenpora mengumumkan kalau mereka sudah mencapai mufakat dengan sponsor baru Rio, Manor Racing. Tak lama lagi, kita akan bisa melihat Indonesia pertama kalinya berpartisipasi dalam kejuaraan F1.

Diwakili Rio Haryanto. Rio-ku.


______________


"Mbak, ini kira-kira ada nomor 37-nya nggak ya?"

Mengepalkan tanganku erat-erat, aku segera berbalik merasakan tepukan di bahuku diiringi pertanyaan itu, "Saya nggak kerja disini, Mbak..." kataku dengan intonasi seperti motor yang susah di-starter, menggeram tapi sebisa mungkin ditahan. Nyaris kusorongkan nametag kantorku ke muka pelanggan toko sepatu yang sedang aku dan temanku datangi itu, "Saya juga customer, Mbak. Cus-tom-er!"

"May, May, May... Nggak usah emosi gitu, deh." Martha, temanku yang barusan masih sibuk melihat-lihat sepatu kerja yang diincarnya, segera berlari menghampiriku begitu mendengar suaraku membuat keributan. Memberikan anggukan minta maaf pada si mbak yang aku omeli tadi, ia buru-buru mendorong punggungku ke luar toko. "Ih, lo ngapain, sih??"

"Lo, tuh!" bentakku seraya dengan kesal melepas kedua tangannya dari punggungku. "Sudah gue bilang, gue paling benci ke mal hari Senin! Seragam kita tuh kayak pegawai toko yang lagi training, tahu nggak??" omelku dengan gestur tangan yang menunjukkan tampilanku hari ini: kemeja putih dan rok span selutut hitam. Martha merespon dengan ikut melihat tampilan dirinya yang menggunakan kombinasi warna sama: kemeja putih lengan panjang dipadu celana bahan hitam dan jilbab bercorak kromatis hitam-putih.

Segera, ia nyengir kuda. Aku menjitak kepalanya sebal.

Yah, beginilah memang seragam di kantor kami, Kementerian Keuangan, setiap hari Senin: atasan hitam dan bawahan putih, tanpa mengenal jabatan. Bahkan Bapak Menteri pun akan memakai hal yang sama jika ia ke kantor hari Senin, mungkin hanya dengan tambahan dasi merah dan jas supaya lebih resmi. Tapi bagi kami yang hanya staf biasa, ya begini saja. Disangka pegawai training, wah itu sudah makanan setiap Senin kalau kami pergi kemana-mana. Terutama mal.

HIS AND HER CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang