2.5

2.7K 502 444
                                    

Skye bangun dari tidurnya karena mendengar namanya dipanggil dari luar. Pasti ibunya. Skye berjalan keluar dari kamarnya tanpa memperdulikan rambutnya yang acak-acakkan. Ia mengintip kamar ibunya namun kosong. Lalu menuruni tangga dan mendapati ibunya sedang sibuk menjejerkan dua buah koper besar di ruang tamu.

"Mom? Mau kemana?" Skye mendekati ibunya.

"New york," jawab ibunya singkat. "Kau tidak mandi? Tidak sekolah?"

Skye melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 pagi. Skye terbelalak. Bagaimana mungkin Ia berangkat sekolah pada jam 9 sedangkan sekarang pasti sudah jam istirahat pertama.

"Mom, aku benar-benar terlambat! Kenapa tidak bangunkan aku dari tadi? Astaga, hari ini aku ujian!" Skye mengacak rambutnya frustasi.

"Hukuman untukmu karena pulang lewat jam," balas ibunya. Skye mendengus kesal. Kemarin memang salahnya. Jadi tidak ada alasan Skye untuk marah.

"Kemarin Madelyn kecelakaan, mom. Tidak mungkin aku meninggalkannya di rumah sakit," wajah Lauren sedikit terkejut mendengar itu. Tatapan mata Lauren yang tadinya dingin kini sudah menghangat.

"Setidaknya kau bisa mengabariku, sayang. Mommy khawatir," ucap Lauren pelan. Skye menyesal dan merasa bersalah karena sudah membuat ibunya khawatir.

"Iya mom, maafkan Skye. Skye tidak akan melakukannya lagi," mata Skye seketika tertuju pada koper-koper disamping ibunya. Kalau ibunya pergi, lalu bagaimana rencananya untuk mempertemukan ibu dengan ayahnya?!

"Mom kau berangkat hari ini?! Kenapa?" Skye mulai panik.

"Kau kenapa Skye? Mommy punya pekerjaan di sana. Kenapa panik begitu?"

"Aku..aku masih..merindukanmu, mom," Skye nyengir. Dia mencari alasan agar ibunya tidak segera pergi. Sementara Lauren tertawa lalu merangkul Skye.

"Mommy berangkat malam nanti, hun. Kita masih punya waktu untuk jalan-jalan berdua, bagaimana?" Skye begitu lega mendengarnya.

"Nah kalau begitu..kita jalan siang nanti. Pagi ini, Skye mau ke rumah sakit melihat Madelyn, oke mom? Love you," dengan semangat gadis berambut sebahu itu berlari menuju kamarnya. Tidak sabar mempertemukan ayah dengan ibunya. Sementara Lauren hanya menggeleng kepala melihat tingkah anaknya.









"Dad, you ready?" Skye memegang tangan Luke dan mengelus punggung tangannya. Luke tersenyum.

"Dad tidak pernah sesiap ini, Skye. Dad lebih dari siap, sangat siap," ucap Luke tegas. Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah baginya. Bertemu dengan Lauren adalah keinginannya sejak 17 tahun lalu. Cintanya pada Lauren tidak punah, tidak menghilang, tidak pudar. Luke ingin Lauren kembali. Dan berharap Lauren mencairkan hatinya.

"Kau ingat apa yang harus kau lakukan nanti, dad?"

"Tentu. Aku harus berpura-pura dan menyamar menjadi kekasihmu, begitukan? Lalu saat kau berikan kode, dad harus membuka penyamaran daddy," Skye tertawa dan mengangguk.

"Ini agak awkward dad. Kita pernah..you know, berciuman dan sekarang kau harus pura-pura menjadi kekasihku. Ini seperti daddy kink yang ada di wattpad," Skye terkekeh.

"Ayolah sayang. Demi Tuhan dad menyesal sekali pernah menciummu. Kau anakku, dan aku mencium bibirmu. Sekarang aku bukan ayah yang baik. Karena itu menjijikan,"

"Ew dad. Sudah lupakan saja," Skye menutup matanya dan menggelengkan kepalanya berharap bayangan dirinya yang berciuman dengan ayahnya hilang. Tak lama, Kailee, kembaran Skye datang tergopoh-gopoh dengan ransel loreng ala tentara dipunggungnya.

"Laporan, dia sudah di basement dan menuju ke sini sekarang," Kailee berusaha mengatur nafasnya. Ia bergaya seperti intel. Memang Kailee ditugaskan untuk melihat apakah Lauren sudah datang atau belum. Kini Kailee sendiri sudah mulai berhenti membenci ibunya. Karena tak dapat dipungkiri Kailee sangat merindukan ibunya dan sangat ingin keluarganya utuh kembali.

iPhone 4 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang