2.0

3.1K 491 182
                                        





Skye tertawa. Lebih tepatnya tawa mengejek. Ia berpikir bahwa lelaki dihadapannya sedang bergurau. Sementara Carl diam memberikan waktu untuk Skye.

"Prank, huh? Ini bukan april mop guys," Skye berhasil menguasai tawanya. Calum bangkit berdiri lalu memegang pundak Skye. Calum tersenyum.

"We know everything that you don't know," Calum menatap Skye dengan sungguh. Skye terdiam. Melihat ekspresi Calum, Carl serta orang-orang yang ada dikamar itu membuat Skye perlahan meruntuhkan tembok ketidak percayaannya. Skye tidak tau ingin mengatakan apa.

"It's okay, Skye. Sekarang duduklah. Biar kau tenang. Aku tau ini cukup mengejutkan," Calum menarik kursi yang tadi dipakainya duduk kepada Skye.

"Kenapa dia mirip sekali dengan Lauren?" bisik Michael kepada Bryana yang duduk disebelahnya. Bryana melotot dan mencubit Michael.

"Lauren ibunya, tentu saja mirip!"

"Kenapa tidak mirip aku saja? Aku kan pamannya," balas Michael sambil mengusap lengannya yang dicubit Bryana.

"Ya Tuhan..Kau benar-benar butuh Chloe. Dasar idiot," Bryana memutar bola matanya. Skye tidak tau harus apa. Rasanya senang, sedih, bangga, bingung, semua campur aduk tidak karuan. Lyone yang duduk dipinggir tempat tidur tiba-tiba beranjak dan mendekati Calum. Ia membisikkan sesuatu lalu Calum mengangguk. Lyone lalu keluar dari kamar dan semenit kemudian kembali dengan membawa sebuah iPad. Ia membukanya dan memberikan kepada Calum.

"Lihat ini, Skye," suruh Calum sambil memberikan iPad itu kepada Skye. Skye melihatnya. Ada foto ibunya—Lauren serta Luke. Foto pernikahan mereka. Di sana Lauren terlihat begitu cantik dengan balutan gaun putih dengan ekor yang panjang, dan Luke memakai setelan jas yang terlihat gagah ditubuhnya.

"Mereka punya kehidupan yang sempurna sampai akhirnya ada pengacau," ucap Lyone mengambil duduk disebelah Skye. Lyone mengusap punggung Skye.

"Pasangan yang sangat serasi. Aku bahkan iri melihat mereka," timpal Michael.

"What's happen with them?" Tanya Skye lirih.








Malam itu adalah malam yang sangat indah. Lauren duduk dipinggir kolam renang rumahnya. Kakinya dicelupkan ke air. Gelombang yang timbul di air memberikan Lauren ketenangan. Ditengah ketenangannya, tiba-tiba ada tangan yang melingkar diperut Lauren dari belakang. Lauren tersenyum dan menoleh.

"What are you doing, Lukey?" Tanya Lauren sambil tergelak melihat Luke yang memeluknya erat dari belakang sambil mengelus perutnya yang buncit.

"I miss you," bisik Luke.

"Berapa minggu lagi kita akan memiliki tambahan anggota baru. Aku tidak sabar," ucap Luke senang. Kepalanya disandarkan ke bahu Lauren. Lauren tersenyum.

"Jadi namanya siapa, Luke?"

"Sudah kubilang. Bethany Anne Hemmings. Harus itu, oke?"

"Kau terlalu tergila-gila dengan nama Bethany," Lauren mencubit hidung Luke.

"Yeah, I love that name," suara bel rumah berbunyi. Menginterupsi quality time Lauren dan Luke.

"Biar aku yang buka," Luke beranjak dan membukakan pintu. Dan sayang sekali, tamunya kali ini adalah wanita yang sama sekali tidak ingin dilihatnya lagi.

"Hey, Lukey. Sudah lama tidak bertemu sejak kau menikah dengan wanita sialan itu," sapanya.

"Apa yang kau mau, Abby?!" Luke mulai tersulut emosi melihat Abby sang pembuat kekacauan yang kembali muncul setelah hampir beberapa bulan menghilang tanpa kabar.

iPhone 4 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang